Mengikhlaskan Keadaan (Acceptance)
Tidak semua yang kita rencanakan atau impikan itu berjalan mulus sesuai dengan harapan kita. Ada kalanya, keadaan tersebut menjadi 360 derajat berbeda dengan apa yang kita harapkan. Pimpinan, lokasi kerja, suasana kerja, rekan kerja ; sebagai karyawan tentu kita tidak bisa memilih keadaan tersebut.
Yang bisa kita lakukan adalah belajar menerima, belajar mengizinkan emosi tidak nyaman tersebut, untuk akhirnya kita bisa memilih langkah yang tepat untuk bertindak sebagai respon terhadap keadaan tidak nyaman tersebut. Apakah keadaan tersebut membuat kita tersiksa ataukah kita memilih untuk Bahagia menerima keadaan tersebut.
Ketika saya mengikuti mentoring "finding inner peace" dengan trainer Jamil Azzaini, menurut beliau bahwa kunci ketenangan hidup itu adalah dengan ridho, rela atau acceptance. Masih menurut beliau ada pakar psikologi dunia, M. Scott Peck, M.D. dalam bukunya "The Road Less Traveled" yang dalam kajian ilmunya sering mengkombinasikan dengan spiritualitas. Beliau menyampaikan bahwa menerima adalah kunci dari kebahagiaan dan ketenangan hidup.
Menerima bukan berarti kita menyukainya, melainkan awal yang baru untuk dapat memilih dan memulai langkah berikutnya. Menerima atau berserah adalah sebuah cara untuk dapat melihat apa yang sesungguhnya terjadi, dengan cara memisahkan reaksi personal kita dari keadaan yang ada, dan selanjutnya, memikirkan langkah yang bisa diambil berdasarkan keadaan tersebut.
Dengan menerima, kita tidak hanya sekedar bereaksi terhadap situasi, melainkan memilih dengan sadar aksi kita berdasarkan situasi yang ada.
Saat kita belajar menerima, kita akan berhadapan dengan perasaan-perasaan yang tidak nyaman. Tahap berikutnya dari menerima adalah kita belajar mengizinkan diri untuk merasakan semua perasaan-perasaan yang tidak nyaman tersebut. Dengan belajar mengendalikan emosi untuk menerima keadaan yang tidak nyaman tersebut untuk terjadi, kita harus bisa menerima, kemudian kita juga harus bisa melihat keadaan yang tidak nyaman tersebut tanpa emosi.
Apabila kita mengizinkan diri kita merasakan semua emosi yang buruk dan pahit, sesungguhnya kita telah meningkatkan kekebalan imun emosi diri kita atas kemungkinan kejadian yang lebih buruk.
Setelah kita sudah mengenali keadaan tidak nyaman tersebut dengan jelas dan sebenar-benarnya, kita baru bisa memikirkan mau berbuat apa, sehingga kita tidak langsung bereaksi secara membabi-buta untuk merespon keadaan yang tidak nyaman tersebut.
Bersyukur (Gratitude)
"Bersyukur pada hal apapun yang sudah kita miliki, sekecil apapun itu dan jangan pernah membandingkan apa yang kita miliki dengan milik orang lain". Nasihat tersebut masih saya pegang teguh hingga sekarang.