Sekarang kita bandingkan kalimat-kalimat berikut dengan pasangannya masing-masing.
(1a) "Pak, saya boleh ikut latihan silat?" tanya Kancil.
(1b) "Pak, saya boleh ikut latihan silat?" pinta kancil.
(2a) "Bapak takut, kamu tidak bisa mengendalikan emosi," kata ayahnya.
(2b) "Bapak takut, kamu tidak bisa mengendalikan emosi," jawab ayahnya.
(3a) "Tapi boleh, kan, Pak?" tanya Kancil.
(3b) "Tapi boleh, kan, Pak?" bujuk Kancil.
(4a) "Kamu mestinya tahu maksud bapakmu," ucap ibunya.
(4b) "Kamu mestinya tahu maksud bapakmu," sahut ibunya.
(5a) "Kan, Bapak hanya khawatir, Bu," kata Kancil.
(5b) "Kan, Bapak hanya khawatir, Bu," eyel kancil.
(6a) "Bapak tidak ingin kamu jadi jawara liar!" jawab ayahnya.
(6b) "Bapak tidak ingin kamu jadi jawara liar!" tegas ayahnya.
(7a) "Belum mencoba, kan, Pak?" tanya Kancil.
(7b) "Belum mencoba, kan, Pak?" sanggah Kancil.
(8a) "Lupakan niatmu itu! Titik!" kata ayahnya.
(8b) "Lupakan niatmu itu! Titik!" bentak ayahnya.
Kata-kata berhuruf tebal pada kalimat-kalimat (b) memiliki efek emosi yang lebih kuat daripada pasangannya masing-masing pada kalimat-kalimat (a). Kata-kata berhuruf tebal pada kalimat-kalimat (a) tidak salah, tetapi gagal mengantarkan pembaca menyelam ke suasana batin penutur kalimat-kalimat kutipan itu.
Editor punya peran penting dalam mendorong penulis untuk memperkaya perbendaharaan diksi dan mempertajam rasa bahasanya.Â