Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Keluarga Soemijat (5)

29 Juli 2019   02:59 Diperbarui: 29 Juli 2019   03:09 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Begitu sampai di pintu tengah, Macan itu digencet badannya dengan pintu. Tujuannya untuk melemahkan tenaga Macan itu. Untunglah Macan berhasil ditarik ke luar rumah. Setelah berada di luar rumah Macan itu diputar-putar dengan tangan Kandra dengan cara memegang ekornya. Dan terlempar jauh dengan menghasilkan, suara 'gedebug'. 

Kandra kemudian masuk ke dalam rumah lagi.       Meneliti dinding yang telah dilewati Macan tersebut. Serta mencari tahu kenapa Macan sampai tersesat ke dalam rumah. Kandra menduga di dalam hutan yang dekat dengan desa Banjaranyar tersebut telah mengalami krisis makanan akibat kemarau panjang. Kera, kijang dan babi hutan mulai langka akibat ditangkap para pemburu. Akibtnya macan mencari makan dengan cara masuk ke  kampung. 

Setelah Soemijat beranjak besar dan apalagi telah bekerja, Soemijat benar-benar menjadi contoh adik-adiknya. Dalam keluarga layaknya seorang Perdana Menteri di sebuah negara. Semua titah yang dikeluarkan Kandra semua dijalankan Soemijat dengan baik. Soemijat juga bertanggungjawab terhadap masa depan adik-adiknya. Hampir semua adik-adiknya disekolahkan ke sekolah guru agar kelak bisa menjadi guru.

Soedarno  sebenarnya juga mempunyai ijazah sekolah guru. Akan tetapi  ketika hendak diangkat  menjadi guru, dirinya menolak. Soedarno memilih menjadi tukang kebun sekolah. 

Soemijat sudah mewanti-wanti  apakah nanti tidak menyesal jika gaji dan pensiuanannya akan kecil? Soedarno adik yang baik dan taat terhadap kakaknya. Bahkan mengidolakan kakaknya. Usut punya usut, Soedarno tidak mau menjadi guru lantaran dilarang istrinya.

Djaiyah, istri Soedarno tipe wanita yang sangat pencemburu.  Dia sangat dominan. Djaiyah khawatir jika suaminya menjadi guru akan kecantol wanita lain. Demi menjaga keharmonisan rumahtangga, Soedarno mengikuti  kata istrinya. Belakangan anak-anak Soedarnolah yang menyesali keputusan itu.

Dan menganggap Kandra telah pilih kasih dalam memberi  kesempatan menempuh pendidikan hingga ke jenjang yang tinggi. Bukan hanya itu, ada tuduhan juga Soemijat telah menguasai seluruh harta Kandra.

Padahal tidak demikian. Yang terjadi malah sebaliknya. Ketika rumah Kandra hendak disita bank, Soemijat turun tangan untuk memberesi utang tersebut. Karena Soemijat telah menutupi seluruh tanggungan Kandra terhadap bank, Kandra lalu menyerahkan rumah yang ditempati tersebut kepada Soemijat.

Soemijat menolak pemberian tersebut. Bahkan menolak juga untuk menerima harta warisan  apapun. Menurut Soemijat, dengan dilahirkan ke dunia melalui benih Kandra telah memiliki hutang yang tak bisa dibayar dengan apapun. Apalagi mendapat limpahan kasih sayang yang begitu besar. Bukan hanya itu, Soemijat bahkan membelikan satu rumah lagi khusus untuk Turmi, ibu tirinya.

Kandra secara resmi memiliki dua istri. Istri muda Kandra bernama Turmi, seorang janda dengan seorang anak laki-laki bernama Sarwo. Turmi ini sesungguhnya masih kerabat dekat.  Turmi tak lain kakak  kandung Atmo yang di kemudian hari menikah dengan Soewatni, adik kandung Soemijat.

Tini dan Turmi tinggal satu rumah. Tapi mereka telah sepakat, sebagai istri muda bertugas mendampingi Kandra dalam menghadapi tamu-tamu Kandra. Turmi dianggap mempunyai keluwesan dalam berhadapan dengan orang lain. Sementara Tini, lebih mengurus ke persoalan ekonomi dan dapur rumah tangga. Jadi seandainya ada tamu Kandra datang, maka, Tini di dapur segera membuat unjukan (minuman), lalu di antar sampai di ruang tengah. Di ruang tengah minuman yang telah dibuat Tini itu disambut Turmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun