Mohon tunggu...
Teguh Yuswanto
Teguh Yuswanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Suka belajar hal baru

jurnalis dan penulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Alasan Harus Menulis dengan Benar

23 Januari 2019   10:12 Diperbarui: 23 Januari 2019   10:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa jadinya jika masuk ke sebuah restoran, ternyata makanan yang lezat-lezat itu dihidangkan secara serampangan?  Sebagai ajang makan, misalnya, tidak menggunakan piring, tapi asbak. Tempat untuk sayur, bukan dari mangkok tapi ember.  Dan masih banyak lagi kekacauan.

Menu yang terlihat lezat-lezat, karena salah dalam penyajian, kita enggan melahapnya. Cenderung jijik. Khawatir kurang higienis yang bisa berakibat sakit perut. Atau khawatir ada bibit penyakit  lain yang masuk ke dalam tubuh.  

Kita sangat peduli terhadap makanan raga. Mestinya kita juga harus lebih peduli pada makanan jiwa. Kompasiana adalah sebuah restoran besar gratis yang menyajikan berbagai menu makanan untuk jiwa.  Juru masaknya,   para relawan yang disebut Kompasianer. Perangkatnya adalah admin Kompasiana. Perangkat inilah yang meletakkan meja, kursi dan menu makanan supaya terlihat menarik.

Para juru masak ini, membuat hidangan untuk teman-temannya, sesama Kompasianer. Juga  tamu lain yang datang berkunjung. Untuk memudahkan, Kompasiana membagi menu dalam berbagai kategori, seperti, Ekonomi, Fiksiana, Gaya Hidup, Hiburan, Humaniora, Kotak Suara, Olahraga, Politik, Teknologi, Video dan Wisata. Cara menghidangkan makanan yang benar adalah dengan menulis sesuai kaidah bahasa Indonesia yang benar juga.

Alasan harus menulis artikel, apapun kategorinya,  dengan Bahasa Indonesia yang baik dan  benar bukan semata-mata untuk keindahan penyajian. Tapi sebagai penghormatan kepada pembaca dan bahasa Indonesia itu sendiri.

Kita memiliki sejarah panjang tentang Bahasa Indonesia.  Kita telah berjanji dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Bunyi Sumpah Pemuda pada poin yang ketiga adalah, "Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung  bahasa persatuan, bahasa Indonesia."

Di dalam bunyi teks yang ketiga disebutkan 'menjunjung'. Kata 'menjunjung', menurut KBBI artinya mengangkat di atas kepala. Di atas kepala itu secara semiotik artinya di atas pikiran dan hati.

Untuk bisa mengangkat sampai di atas kepala harus menggunakan dua tangan. Bisa dimaknai sebagai tangan hati dan pikiran juga.

Menjunjung juga bisa berarti menurut atau  menaati.   Itu sebagai isyarat agar Bahasa Indonesia tetap dipikirkan perkembangannya untuk ditaati.   Juga tetap dicintai. Cara mencintai dengan menggunakannya secara baik dan benar.    Mau berupaya secara serius untuk mengetahui cara menulis yang baik dan benar.

Mengangkat dengan tangan dua itu ada dua sebab. Pertama untuk menghargai bahasa Indonesia, yang kedua karena bahasa Indonesia itu memang berat. Tak kuat kalau diangkat dengan satu tangan.

Ini barangkali sebagai bukti kenapa setiap Ujian Nasional jarang para siswa baik siswa SMP maupun SMA mendapat nilai 9. Tapi banyak siswa meraih nilai 10 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris.  Ironis.   

Bahasa Indonesia juga mempunyai dasar hukum yang sangat kuat. Di dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 36 disebutkan, "Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia."    Kedudukan pasal-pasal di dalam UUD '45 sama pentingnya.  Karena penting, berarti tidak boleh dilanggar. Jika melanggar pasal 36 UUD '45 sama beratnya melanggar pasal 33 dan pasal-pasal lain  UUD '45. Walaupun tentu saja dampak hukumnya berbeda. Tapi secara moral sama.  

Taat kepada kaidah bahasa Indonesia itu bukan berarti tidak boleh menggunakan bahasa daerah. Tapi ada aturan main ketika menggunakan bahasa daerah dalam sebuah artikel. Ada aturan main ketika memasukkan kata-kata dalam bahasa Inggris, bahasa gaul maupun istilah -- istilah asing.

Tugas penulis  adalah  berusaha secara sungguh-sungguh meningkatkan kemampuan menulis dengan baik dan benar. Selain juga mengoreksi tulisan sendiri agar tidak ditemui kesalahan-kesalahan yang semestinya tidak perlu terjadi.    Sementara kesalahan yang dilakukan para Kompasianer masih itu -- itu saja. Dan itu ditemukan di dalam artikel dari berbagai Kategori.

Dalam tulisan ini tidak akan menunjukkan kesalahan apa saja yang masih sering muncul. Tapi mencoba  menawarkan solusi agar tulisan yang dihidangkan nanti bisa ditampilkan secara benar. Ada bebarapa langkah agar tulisan yang diunggah di Kompasiana bisa  disebut  layak dibaca.

1. Menulis di Tempat Terpisah

Sebaiknya artikel yang akan diunggah di Kompasiana ditulis terlebih dahulu di tempat terpisah. Tidak mengetik secara langsung di laman Kompasiana. Hal ini untuk memudahkan. Sehingga tidak merasa dikejar -- kejar agar cepat diunggah. Setelah selesai diketik dan dikoreksi baru di-copy   dan diunggah di Kompasiana sesuai kategorinya.  

2. Koreksi Secara Cermat

Menulis itu mengeluarkan buah pikiran. Bukan mengeluarkan kotoran. Sehingga penulis sebaiknya tidak berperilaku seperti, maaf,  orang BAB, setelah keluar langsung disiram dan ditinggal pergi. Tidak mengetahui bagaimana nasib kotoran yang dibuang. Penulis itu bertanggungjawab secara penuh terhadap hasil tulisannya. Bahkan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir.

Tulisan itu anak kandung pikiran si penulisnya. Jadi harus sangat-sangat di pikirkan nasibnya. Jadi jangan setelah selesai menulis  langsung diunggah. Tanpa dibaca ulang terlebih dahulu. Koreksi secara cermat. Koreksi agar tulisan itu tidak  mengandung delik. Sehingga bisa berakibat hukum.  Tidak menyinggung SARA.

Koreksi juga,  apakah sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan. Ini point utama artikel ini dibuat. Perhatikan apakah sudah benar dalam penggunaan huruf kapital, penggunaan kata depan, penggunaan tanda baca, dua kata yang mempunyai satu arti itu disambung atau dipisah, semisal, matahari, kacamata, olahraga dan lain sebagainya.

Agar tidak terjadi kesalahan, alangkah baiknya saat menulis sambil membuka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

3. Memahami Tulisan Sendiri

Sebelum orang lain  membaca tulisan kita, sebaiknya kita juga tahu apa kandungan tulisan kita. Jangan berusaha  membuat tulisan supaya terlihat pandai dan intelek. Betapapun, hasil tulisan kita, tak akan lebih pandai dari penulisnya. Kecuali kalau menyadur atau menjiplak. Itu lain persoalan.

Agar lebih mudah dalam penulisan, sampaikan materi yang dipahami saja. Materi yang rumit butuh penulisan yang lebih rumit juga.  Ketika hendak menulis untuk kategori Ekonomi, misalnya, selain paham kaidah bahasa Indonesia juga memahami  istilah-istilah Ekonomi.

Begitu juga dalam penulisan untuk kategori, Politik, Humaniora dan Gaya Hidup. Khusus untuk yang menulis pada Kategori Fiksiana, soal kaidah Bahasa Indonesia wajib tidak salah dalam penulisannya. Sebab menulis cerpen tapi masih salah dalam penyajiannya,  seperti orang bicara gaya dada dalam berenang tapi belum bisa terapung di air.

4. Buat Kalimat Pendek

Selain harus benar dalam penggunaan tanda baca dan penulisan, perlu juga menjaga logika bahasa. Tetap mempertahankan mana yang menjadi objek dan subjek.  Para penulis senior, jika kita baca karya tulisannya lebih memilih dengan menggunakan kalimat yang pendek-pendek.

Kalimat yang pendek itu ukurannya apa? Kalimat itu bisa dibaca dalam satu tarikan napas tanpa kesulitan. Kalau dituliskan, sekira  satu baris satu kalimat.     Dengan menulis kalimat yang pendek, selain bisa menjaga konsistensi logika bahasa, juga lebih bertenaga. Dan yang pasti jadi lebih mudah dipahami. Jika ada kalimat yang panjang, penggalah menjadi beberapa kalimat.

Kesimpulannya, tulislah artikel apapun kategorinya dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bila perlu minta pertolongan teman untuk membantu mengoreksi tulisan kita. Sebab jarang, ada tukang cukur bisa mencukur rambut sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun