Mohon tunggu...
Teguh Yuswanto
Teguh Yuswanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Suka belajar hal baru

jurnalis dan penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Wanita Pengipas Kuburan

22 Desember 2018   17:21 Diperbarui: 22 Desember 2018   17:31 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

SUDAH seminggu ini, Zaenab mendatangi kuburan suaminya. Jambur, begitu nama suami Zaenab yang usianya jauh lebih tua telah meninggal dunia sepekan lalu. Tingkah Zaenab cukup aneh setiap kali ziarah ke makam suaminya.  Setelah berdoa dengan khusuk, Zaenab lalu mengeluarkan kipasnya untuk mengipasi gundukan tanah yang masih tampak basah.

Zaenab mengipasi tanah kuburan itu dengan semangat dan sabar. Dari bagian kepala tanah kuburan itu hingga bagian kaki. Zaenab melakukan cukup lama. Seperti tidak mengenal lelah. Tak peduli panas yang cukup terik. Malah ketika panas terik, Zaenab terlihat senyum-senyum sendiri sambil tetap mengipasi tanah kuburan itu.

Zaenab selalu datang sendiri ke makam suaminya tersebut. Biasanya datang selepas sholat Dhuhur dan pulang menjelang adzan Ashar berkumandang. Karena Zaenab secara rutin pada jam yang sama dan melakukan tindakan yang sama memancing perhatian masyarakat yang tinggal di sekitar komplek pemakaman.

Malah orang-orang kalau mau tahu waktu, tinggal melihat di kuburan itu. Jika Zaenab sudah datang, artinya sudah masuk Dhuhur. Dan jika Zaenab pulang artinya sebentar lagi masuk adzan Ashar.

Melihat tindakan Zaenab yang secara konsisten mengipasi kuburan pada waktu dan jam yang sama, orang-orang mulai bertanya --tanya dan merasa terganggu. Tapi sebagian memaklumi. Masih suasana berduka. Siapapun akan sangat kehilangan. Dan reaksi kehilangan itu bisa bermacam-macam. Survey membuktikan, 90 persen tingkat depresi atau stress seseorang yang ditinggal pasangannya. Baik karena meninggal dunia maupun karena bercerai. Banyak wanita memutuskan tidak menikah lagi setelah ditinggal suaminya. Dan sedikit yang akhirnya memilih berumahtangga lagi. Kalaupun menikah lagi, setelah berlalu bertahun-tahun.

"Zaenab masih mengipasi kuburan suaminya," gunjing Munaroh, salah seorang warga yang tinggal tidak jauh dari komplek pemakaman tersebut.

"Iya saya lihat hari ini pas usai sholat Dhuhur. Kali ini dia membawa kipas yang lebih besar," timpal teman Munaroh.

" Wajar namanya juga sedih. Mungkin itu kebiasaan suaminya waktu hidup. Sering dikipasin. Jadi setelah mati, istrinya melakukan kebiasaan itu," cetus yang lain lagi.

"Ini baru seminggu. Wajar kalau masih sangat kehilangan. Nanti lama-lama juga capek," kata yang lainnya lagi.
Saat mereka masih membicarakan Zaenab, tanpa mereka sadari, Zaenab lewat di dekat kerumunan mereka.

"Assalamualaikum, permisi ya Pok," sapa Zaenab.

"Waalaikum salam Zaenab. Saya ikut berduka Zaenab. Tidak menyangka si Abang akan pergi begitu cepat. Yang sabar Ya, Zaenab," jawab Munaroh sambil mencoba menghibur Zaenab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun