Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spirit Budaya dalam Kemaritiman Nusantara

16 November 2022   18:34 Diperbarui: 16 November 2022   19:03 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Maritim Nusantara. Photo: https://www.kompas.com/

Kehidupan masyarakat di nusantara sangat erat dengan nilai-nilai leluhur terdahulu. Tidak sedikit dari tatanan nilai yang ada itu terjaga hingga kini dan mampu menginspirasi lahirnya pemikiran unggul dalam dunia kemaritiman.

Nilai-nilai tersebut hidup dalam taman sari kehidupan dan bergerak menjelma intuisi dalam tantangan jaman. 

Banyak diantara masyarakat kita mengetahui keberadaan nilai-nilai tersebut bahkan hal itu kerap terucap dan terekspresikan dalam gerak, suara hingga mampu mempengaruhi proses-proses perenungannya.

Ini adalah kondisi ideal yang dimiliki bangsa dan diharapkan masyarakat tetap menjadikan hal tersebut sebagai pijakan dasar dari setiap proses kehidupannya. 

Kebesaran nilai bangsa tersebut selanjutnya secara bersama-sama dapat dijadikan modal besar dalam meraih masa depan yang gemilang.

Sumber nilai yang kita kenal -dari sekian banyak sumber nilai yang ada kaitannya dengan dunia kemaritiman- dan mampu mengikat makna serta arti-arti dari adanya kejayaan masa lalu nusantara yang terus hidup adalah wayang dan Kujang. 

Wayang dan kujang sebagai suatu proses elaborasi sekaligus eksplorasi nilai yang paling mudah untuk menyusup kedalam pemikiran-pemikiran masyarakat.

Wayang, dengan pakem-pakem yang melandaskan pada setiap laju ceritanya bak "kitab suci" yang selalu up to date untuk dijadikan rujukan. 

Sifat-sifatnya yang khas dari setiap pewatakan para tokohnya dapat menjadi referensi dan gambaran hidup tentang sifat-sifat manusia dalam berbagai perkembangan jaman.

Begitu juga kujang, setelah ditetapkanya kujang sebagai pusaka Bnagsa Sunda yang memuat sejumlah nilai mendasar kehidupan, maka sejak itu kujang merupakan referensi ideal dalam memahami nilai-nilai luhur Bangsa Sunda dari sudut pandang falsafah, historis dan yuridis.  

Karakter Nilai Antasena

Kita sebut saja Antasena atau Anantasena. Sebagai seorang Putra Bima/Werkudara, dengan Dewi Urang Ayu, putri  Hyang Mintuna, dewa ikan air tawar di Kisik Narmada. Ia mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu, yaitu: Antareja, putra  Dewi Nagagini, dan Gatotkaca, putra  Dewi Arimbi.

Sebagai salah anak dari salah satria Pandawa, Antasena sejak awal mendapat tugas dan tempat terhormat untuk menjaga wilayah vital kekuasaan negara yaitu wilayah laut dan darat yang dibuktikan dengan kemampuanya hidup di laut dengan sejumlah keilmuan utama yang mapan.

Disebutkan bahwa Antasena, seluruh badannya berkulit sisik ikan/udang hingga kebal terhadap senjata. Anantasena dapat hidup di darat dan di dalam air. 

Ia mempunyai kesaktian berupa sungut sakti, mahluk apapun yang tersentuh sungut itu dan terkena bisanya akan menemui kematian.

Antasena juga memiliki pusaka Cupu Madusena. Pusaka tersebut dapat mengembalikan kematian di luar takdir. 

Ia juga tidak dapat mati selama masih bersinggungan  dengan air atau uap air.

Antasena berwatak jujur, terus terang, bersahaja, berani kerena membela kebenaran, tidak pernah berdusta. 

Setelah  dewasa, Anantasena menjadi raja di negara Dasar Samodra, bekas negara Prabu Gangga Trimuka yang mati terbunuh dalam peperangan.

Karakter Antasena dibuat 'lucu', lugu, naif namun jujur. Dia tidak pernah menggunakan bahasa krama halus kepada siapapun. 

Antasena meninggal sebelum perang Bharatayuda. Ia mati moksa atas kehendak/kekuasaan Sang Hyang Wenang. 

Kematian itu atas nama keadilan, karena pada perang Bharatayuda Antasena tidak mempunyai lawan yang sepadan. 

Tidak ada musuh yang mampu menangkal kehebatan bisa di sungutnya.

Antasena adalah inspirasi untuk menghidupkan semangat berbakti kepada negeri terutama berbakti dengan kemampuan dan totalitas perjuangan dalam mempertahankan jati diri bangsa hingga titik darah penghabisan. 

Antasena tumbuh dan besar dengan karakter diri yang unggul, bahkan totalitasnya ia dalam menjaga laut dan darat meberikan rasa segan kepada siapun yang ingin mengganggu kedaulatan lingkungan laut.  

Karakter Kujawa Hyang

Sebagai Pusaka Bangsa Sunda, kujang mengajarkan kepada khalayak umum bagaimana pentingnya menjaga kewilayahan dan lingkungan hidup secara sempurna. Kujang memiliki pengertian mengenal Kujawa Hyang. 

Kujawa Hyang adalah konsep teritorial yang di kenal sejak awal berdirnya Kerajan Sunda dan diungkapkan oleh Raja Pertama Kerajaan Sunda, Prabu Tarus Bawa, pada abad VII Masehi.

Konsep teritorial sebagaimana dimaksud adalah penyatuan kewilayahan lingkungan yang diikat oleh sebuah sistem nilai diantara: Sri Bhima punta Narayana Madura Suradipati. 

Sistem kewilayahan yang meliputi lingkungan darat dan laut sehingga pengikatan tersebut menjadi pengikatan yang menghasilkan kedaulatan sebuah kekuasaan kerajaan.

Sistem kewilayahan yang mengakui adanya kedaulatan darat dan laut sehingga terhindar dari keberadaan wilayah laut lepas. 

Kewilayahan laut lepas dalam teori kemaritiman mengandung potensi bahaya yang tinggi dan memperkecil luas kewilayahan. 

Siapa saja akan memiliki kebebasan melintas diperairan laut luar hingga laut dalam dan tidak dapat ditindak oleh siapapun.

Para leluhur telah mengajarkan kesadaran terhadap situasi dan kondisi teritorial tersebut sejak lama dan hal tersebut mampu menjadi inspirasi bagi lahirnya pemikiran-pemikiran baru tentang tata kewilayahan darat dan laut oleh negara hingga saat ini.

Konsep pemikiran para pendahulu bangsa tersebut ditangkap dan dikembangkan dikemudian hari oleh seorang tokoh besar bangsa Indonesia yaitu Ir. H. Djuanda Kartawidjaja sebagai seorang Perdana Menteri Indonesia pada tahun 1957. 

Tepatnya  Ir. H. Djuanda Kartawidjaja pada tanggal 13 Desember 1957 telah mencetuskan Deklarasi Djuanda yaitu deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. 

Pokok-pokok pemikiran dari deklarasi tersebut melahirkan lebih banyak lagi negara berdaulat dengan kesatuan wilayah kepulauan dan kelautannya.

Masyarakat dunia sangat mengapresiasi kembali upaya Djuanda di masa lalu yang kemudaian direvitalisasi oleh Presiden Joko Widodo melalui konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. 

Gambaran kemajuan Indonesia dalam sisi ekonomi dan politik akan nampak dihadapan kita ditengah-tengah hiruk pikuk bangsa-bangsa lain di dunia. Dan ini baru sedikit dari apa yang telah Bangsa Indonesia miliki dan lakukan.

Sebagai generasi bangsa ke depan kita layak menggali kembali kandungan nilai-nilai leluhur lainnya sehingga tidak menutup kemungkinan jika bangsa Indonesia akan tampil sebagai bangsa yang kuat dan disegani di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun