Dari tahun 1926 hingga 1956, NU fokus kepada pemberdayaan umat atau masyarakatnya dalam hal pendidikan kepesantrenan.
Adapun aktivitas secara politik, saat itu, secara penuh NU mempercayakan kepada Majelis Sjuro Muslimin Indonesia (Masjumi).Â
Masjumi merupakan partai politik yang berdiri tahun 1945, sebagai Federasi Ormas-ormas Islam. Â Â
Namun, karena terjadi percekcokan di dalam Masjumi, tanggal 6 April 1952, NU keluar dari Masjumi.Â
Pada saat itu pula, NU merubah sifat keorganisasiannya dari organisasi kemasyarakatan menjadi partai politik.
Setelah resmi berdiri menjadi partai politik, pada tahun 1955, NU mengikuti kontestasi pemilihan umum (pemilu) dan berhasil memperoleh 45 kursi parlemen (DPR).Â
Unggul pada urutan ke tiga setelah Partai Nasional Indonesia (PNI) memperoleh 57 kursi serta Masjumi 57 kursi.
Berkembangnya pengaruh NU dalam lingkungan pemerintahan saat itu, tentunya semakin menambah besar peluang NU dalam proses pengambilan kebijakan.Â
NU semakin diperhitungkan dan mengokohkan diri menjadi kekuatan penyeimbang penetapan fase-fase penting kenegaraan.
Belenggu Politik
Hitungan peroleh 45 kursi parlemen oleh NU pada pada pemilu 1955, berarti NU saat itu berhasil memperoleh sedikitnya 18,4% dari keseluruhan kursi parlemen yang diperebutkan. Suatu capaian besar politik signifikan dalam perputaran kekuasaan Orde Lama (Orla).
Tetapi, apakah pencapaian kekuasaan sebesar itu kemudian memberikan dampak baik bagi kehidupan NU secara keseluruhan?Â