Kurang lebih, Soekarno muda berkata demikian, bahwa kita memerlukan sebuah simbol untuk menunjukan kepribadian Indonesia.Â
Peci, memiliki sifat khas, mirip dengan tutup kepala para buruh bangsa Melayu. Peci ini khas dan asli milik Indonesia.
"Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia merdeka", kata Soekarno dalam pertemuan Jong Java tahun 1921.
Berkat usaha gigih tersebut, secara berkala, peci menjadi penanda khas tutup kepala Bangsa Indonesia.Â
Pada awalnya, peci didasarkan kepada kepentingan pelengkap pakaian peribadatan, terutama oleh umat Islam.Â
Seiring berjalan waktu, peci telah menjadi identitas resmi kenegaraan.
Memakai peci, tidak didasarkan bagi muslim saja, tetapi lebih meluas kepada berbagai kalangan masyarakat berbagai latar belakang agama.
Setelah penetapan orang memakai peci sebagai atribut resmi dalam ruang-ruang kenegaraan, organisasi atau kelompok masyarakat tertentu, berpeci pun kemudian dikembalikan lagi penggunaan sebagai bentuk tradisi, lekat dengan aktivitas masyarakat biasa lainnnya.
Keleluasaan berpeci tanpa membedakan gender, ada pada setiap peringatan Hari Ulang Tahun Indonesia, tanggal 17 Agustus.Â
Pasukan pengibar bendera pusaka atau disebut paskibraka, meletakkan peci sebagai atribut resmi, baik bagi paskibraka laki-laki ataupun paskibraka perempuan.
Peci dalam berbagai sebutan lain yaitu mut dan songkok, dipergunakan dalam melengkapi pakaian dinas ketentaraan, organisasi kemahasiswaan, kelompok pejuang veteran dan banyak lagi.