3.Rute dan jaringan Metro: Meskipun jaringan rutenya cukup luas, tapi masih banyak daerah yang belum tercover, sehingga harus berganti moda transportasi lain.
4.Penyaluran dana: Terkait dengan pengembangan sistem transportasi umum di Jakarta, kadang-kadang anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan jalur TransJakarta tidak memadai.
Salah satu contoh kasusnya adalah berdasarkan informasi (http//www/penumpang Transjakarta koridor 10 dan 11 terlantar, 7 Pebruari 2012) kalangan DPRD DKI Jakarta terus menyoroti buruknya layanan bus Transjakarta. Kali ini, giliran busway koridor 10 (Cililitan-Tanjung Priuk) dan Koridor 11 (Kampung Melayu-Pulogebang) yang dikritik. Sebab, di dua koridor tersebut, bus yang beroperasi tak lebih dari 6 armada, atau, masing-masing koridor hanya dilayani oleh 3 armada. Akibatnya, ribuan calon penumpang pun tidak terangkut dan terpaksa beralih kekendaraan umum lainnya. Dwi Rianta Soerbakti, anggota DPRD DKI Jakarta yang membidangi transportasi mengatakan; "Dinas perhubungan tidak serius dalam menanganinya, sebab, berdasarkan ketentuan, yang beroperasi seharusnya empat puluh empat bus. Yakni, dua puluh tiga bus di koridor 10, dan dua puluh satu bus di Koridor 11" (Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan Logistik:2015)
"TransJakarta bukan hanya sekadar moda transportasi, tapi juga simbol kemajuan dan transformasi kota Jakarta menuju masa depan yang lebih baik." -- Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta). Dalam rangka meningkatkan efektivitas penggunaan TransJakarta di Jakarta, perlu adanya perbaikan dan pengembangan sistem pelaksanaan, keamanan, kenyamanan, akses dan fasilitas-fasilitas yang ada.
Pelayanan TransJakarta
TransJakarta adalah moda transportasi umum berbasis bus rapid transit (BRT) yang beroperasi di Jakarta, Indonesia. Didirikan pada tahun 2004, Transjakarta memiliki rute dan jaringan yang tertata dengan baik, dengan bus dan halte yang modern dan nyaman. TransJakarta menggunakan armada bus khusus yang dapat menampung lebih banyak penumpang dibandingkan dengan bis biasa, dengan kapasitas hingga 166 penumpang per bus. Bus-bus ini juga dilengkapi dengan AC, CCTV, dan sistem penyampaian suara yang otomatis untuk memberikan informasi kepada penumpang.
Pelayanan merupakan bagian dari sistem jasa keseluruhan, di mana terjadi perakitan akhir elemen-elemen dan produknya diserahkan ke pelanggan (Christoper Lovelock, 2005). TransJakarta juga memberikan kenyamanan dalam penggunaan seperti pelayanan yang diberikan kepada pengguna.Â
Sistem TransJakarta dirancang untuk memudahkan pergerakan di dalam kota, dengan rute yang menghubungkan titik-titik penting seperti stasiun kereta, pusat perbelanjaan, universitas, bandara, dan pusat kota. Penumpang Transjakarta dapat membayar dengan menggunakan kartu e-money atau dengan menggunakan kartu tiket yang bisa didapat di halte maupun agen penjualan tiket. Kartu e-money juga dapat digunakan untuk membayar tarif ke jenis transportasi yang lain seperti KRL dan bus umum.
Selain itu, Transjakarta juga menawarkan pelayanan tambahan berupa layanan feeder, yaitu bus-bus kecil yang menghubungkan halte Transjakarta dengan tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh rute utama Transjakarta. Terdapat juga layanan bus jalur khusus (Busway) yang menghubungkan dari Jakarta selatan ke Jakarta utara dan pelabuhan tanjung Priok serta layanan Transjabodetabek, yaitu layanan bus transit antar kota yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitar Jakarta seperti Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang dan sekitarnya.
Permasalahan Efisiensi Waktu di Koridor 4 dan 10
Para pengguna TransJakarta memilih moda transportasi tersebut dikarenakan efisien dalam menempuh perjalanan dalam kota Jakarta. Mudahnya akses menjadi alasan utama mengapa TransJakarta sangat diminati. Namun pada kenyataannya, TransJakarta juga memiliki masalah dalam efisiensi waktu.