Telah kau torehkan sajak-sajak tak bermantera pada selembar daun kering
Ia tak beranjak sejak mendung terbawa angin
Malam gulita menebar pesonanya dengan gemerlap lampu-lampu kota.
Pada siapa engkau titipkan rindu yang terpendar setiap senja?
---
Aroma kenalpot usang, udara pengap asap,
Suara bising kendaraan, adalah kawan.
Badan lembab karena keringat seharian,
Menyisir harapan yang terpupuk karena
Keterpaksaan atau kebiasaan?
---
Janji terucap, sumpah tertancap.
Pada siapa lagi hati kau tambat?
Mimpi-mimpi yang melankoli terdengar seperti bisikan dalam sunyaruri
Sedang kenyataan asyik berlari.
---
Ketika hari semakin malam, semakin senyap
Resah hati mengalun lirih tak berucap
Nanar mata menatap senja yang telah usai
Gelap memeluk jiwa rombeng tak berperisai
---
Oh, engkau yang telah banyak melalui waktu
Sejenak duduk dan bermanja lah pada secangkir teh
Tunduk dan bisu pada reremangan lampu
Bersandar pada ketiadaan riuh dunia
Bersandar pada tiang-tiang ketabahan jiwa
---
-23 Agustus 2022-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H