Karena alasan pemenuhan suatu komoditi tertentu yang ingin mereka jual, maka tenaga-tenaga kaum Bumiputra diserap untuk dipekerjakan di lahan-lahan yang dikuasai Belanda.
Orang-orang Indonesia dipaksa meninggalkan lahan garapannya di masing-masing daerah lalu digiring masuk kepada suatu area penanaman tumbuhan-tumbuhan produksi yang dibutuhkan orang-orang Eropa saat itu.
Petani-petani kita didesak bercocok tanam kopi, teh, pala, cengkeh, kina serta komoditi rempah-rempah lainnya.
Orang-orang Indonesia bekerja tanpa bayaran sebanding dengan jerih payah yang telah dikeluarkannya.
Sekian lama meninggalkan sawah dan kebun milik pribadi, namun hasil sekembalinya dari bekerja di lahan-lahan yang dikuasai Belanda, meraka hanya mendapatkan siksa, cambukan majikan dan penindasan lainnya.
Sepulang ke tempat asal, lahan-lahan pertanian rakyat menjadi rusak karena tidak ada yang mengurusnya.
Kelaparan terjadi dimana-mana dan kesengsaraan meraja lela merata hingga pelosok negeri.
Soekarno melihat ini, sebagai derita berkepenjangan Bangsa Indonesia.
Secara terencana, Belanda menerapkan imperialisme dan kolonialisme hingga memasuki babak modern.
Meski sistem tanam paksa berakhir, namun kolonialisme baru terus saja bergulir dalam bentuknya yang lebih sadis dan memeras kehidupan bangsa.
Revolusi