Melalui tulisan, pengalaman dapat tercatatkan hinggga ia melampaui masa-masa kehidupan panjang sang penulisnya, saat  ia telah tiada kelak.
Saat memutuskan membuka akun Kompasiana beberapa tahun silam, saya berpikir bahwa blog milik grup Kompas Media ini mampu menjadi wahana baru menyalurkan hobi menulis.
Blog tersebut menjadi ruang perekam tulisan bagi saya, setelah terbangunnya kebiasaan membuat catatan harian dalam buku catatan khusus.
Ya, buku harian. Disana tercurah apapun, baik itu pemikiran, perasaan, unek-unek atau sekedar goresan ballpoin tanpa aturan.
Catatan-catatan berubah kenangan. Tersusun lembar demi lembar memenuhi setiap halaman buku, tertelan masa.
Beberapa catatan dalam buku harian sejak silam, diantaranya banyak hilang. Saya menyesal itu terjadi.
Disana terdapat hal penting walau sebelumnya dianggap biasa, sebatas sebuah curahan hati atau untaian perasaan.
Namun, disana juga tumbuh pemikiran, ide, cara pandang dan tafsir-tafsir fenomena hidup yang sanggup terpikirkan secara mendalam.
Sejak penyesalan itu muncul, maka memutuskan menyimpan apapun bentuk-bentuk tulisan, menjadi pilihan hidup.
Tulisan sepintas lalu, berubah menjadi penting pada masa yang lain, bukankah itu sebagai sebuah keberuntungan?
Mencipta hal biasa di masa awal, berbuah sesuatu berharga di saat kemudian.