Sementara itu, minoritas etnis dan bahasa seperti minoritas Suku Boti di Desa Boti, menerima diskriminasi dalam bentuk yang berbeda. Memang tidak ditemukan kasus penyerangan.
Akan tetapi eksklusi terhadap mereka dilakukan oleh organisasi-organisasi keagamaan dan bahkan pemerintah daerah dengan mengeluarkan aturan-aturan yang mengikat sehingga sulit diakses oleh komunitas Boti yang menganut kepercayaan Halaika. Salah satu contoh, anak dari Suku Boti Halaika jika bersekolah maka harus memiliki akta lahir dan surat baptis bila di sekolah kristen.
Maka dari itu untuk mempertahankan keberadaan Suku Boti ini maka Pemerintah Desa Boti memiliki inisiatif untuk terus menjaga Komunitas Halaika ini (Boti'dalam), agar budaya dan tradisi yang diturunkan dari nenek moyang mereka tidak hilang.Â
Adapun tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain: Setiap hari sabtu anak-anak sekolah harus menggunakan salendang, setiap bulan di minggu kedua dalam liturgi gereja ada ibadah budaya, susunan ibadah menggunakan bahasa Dawan dan berbusana daerah khususnya Timor. Selain itu jika ada rapat bersama di kantor desa masyarakat yang hendak pergi diwajibkan untuk yang pria mengunakan selimut dan wanita mengunakan sarung.
Selain itu pemerintah Desa Boti bekerja sama dengan Depertemen Agama TTS, agar tidak ada penginjil yang masuk ke Boti dengan tujuan Kristenisasi, karena menurut mereka Suku Boti Dalam adalah orang-orang penjaga tradisi dan budaya Timor, sehingga bila mereka punah maka kecantikan Timor pun tidak akan terlihat lagi. Hal ini yang dikatakan oleh Bapak Balsasar O.I Benu selaku Kepala Desa Boti:
"Kami pemerintah Desa Boti sudah melakukan kerja sama dengan Depertemen Agama Timor Tengah Selatan agar tidak ada lagi penginjil yang masuk ke Boti untuk menginjili orang-orang Halaika. Karena orang Halaika adalah penjaga tradisi leluhur dan penjaga nilai-nilai budaya jadi kalau mereka semua menjadi  Nasrani maka tidak ada lagi yang berpegang pada perintah nenek moyang untuk menjaga kepercayaan dan tradisi. Orang Halaika tidak perlu diinjili lagi, mereka tidak memiliki Alkitab tetapi perbuatan mereka sesuai dengan Alkitab."
Kearifan lokal Suku Boti
Secara umum masyarakat Boti hidup dalam suatu wilayah walaupun terdapat pembagian antara orang Boti Nasrani (Boti Luar) dan Boti Halaika (Boti Dalam).Â
Kehidupan orang Boti secara umum terlihat sederhana, terkhususnya kehidupan orang Boti Dalam kesederhaan hidup orang Boti Dalam merupakan bagian dari aturan hidup mereka. Hal ini terlihat dari tempat tinggal dan pakaian mereka sehari-hari.Â
Orang Boti memiliki prinsip hidup sederhana, karena bagi mereka bahwa hidup sederhana akan membuat mereka tidak merasa lebih satu dengan yang lainnya.
Rumah mereka terbuat batang pohon siwalan atau yang lebih dikenal dengan sebutan pohon Lontar, orang- orang Boti biasanya menyebut dengan sebutan Beba (batang pohon siwalan yang telah dibelah dan dikeringkan lalu diikat dengan mengunakan kayu panjang sehingga tersusun rapi dan dipakai sebagai penganti tembok).Â