Duhai.... saksikan si Adikuasa memborong emas kita berkarung-karung!
Minyak kitapun dilalap habis sampai mereka kembung!
Hutang kita saja ditunggak tak terhitung!
Tapi apa mau dikata begitulah semuanya berlangsung...
Negeri tetangga hanya bilang kita cuma kampung,
yang bisa menyediakan babu yang siap di pentung!
Jika macam-macam hukum pancung atau gantung...
Cuma satu atau dua orang yang bisa lolos jika beruntung..
Ada lagi negara kecil sepuntung
besarnya tak lebih dari seperlima pulau Belitung
tapi... dengan mudah dada mereka membusung,
kemarilah kalian berbelanja kita diskon seharga warung!
Duhai....Negeri ini persis seperti ayam mati di lumbung
Tanahnya kaya tapi rakyatnya menderita busung....
Bisanya cuma makan aking atau gadung
paling untung dapat lauk ikan kembung yang benar kembung!
Jadi apa kelak negeri ini bersambung?
Apa bencana alam itu akan mulai merubung?
Ekonomi negeri ini makinkah terkatung?
Kasihan rakyat kini makin bingung dan limbung!
Hayolah kawan.... siaplah bertarung
setidaknya selamatkan anak cucu si upik dan si buyung
berdo'alah agar kita terlindung...
dari para munafik yang menggerogoti negeri ini... bung!
Bandung, 9 Juli 2009
Dimuat di blog,
https://desioktoriana.wordpress.com/2010/05/13/negeriku-berkabung/
Kesemuanya hanyalah bentuk kekhawatiran semata, opini yang dibuat berdasarkan pandangan penulis yang merasa belum sepenuhnya merdeka. Semoga menjadi bahan pemikiran bagi kita untuk tahun menyambut 2019. Tahun yang sarat dengan kegiatan politik, utamanya Pilpres Bulan April mendatang. Sudah waktunya kita berpikir dimana saat yang tepat dalam meletakkan sebenar-benarnya perayaan.
Bandung, 1 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H