Tengok saja kitab-kitab suci, panduan-panduan hukum, syair-syair atau sekedar goresan sederhana pada dinding gua sekali pun, semua nampak berharga mengawal keakuan dunia yang senantiasa inginkan abadi.
Banyak cara orang mampu menulis, menggarap kata-kata menjadi memiliki makna sekaligus mengikat makna tersebut.
Dalam konteks berbagi, tulisan pun mampu merubah dunia selama itu bisa dibaca.
Wajar apabila pepatah menyebutkan jika pena lebih tajam dari pedang.
Pena dimaksud dalam hal ini tentunya goresan tinta pembentuk kata-kata lalu terbaca luas oleh khalayak publik dengan sejumlah makna tulisan didalamnya.
Awal menulis sekedar hobi, lama-lama memiliki ketertarikan membuat publikasi tulisan dalam media.
Pengetahuan dasar menulis sudah tentu diperlukan dalam merambah media massa, apalagi bidang ini memiliki disiplin sendiri sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan bidang komunikasi.
Sadar dengan itu, putusan bergabung menjadi bagian awak media diambil.
Era keterbukaan informasi, menyusul secara normatif Undang-undang tentang kebebasan pers terbit, membuka peluang orang-orang masuk dalam pusaran gerak media massa.
Apapun orang bisa tulis pada media massa berabgai bentuk, baik cetak ataupun elektronik.