Masa ospek terakhir yang pernah aku rasakan itu 15 (lima belas) tahun lalu, di semester pertama memasuki kampus. Sejak SMU, ospek menjadi satu hal yang paling kubenci. Hal ini muncul bukan tanpa alasan, tapi karena aku melihat kejadian-kejadian ospek yang tidak memberikan nilai positif bagi yang sedang mengikutinya. Walaupun sebenarnya, banyak orang yang bilang, ospek itu sangat penting dan memberikan kesan yang sangat mendalam yang dapat dinikmati. Tapi tidak buat saya.
Ospek Kampusku
Tiga hari pertama di awal masuk kampus menjadi agenda bagi kampus untuk melakukan orientasi mahasiswa baru, alias ospek. Persiapan ospek pun banyak, mulai dari aturan rambut, berpakaian dan barang-barang lain yang harus disiapkan para mahasiswa baru. Sampai sini tidak ada masalah.Â
Hari pertama berjalan dengan baik. Di hari kedua, satu kejadian "tragis" menimpa salah satu mahasiswa baru yang sedang diospek seniornya. "Katanya", seorang dekan melihat seorang senior melilitkan tali pinggang ke leher mahasiswa tersebut seperti sedang "mencekiknya", di sisi lain sang senior mengaku hanya menjadikannya sebuah dasi buat si junior baru. Akhirnya ospek pun dibubarkan, tidak jadi selesai dalam 3 hari.
Ternyata "kehausan" senior tidak sampai di situ. Di minggu berikutnya, kami dikumpulkan di kelas dan diumumkan bahwa ospek akan berlanjut selama 1 bulan ke depan.Â
Setiap pulang kuliah, seluruh mahasiswa baru harus kembali berkumpul di halaman belakang kampus. Sungguh menyebalkan mendengarkan ocehan pengumuman tersebut. Ingin kabur saja saat itu. Ku putar otak ini untuk mencari cara bagaimana menghindari ospek ini. Ini sudah bersifat ilegal.Â
Hari pertama mengikuti ospek ilegal ini kulalui dengan bersungut-sungut. Kami disuruh mencari ikan gobi di parit-parit yang ada. Sebagian disuruh berguling-guling di lapangan rumput, sedangkan mahasiswi cantik diinterograsi oleh para senior pria. Hal ini berlangsung sampai sore.
Hari kedua, kucoba satu trik. Sebelum memasuki kelas kedua, tas kusimpan di dalam mobil, dan aku hanya membawa selembar kertas dan sebuah pulpen. Kelas kedua pun berlangsung, dan sebelum itu berakhir, para senior sudah berkumpul di depan pintu. Aku izin ke kamar mandi dan langsung menuju ke mobil untuk pulang. Trik ini hanya berhasil dua kali saja.
Di hari selanjutnya, ketika ospek berlangsung, aku pun pura-pura sakit. Senior percaya, dan membawaku ke ruang untuk beristirahat. Alhasil sejak saat itu, aku benar-benar kena demam. Aduh, sejak saat itu hingga sekarang, aku tak berani pura-pura sakit, takut benaran sakit seperti pada saat itu. Ternyata kegiatan ospek ilegal ini ketahuan sampai ke rektor kampus. Beberapa senior dipanggil untuk mempertanggungjawabkan kegiatan tersebut.Â
Senior lain yang tidak dipanggil, meminta kami berkumpul di pendopo kampus. Sepanjang perjalanan dari ruang kuliah ke pendopo memakan waktu 15 menit jalan kaki. Selama perjalanan tersebut, kami sepakat untuk melawan senior kami terhadap ilegalitas ospek yang sedang terjadi. Semua dengan semangat menyatukan suara untuk menentang.
Akhirnya kami (para mahasiswa baru) tiba di pendopo. Di situ para senior sudah berkumpul. Dimulailah acara marah-marah karena sepertinya ada indikasi bahwa kami yang melaporkan hal tersebut. Semuanya tertunduk diam. Sampai satu saat, senior bertanya, "Apakah ada  yang merasa dirugikan selama diospek?" Tak satupun suara yang keluar. Sekali lagi tertunduk diam.Â
Aku kesal melihat reaksi teman-temanku pada saat itu. Aku memberanikan diri dan berdiri dan dengan lantang berkata, "Maaf, kak, saya merasa dirugikan.Â
Saya rugi, karena selama ospek saya tidak bisa mengikuti kegiatan les bahasa Inggris. Orang tua ku sudah membayar mahal untuk les tersebut." dan akupun kembali duduk. Semua teman-temanku melihat ke arahku. Senior terdiam sejenak dan mencari-cari kata-kata tak penting untuk menjawab respon ku tersebut. Dan tiba-tiba kami diminta bubar karena ada beberapa dosen datang melihat kami pada saat itu. Kami pun bubar.
Setelah bubar acara, aku malah dimarahi oleh teman-teman bahwa tindakan ku itu salah. Whattt? Salahnya dimana, memang benar aku merasa dirugikan kenapa kalian yang sewot.Â
Satu peringatan dari teman-temanku agar aku berhati-hati nantinya setelah ini, apalagi pada saat nanti ada praktikum karena asisten lab adalah para senior. I don't care. Kalian yang seharusnya malu, awalnya kalian bilang mau melawan, mana kenyataanya. Nol besar. Sejak saat itu, tidak ada lagi yang namanya ospek ilegal.
Setelah ospek berlalu...
Memang benar ospek itu bermanfaat untuk membuat pendekatan dengan para senior. Teman-temanku menjadi akrab dengan para senior, sedangkan aku menyibukkan diriku melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat dengan waktu luang yang aku miliki selain kuliah. Daripada harus nongkrong ga jelas, hahahihi dengan para senior atau siapapun, mending menghasilkan uang dengan kerja paruh waktu sebagai guru bahasa inggris di beberapa sekolah international.
Dan walaupun aku tidak memiliki kedekatan dengan para senior, aku masih mampu mengikuti seluruh aktivitas di kampus baik di kelas maupun di di lab. Tapi tetap saja sosialisasi itu penting, aku tetap menyediakan waktu buat berkumpul dengan teman seangkatanku. Kulakukan itu setelah semester 4 kulalui.Â
Sejak semester 4, mulai belajar bersama teman seangkatan dan para senior. Jadi intinya, tanpa ospek pun, aku bisa mengenal pribadi masing-masing seniorku. So, what's the point of "ospek" jika cara-cara yang dilakukan adalah cara yang tidak mendidik? Sehingga istilah balas dendam ke junior akan terus berlangsung tanpa akhir.
Ide Ospek yang Menarik
Kembali ke tujuan ospek sebenarnya adalah untuk pengenalan lingkungan kampus ke mahasiswa baru. Pengenalan kampus yang perlu diketahui adalah posisi masing-masing ruang, siapa yang mengajari mereka nantinya, senior yang terlibat dalam kegiatan kampus, dan fasilitas apa saja yang akan dinikmati oleh para mahasiswa baru nantinya sampai mereka menyelesaikan kuliahnya. Ada banyak permainan yang bisa dimunculkan.
Sebenarnya momen ini merupakan kesempatan bagi kampus untuk "mengharumkan" nama mereka. Mencari bakat tersembunyi dari para mahasiswa baru yang bisa dipakai kampus nantinya. Mengeksplorasi kemampuan dan attitude dari para mahasiswa. Memunculkan ide-ide segar bagaimana mengembangkan kampus sehingga lebih baik. Mencari tahu kekurangan-kekurangan kampus pada saat itu. Dan banyak hal lain.
Ospek cukup berlangsung dalam 6 (enam) hari.
Hari 1 : Pembukaan dari top manajemen kampus, pengenalan lingkungan kampus dan juga para pengajar, diakhiri dengan capacity building untuk memberikan ide pengembangan kampus dari apa yang merek lihat pada saat itu.
Hari 2 :Dibentuk tim terdiri dari beberapa orang, untuk berlatih mempersembahkan sesuatu (performance). Masa ini bisa dipakai untuk mengenal satu sama lain, baik dalam satu tim, maupun dengan tim lain. Tiap tim dibimbing oleh beberapa senior.
Hari 3 : Performance tiap tim
Hari 4 : Perlombaan debat/diskusi dengan tema yang diberikan di hari itu juga. Dilakukan secara terbuka, sehingga para mahasiswa lain, para dosen, top manajemen, bisa melihat attitude masing-masing orang
Hari 5 : Kegiatan akrab antara senior dan junior dengan dibentuk tim untuk membuat satu invensi lucu. Semua peralatan disiapkan oleh tim sendiri
Hari 6 : Penutupan dan apresiasi buat mahasiswa baru terbaik dalam kategori apapun, maupun senior terkeren buat mereka.
Hal-hal di atas, hanya sebagian kecil dari contoh ospek yang kreatif yang membuat mahasiswa senang untuk terlibat. Dan tentu saja ini akan memberikan efek positif besar, baik buat mahasiswa baru itu maupun buat kampus. Wish I could have it.
Semoga kampus-kampus dapat belajar untuk lebih kreatif lagi mengadakan ospek buat mahasiswa baru, yang mengajarkan mereka menjadi pribadi yang lebih baik lagi di awal perkenalan. Bravo pendidikan di Indonesia!
-Sandy-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H