Metode adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh ilmu. Proses rekonstruksi sejarah, mulai heuristik (mencari dan menemukan sumber), kritik sumber, interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian (historiografi), harus berdasarkan metode, khususnya metode sejarah. Dengan metode itu, rekonstruksi sejarah akan menghasilkan tulisan sejarah ilmiah. Penulisan sejarah tanpa dilandasi oleh metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan populer. Uraiannya hanya bersifat deskriptif-naratif dan tidak menunjukan ciri-ciri karya ilmiah sejarah.Â
Dengan landasan metode, sejarah sebagai kisah ditulis secara sistematis. Hubungan antarbab dan hubungan antarsubbab pada setiap bab disusun secara kronologis sehingga uraian secara keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan menunjukan hubungan antara satu fakta dan fakta lain yang bersifat kausalitas (hubungan sebab akibat) karena sejarah merupakan proses. Hal itu berarti kausalitas adalah hukum sejarah.Â
Sejarah memiliki teori dan konsepÂ
Sejarah sebagai ilmu juga memiliki teori yaitu teori sejarah. Selain menggunakan metode dan teori sejarah, penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menggunakan pendekatan multidimensional (interdisipliner), yaitu penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial (antropologi, sosiologi, ekonomi, atau politik) yang relevan dengan masalah sejarah yang dibahas. Pendekatan itu perlu dilakukan karena tulisan sejarah ilmiah harus bersifat deskriptif-analisis. Teori digunakan untuk mempertajam daya analisa sehingga diperoleh eksplanasi (kejelasan) mengenai berbagai hal termasuk makna peristiwa.Â
Sejarah sebagai seni
Menurut Dithley bahwa sejarah adalah pengetahuan tentang cita rasa. Sejarah sebagai seni adalah sejarah yang mengutamakan nilai-nilai seni/estetika. Sejarah sebagai seni memerlukan beberapa hal berikut ini :Â
IntuisiÂ
Intuisi diperlukan sejarahwan untuk menentukan setiap langkah dalam proses sebuah penelitian sejarah, memilih suatu penjelasan, dan apa yang harus dikerjakan. Intiusi tersebut dapat berupa ilham atau ide yang cara kerja sejarahwan sama seperti seniman.Â
Imajinasi
Imajinasi sangat diperlukan dalam penulisan sebuah peristiwa sejarah. Dengan imajinasi, sejarahwan dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang terjadi, dan apa yang terjadi sesudahnya pada suatu peristiwa sejarah.Â
Emosi