Selain diplomasi makan siang itu tadi, Indonesia juga mampu menghadirkan berbagai suguhan kesenian khas Indonesia seperti angklung, tari Bali dan sederet sajian kesenian lainnya.
Tidak kalah menariknya pula, kebijakan penyelenggara KAA pada waktu itu dari segi penggunaan pakaian.
Indonesia sangat terbuka dengan keberagaaman masyarakat dunia internasional.
Dalam hal penggunaan pakaian, penyelenggara menerapkan kebijakan kepada setiap delegasi KAA untuk mengenakan pakaian khasnya masing-masing dengan cara sopan dan tidak menimbulkan ketersinggungan kepada delegasi lain.
Alhasil, dalam dokumentasi-dokumentasi gambar KAA, sangat mudah kita temukan bagaimana keberagaman itu nampak muncul dalam kebersamaan diantara para tamu, delegasi, tuan rumah hingga masyarakat luas yang menyempatkan hadir secara langsung pada penyelenggaraan KAA.
Sungguh dunia ada dalam keberagaman pada saat itu.
Hal terpenting selanjutnya adalah bahwa KAA telah melahirkan sebuah naskah atau kesepakatan dunia yaitu naskah Dasa Sila Bandung.
Naskah ini kemudian menjadi nafas kebebasan bagi Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam menetukan nasibnya.
Â
Hal tersebut sejalan pula dengan adanya Spirit Bandung sebagai Ibu Kota Asia Afrika.
Mengutip tulisan dalam laman KOMPAS.com bahwa Isi Dasasila Bandung adalah sebagai berikut:
1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara