Mohon tunggu...
Teguh Suandi
Teguh Suandi Mohon Tunggu... profesional -

Software Developer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sera (1)

18 Desember 2013   12:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Butuh waktu sekitar 5 detik sampai akhirnya aku menyadari apa yang terjadi, gelas yang ku pegang jatuh pecah menghantam lantai restoran. Tatapan itu, ya, tatapan itu terlalu menghipnotis, membuatku tak bisa berpikir dengan jernih namun rasanya aku tak pernah mau melepaskan tatapannya. Beruntung tak ada staf lain yang melihat aku dan Sera sempat bertatapan beberapa detik sampai kemudian suasana pecah karena gelas yang menghantam lantai pecah berserakan. Staf lain termasuk si boss dan beberapa pengunjung serta chef dan waitress sempat menoleh ke arah sumber suara. Tapi kemudian mereka sibuk dengan acara berburu menu lain beberapa detik kemudian.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Sera cemas ketika aku membantu waitress yang dengan ramahnya memungut potongan gelas kaca yang berserakan.

“It's ok, aku nggak apa-apa kok” jawabku mantap, meskipun sebetulnya setengah malu.

Setelah berceramah singkat dan menyampaikan ucapan terima kasih dari client perusahaan kami yang tersebar di US, India, Australia dan sebagian di Europe. Si boss menutup acara company dinner tahun ini. Beberapa staf masih berfoto-foto sebelum saling berpamitan, aku lebih memilih duduk diam menghabiskan chocolate milkshake yang masih sisa tiga perempatnya.

“All, balik nebeng ya, udah mau jam 11 nih, gila aja kalau harus jalan kaki dari sini” bujukku pada si modis Allysa.

“Ok sip, gw juga mau anter Sera dulu kok, nanti bareng aja” jawaban Allysa mencekat tenggorokanku yang kini tiba-tiba terasa kering.

***

Si modis yang kini memakai kacamata tanpa kaca itu mengendarai mobilnya dengan cukup ngebut, memecah jalan Pasir Kaliki yang masih saja ramai meskipun hujan rintik-rintik, mungkin karena ini malam minggu. Aku duduk di belakang sementara Sera di depan. Mereka berdua memang teman dekat sejak kuliah dulu, aku maklumi kalau akhirnya mereka lebih memilih berbicara tentang hal-hal berbau ke-cewe-an dan mengingat memori-memori masa lalu daripada memperhatikan penumpang yang sedang duduk ngelamun dengan menyumpal kupingnya sambil mendengarkan lagu-lagu dari iPod.

Aku sengaja mendengarkan musik dengan volume tak lebih dari 40% sehingga tetap dapat mendengar apa yang Allysa dan Sera bicarakan. Sampai ketika di persimpangan RSHS, ada percakapan yang membuatku ciut dan seolah ingin loncat langsung dari mobil. Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun