Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Kembang Api dan Kemerdekaan Indonesia Menuju 74 Tahun

1 Januari 2019   07:48 Diperbarui: 1 Januari 2019   08:42 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembang api sendiri terdiri dari bahan-bahan kimia berbahaya yang sarat dengan racun. Kembang api tersusun dari magnesium, natrium, fransium, litium, boron, kalium, kalsium dan berbagai oksidator. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kembang_api)

Terbayangkan bila dalam jumlah besar udara dipenuhi kembang api berapa lama udara harus menetralisir kembali bahan-bahan tersebut agar bisa hilang. Belum  lagi residu yang melekat di tanah dan mencemari air.

Mengapa kemerdekaan Indonesia tak boleh memakai filosofi kembang api? Dibalik hingar bingar dan meriah pesta kembang api ada satu hal yang paling disayangkan dari sebuah kembang api. Keindahan yang sesaat. 

Jika kemerdekaan adalah euforia sesaat maka tak pelak lagi 73 tahun merdeka hanya kata-kata yang bergaung saat bendera Indonesia bebas berkibar diseluruh nusantara pada Tahun 1945.

Setelah itu apa yang terjadi?

Ekonomi Indonesia  masih didikte oleh negara asing. Pendidikan Indonesia didikte oleh asing. Pertahanan keamanan pun demikian. 

Antara merdeka dan meriah kembang api memang terjadi kontra filosofi. Merdeka itu adalah kebebasan hakiki yang sejatinya dimiliki suatu bangsa hingga berdaulat agar rakyat bisa sejahtera sampai akhir hayat. 

Bait puisi yang pernah saya buat untuk menggambarkan keadaan rakyat Indonesia dan dirasa masih koheren sampai saat ini.

Negeriku Berkabung

Negeri ini sedang berkabung...
Rakyat jelatanya tampak murung,
Pengangguran menggunung......
Kemiskinan menggulung.......

Negeri ini sedang limbung....
Para pemimpinnya hanya sekmpulan orang bingung,
yang hanya siap jadi kacung
buat... negara-negara lain yang hanya ingin cari untung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun