Aku ingin menulis tentang mu
Tentang apa saja yang berkaitan dengan mu
Kau tumbuh di udara yang sejuk
Penuh cinta dan kasih sayang
Penuh belaian rindu
Dari ibu yang memiliki sejuta pengorbanan
Namun tetap diam
Walau perih melingkupi hatinya
Walau sakit menemani hari harinya
Walau ketakberdayaan mewarnainya
Kau tak akan tahu betapa dia selalu menyembunyikan sorot matanya
Agar tak terlihat saat menangis
Di balik punggungmu, dia usap dengan tangannya
Yang selalu menyayangimu
Membimbingmu dan menunjukkan betapa hidup penuh warna
Dia ingin daun-daunmu tumbuh mekarÂ
Hijau
Lebar hingga mudah menangkap cahaya matahari Dia ingin kelopaknya tumbuh merah membara seperti mata telaga yang bening berani mengunggkapkan pendapat
Tapi menjadi sayu ketika menatap yang dirindu
Menjadi indah saat jatuh cinta
Batangnya kokoh menancap ke bumia
Seperti keyakinannya atas sesuatu yang kau anggap benar
Kau lahir dari dua benih berbeda
Dua peradaban berbeda
Ayahmu kemerdekaan berpikir
Ibumu adalah kesetiaan dalam mencinta
Kau tumbuh menjadi pribadi yang berani dalam menentukan pilihan pilihan
Walau kadang sakit ketika salah dalam memilih
Tumbuh di belantara rindu
Merah merona
Harum mewangi
Jika cahaya matahari mengenai daun dan kelopkamu
Seperti enggan berpindah ke kelopak hang lain, dia terus menyinari
Seperti mata kekasih yang terus menatap
Tatkala rindu membuncah di kalbu
Hanya karena kau, belantara rindu itu berubah laksana taman cinta
Penuh tawa
Ceria sepanjang hari
Tentu kau memukau para pencari kebenaran
Ingin memindah kau dan menempatkan pada setting yang lain
Ada yang hanya menatap dari kejauhanÂ
Dari balik semak dedaunan
Sambil berkata, "tak perlu kau tahu, aku mengagumimu."
Ada juga yang dengan malu - malu lalu sambil berlalu mencium aroma tubuhmu
Dan entah berapa puluh lelaki
Seperti kumbang yang mendekat lalu menghilang tak kuasa menatap auramu
Akarnya kuat menancap ke tanah Ambarawa
Kendati daunnya menjalar hingga ke ibukota
Harumnya dapat tercium dari sudut manapun
Pernah sekali kau melewati pagar berduri
Tak kau hiraukan tubuhmu terluka
Tanggung jawab haruslah dibela
Aku yang berdiri di batas cakrawala kesadaran hanya ingin berpesanÂ
Jangan dekati dia dengan niat jahat
Nanti terluka
Bukan karena tertusuk oleh durinya
Bukan...
Kau terluka karena melihat betapa menderitanya dia ketika disakiti
Dan berusaha tetap tersenyum sambil menahan tetesan air mata yang akan jatuh dari kelopak matanya
Kalau saja kau tahu bahwa dia adalah mawar tanpa duri
Kau tak akan segegabah ituÂ
Dia bisa melukai bukan dengan durinya
Tapi dengan cara tidak melukai
Jakarta, 23 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H