Memasuki masa reformasi, NU kembali berhadapan dengan kenyataan politik lain. Kanal politik yang semula bermuara kepada Golkar, kini harus dibelokan kepada kekuatan politik baru.Â
Tepatnya, tahun 1999, jelang pemilu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mempelopori lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Jalan politik baru menempuh koridor demokrasi Indonesia, PKB diharapkan menjadi wadah konkrit aspirasi warga NU.
Harapan besar kembali kepada warna politik mandiri NU, namun kenyataanya, pendirian PKB pun mengalami penolakan dari warga NU sendiri, yaitu dengan munculnya kekuatan politik lain dari dorongan sumber basis massa yang sama yaitu Partai Nahdlatul Ummat (PNU), Partai Kebangkitan Umat (PKU) dan partai Sunni. Ketiga partai tersebut sama-sama menjadi peserta pemilu 1999.
Meski ada dalam perlawan dari sisi internal, PKB berhasil unggul dalam pemilu 1999 dengan mengantongi sedikitnya 52 kursi parlemen.
Partai lain besutan warga NU, tidak berhasil mencapai ambang batas parlemen dan akhirnya gugur untuk menjadi partai peserta pemilu berikutnya serta melanjutkan perjuangan di gedung DPR RI.
Masa 100 tahun menjalani dunia kemasyarakatn dan politik di Indonesia, NU benar-benar teruji secara pengalaman. Sebaran pengaruhnya bisa kita saksikan dalam berbagai lini kehidupan saat ini.
NU yang terus berjuang, mampu menyertakan diri bersama kekuatan-kekuatan masyarakat dan politik lainnya. Satu abad NU menjadi tonggak kokohnya perjuangan anak-anak bangsa ini mencapai derajat bangsa unggul sejati.
Selamat hari jadi NU ke 100 Tahun! NU Jaya selamanya.
Salam Pancasila!
Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H