Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebelum Tiga Belas

14 Februari 2019   13:37 Diperbarui: 14 Februari 2019   16:03 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shabir menggeleng dan berujar," Bu Panti telah selesai dengan segala deritanya. Ia kini berada di surga-Nya. Bagaimana mungkin aku bersikap kejam, memintanya hidup bersama kami yang selalu lapar dan merengek padanya?"

Kakak Mint malah berlari menuju kamarnya, ia membenamkan kepalanya dalam-dalam pada bantal tidur ibunya. Ternyata anak-anak itu sangat mencintai ibunya melebihi cinta Mint pada Sang Bunda. Mint menangis perlahan. Ia tak ingin anak-anak lainnya mendengar rintihannya.

oOo

Di depan pagar tinggi sebuah rumah megah, ke tiga anak kembar saling pandang. Mereka yakin, rumah itu sesuai dengan alamat yang tercantum dalam secarik kertas yang digenggam Hati Melati.

Tegar mencoba bicara pada seorang satpam yang berada di sebuah pos jaga, tak jauh dari pagar yang terkunci grendel besi super besar. 

Tak lama kemudian mereka diperbolehkan masuk dan diantar menuju sebuah kamar yang berpintu selebar tiga  lemari pakaian mereka. Sangat lebar.

"Masuklah! Duduklah disampingku," suara seorang wanita yang nampak sangat lemah terbaring di ranjang ukuran jumbo yang muat untuk tidur sepuluh orang anak.

Ranjang gagah dan megah itu hanya ditempati seorang wanita cantik yang terlihat sangat ringkih. Lingkaran matanya menghitam dan bola matanya agak mencuat keluar. Wajahnya memang putih mulus dan berhidung bangir tapi terlihat mengerikan dengan mata seperti itu apalagi bibirnya tampak sangat pucat.

"Yang mana Hati Melati?" suaranya parau dan penglihatannya pun buruk.

"Saya," sahut Hati sambil mendekat ragu-ragu ke arah wanita itu.

Wanita itu berusaha menggerakkan tangannya menggapai wajah Hati dan menyusuri perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun