Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Keluarga Soemijat (5)

29 Juli 2019   02:59 Diperbarui: 29 Juli 2019   03:09 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

  • Saudara Kandung Soemijat

Hasil pernikahan Kandra dan Tini dikaruniai enam anak. Soemijat, Soedarno, Soewatni, Soekiswo dan Soeharto. Serta satu anak perempuan bernama Soewarni yang meninggal dunia saat masih remaja.

Adik perempuan Soemijat ini  paling disayang Soemijat. Tapi pada satu hari Soewarni ini telah berbuat keliru. Menurut pandangan Soemijat telah melakukan tindakan yang mencoreng nama baik keluarga. Soemijat yang sangat keras apalagi menyangkut nama baik segera akan menindak tegas adiknya itu.

Soemijat yang kalap sudah hampir saja mencabut keris Sabuk Inten untuk dihujamkan ke adik kandungnya itu. Akan tetapi, Kandra  mencegah dan melarangnya.  Soemijat patuh terhadap perkataan ayahnya.  

"Tidak usah dibunuh. Nanti juga mati sendiri," kata Kandra kepada Soemijat.

Benar saja, hanya selang beberapa bulan dari perkataan Kandra terhadap Soemijat, adik kandung Soemijat meninggal dunia. Soemijat sedih kehilangan adik kandung yang sangat disayangi. Tentu saja menyesal. Adiknya telah meminta maaf. Tapi Kandra telah terlanjur berucap seperti itu.

Entah kenapa apa yang menjadi perkataan Kandra di kemudian hari, sering menemui kebenaran. Akan tetapi kepatuhan Soemijat kepada ayahnya, bukan lantaran Kandra memiliki ilmu atau daya linuwih.  Soemijat memang telah menyadari sepenuhnya, orangtua harus dihormati dan disayangi. Bahwa ternyata ayahnya memiliki kesaktian ilmu yang yang tinggi sebagai bonus saja.

Dan kesaktian Kandra telah menjadi rahasia umum. Semua orang di kampungnya paham Kandra bukan orang sembarangan. Pernah pada suatu malam, mungkin karena dinding rumah terbuat dari bambu, dan sudah sedikit rapuh, banyak lubang di sana-sini. Tiba-tiba melalui lubang yang rapuh itu ada seekor Macan  Kumbang  masuk ke dalam rumah.

Macan itu masuk melalui dapur lalu menuju ke depan.  Beruntung Kandra masih terjaga. Segera saja Macan itu ditangkap ekornya dengan tangan kiri, lalu diangkat sehingga hanya dua kaki depan yang berjalan. Macan itu kemudian digiring ke depan, dengan harapan Kandra bisa menggencet macan itu dengan pintu ruang tengah.

 Tapi menarik Macan itu menuju ke depan mempunyai risiko yang besar. Adik-adik Soemijat yang masih anak-anak tengah tidur di atas dipan di ruang tengah.  Bukan tidak mungkin macan itu akan kalap dan tidak bisa terkontrol begitu melihat mangsa yang banyak. Kandra pun tidak boleh berpikir terlalu lama. Akhirnya, Macan itu ditarik keluar.

Macan itu terus meronta-ronta sambil mengaum.  Tapi cengkeraman tangan Kandra di ekor macan itu begitu kuat. Sehingga Macan tidak bisa berkutik terpaksa harus mengikuti kemauan Kandra. Kandra merasakan, tangannya seperti menggenggam ribuan jarum yang menusuk ke tangannya. Padahal hanya karena bulu-bulu macan itu mulai meregang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun