Mohon tunggu...
Teddy Triyadi Nugroho
Teddy Triyadi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - LP3ES/ Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Cogito Aliquid// Menulislah Dengan Rendah Hati Tausosiologi.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Suku Boti, Kesederhanaan, Kebaikan hingga Kearifan Lokal

4 Oktober 2020   00:42 Diperbarui: 4 Oktober 2020   11:07 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Fasilitator Deni Sailina

Atap rumah mereka ada yang sudah memakai atap seng namum ada yang masih memakai daun alang-alang, atau juga daun siwalan sebagai atap rumah. 

Tidak semua rumah di Boti terbuat dari batang pohon siwalan dan beratap daun, sudah ada rumah yang terbuat dari tembok batu namun bisa dihitung jumlahnya, dan masyarakat yang mendirikan rumah tembok bukanlah termasuk dalam komunitas Suku Boti'dalam, kerena pada umumnya masyarakat suku Boti Dalam walaupun beratapkan seng namun dinding rumah mereka masih terbuat dari pelepah (Batang Pohon Siwalan). Bukan saja tempat tinggal, cara berpakaian mereka pun demikian.

Kesederhaanaan inilah yang juga masih ditanamkan hingga saat ini, bukan hanya dari pakaian dan rumahnya saja tetapi dari tingkah laku dan moralitas yang ada disana. 

Hal ini dapat dilihat pada saat pandemi. Saat banyak orang di perkotaan yang masih mampu secara finansial tapi masih mengaharapkan bantuan, hal ini bertolak belakang dengan warga suku boti,justru mereka berlaku adil dengan berlaku jujur terhadap pemerintah.Dalam penuturan warga desa suku boti.

"Kami punya banyak ternak peliharaan dan kebun yang luas, tapi kami dikategorrikan miskin karena hanya lihat rumah kami yang hanya beratapkan ilalang dan berdiding pelepah gewang,

Kami ingin sekali agar nama kami tidak masuk dalam kategori miskin dan masukkan saudara kami yang layak unruk miskin tapi kami tidak tahu bagaimana caranya -ucap Bapak Suli salah seorang Tokoh Adat di Desa Boti".

Hal ini tentunya merupakan perilaku yang mesti dicontoh oleh warga lainnya khusususnya diwilayah perkotaan. Meskipun semua masyarakat sedang terkena dampak covid namun sikap kejujuran dan kesederhanaan yang ditanamkan oleh suku boti , kiranya dapat menjadi sebuah hal yang dapat memberikan perubahan moralitas yang besar di wilayah kota kota besar seperti di Jakarta ataupun lainnya. Hal ini juga dipertegas oleh Deni Sailina sebagai Fasilitator Peduli, beliau mengatatakan :

"Orang boti adalah orang yang sangat jujur jika mereka tidak mampu mereka akan sampaikan dia tidak mampu dan sebaliknya, jadi ketika terima bantuan yang datang kalau nama orang itu orang yang masih mampu mereka akan serahkan ke orang lain yang membutuhkan, jadi ini hal-hal menarik beda dengan wilayah lain, kalau wilayah lain jika dapat bantuan pasti mau dapat, tapi kalau suku boti tidak" -Deni Sailina Fasilitator Peduli.

Oleh karenanya mereka berkeyakinan jika seseorang berbuat baik terhadap alam pasti alam pun akan berbuat baik kepadanya pula. Dalam hal ini warga suku boti sendiri sudah terbiasa makan diladang , menghabiskan waktu untuk bertani dan berternak serta sudah terbiasa hidup sederhana. 

Bahkan di suku Boti sendiri tidak ditemukan perbedaan status berdasarkan kekayaan semisal miskin dengan kaya, melainkan semuanya setara---hal inilah yang tergambar dari hal yang dilakukan masyarakat yang menolak bantuan dari pemerintah dan memilih untuk memberikan bantuan tersebut kepada orang yang lebih membutuhkan.

Sumber :
Profile Suku Boti, Diakses Pribadi
Kongres kebudayaan desa.id
Wawancara dengan Fasilitator Program peduli suku boti Deni Sailina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun