Mohon tunggu...
Teguh Gw
Teguh Gw Mohon Tunggu... Guru - Pernah menjadi guru

Pemerhati pendidikan, tinggal di Semarang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menulis: Mengasah Nalar dan Rasa Bahasa

25 September 2023   17:19 Diperbarui: 26 September 2023   19:21 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam kalimat kompleks, subjek klausa subordinatif boleh dilesapkan dan tidak menimbulkan salah paham jika subjeknya sama dengan subjek klausa utama, seperti pada contoh-contoh berikut.
(a) Sebelum meninggal, kakekku minta disuapi bubur sumsum.
(b) Karena tersedak, kakekku tidak bisa bernapas.
(c) Ketika hendak diminumi, kakekku tidak merespons.
(d) Setelah diperiksa dokter, kakekku dinyatakan sudah meninggal.

Pada keempat kalimat tersebut, subjek klausa subordinatif sama dengan subjek klausa utama: kakekku. Pelesapan subjek pada klausa subordinatif seperti itu tidak menimbulkan kesalahpahaman. Maksud penutur dan persepsi pendengar/pembaca sama: yang meninggal, tersedak, hendak diminumi, dan diperiksa dokter adalah kakekku.

Jika yang dimaksud oleh penutur pada kalimat yang kita bahas di atas, yang berangkat adalah anaknya, subjek klausa (1) tidak boleh dilesapkan. Jadi, kalimat tersebut semestinya Sebelum dia (gadis itu) berangkat, ibunya mengecup kening dan mencium kedua pipinya. Pemunculan subjek klausa subordinatif yang tidak sama dengan subjek klausa utama ini akan menghilangkan potensi kesalahpahaman pendengar/pembaca. Sebaliknya, jika subjek tersebut tidak dimunculkan, persepsi pendengar/pembaca bisa tergelincir: subjek pada kedua klausanya sama. 

Sekali lagi, penalaran kritis terhadap kerancuan bahasa seperti ini hampir tidak pernah terjadi pada komunikasi lisan. Kaum linguis pun akan dengan mudah memaklumi, memaafkan, dan melupakannya. Mereka tidak berminat mengupasnya, kecuali untuk kepentingan penelitian ilmiah.

Nasib dangling sentence (maaf, saya belum menemukan padanan istilahnya dalam bahasa Indonesia) semacam itu akan berbeda ketika muncul dalam tulisan, terutama tulisan yang melibatkan editor. Seorang editor yang peka, peduli, dan "kurang welas asih" biasanya tidak rela kehadiran kalimat yang mengabaikan nalar bahasa seperti itu mencederai kehormatan penulisnya. Editor jenis ini suka mengasah nalar bahasa si penulis. Alhasil, cepat atau lambat, penulis akan cermat ketika menyusun kalimat. 

Lain cerita bila editor, selain kritis nalar bahasanya, juga punya sifat welas asih yang turah-turah. Editor tipe demikian tidak mau bersusah-susah menunjukkan alur penalaran agar si penulis memahami kekeliruannya lalu mengoreksi sendiri kalimatnya. Dengan ringan tangan, editor serta-merta mencoret, atau bahkan menghapus, kalimat rancu seperti itu lalu menggantinya dengan kalimat yang benar.

Selain nalar bahasa, menulis juga memungkinkan kita (selama tidak alergi terhadap "kekejaman" editor) mengasah rasa bahasa. Kepekaan rasa bahasa dipengaruhi oleh kekayaan diksi dan berkorelasi erat dengan jam terbang penulis di jagat literasi. Makin banyak dan variatif genre tulisan yang dibaca dan ditulis, makin kaya diksi yang dikuasai seseorang.

Mari, kita bandingkan dua paragraf berikut.

(a) Sebuah truk trailer berjalan cepat dari arah Ungaran. Klakson terus-menerus berbunyi keras. Seperti susah dikendalikan, truk tersebut menumbuk sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat yang berhenti tertahan lampu merah di pintu tol Bawen. Belasan orang menjadi korban. Sebagian besar mengalami luka ringan dan berat, sebagian lagi wafat di tempat kejadian. Beberapa korban masih terjepit badan mobil yang penyok dan belum berhasil dievakuasi.

(b) Sebuah truk trailer melaju kencang dari arah Ungaran. Klakson tidak henti-hentinya berbunyi keras-keras. Seperti kesetanan, truk tersebut menabrak sejumlah mobil dan sepeda motor yang berhenti tertahan lampu merah di pintu tol Bawen. Korban pun berjatuhan. Selain korban luka ringan dan berat, tidak sedikit korban yang meninggal seketika. Beberapa korban belum berhasil dievakuasi karena tergencet bodi mobil yang ringsek.

Kedua paragraf tersebut berisi berita kecelakaan yang sama. Namun, paragraf (a) dan paragraf (b) pasti memberikan efek emosi berbeda kepada pembaca. Apa sumber perbedaannya? Ya, diksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun