Budaya yang bermacam-macam, melahirkan karya busana yang beragam. Kekayaan Indonesia dengan nilai yang sangat tinggi. Cita rasa dan selera berbusana diekspresikan melalui kreasi-kreasi mempeesona hingga kita bisa berucap kagum, inilah Indonesia!
Rasa memiliki terhadap kekayaan budaya bagi siswa adalah dengan memeperkenalkan dan mendekatkan mereka kepada maha karya itu.Â
Setelah mereka paham dan dekat, ada lanjutan langkah bagaimana mereka mengenakannya dan melatih merasakan hadirnya empati terhadap busana dari produk budaya mereka sendiri.
Sedari dini, mengenakan pakaian adat daerah harus dibiasakan kepada siswa. Setidaknya siswa mengenal kapan busana itu dipergunakan dalam waktu-waktu utama tertentu.Â
Peraturan seragam baju adat, boleh dibilang sebagai usaha sadar mendekatkan siswa kepada hasil kreasi luhur busana dalam balutan adat dan budaya mereka sendiri.
Dalam hal mengenakan seragam baju adat ini, pemerintah memperbolehkan pengaturan penggunaannnya kepada sekolah dalam waktu-waktu tertentu berkaitan dengan kepentingan mengaitkan pemahaman siswa terhadap keberadaan nilai budaya dalam seragam baju adat tersebut.
Berseragam, tentunya merupakan hal sederhana yang bisa kita praktekan sehari-hari. Tetapi, meski ini sederhana, sebetulnya berseragam itu identik dengan upaya kita melakukan usaha pelestarian budaya.
Dalam unsur-unsur budaya, terdapat satu unsur berkaitan dengan sikap individu yang mampu menopang kiprah besar bangsa berbudaya.Â
Unsur budaya itu dalam sebutan yakni "Nata Salira". Nata salira, adalah bahasa Sunda terdiri dari kata nata yang artinya melakukan usaha memeperbaiki atau mengatur dan salira yang artinya diri.
Dalam kehidupan budaya Sunda, nata salira memiliki arti bagaimana kita memiliki kemampuan melakukan pengaturan terhadap diri agar mampu menjadi manusia unggul.Â
Mengatur atau menata diri dilakukan secara jasmani dan ruhani. Baik berseragam atau berbusana adat, ini menjadi representasi bagaimana kemampuan seseorang terlihat memiliki kemampuan menata diri secara jasmani dan ruhani. Â Â