Sejarah sebagai alat untuk mengetahui peristiwa masa lampau. Artinya peristiwa masa lampau dapat dilihat dari bagaimana proses penyampaian tradisi manusia pada masa lampau. Ketika manusia yang belum mengenal tulisan, maka proses penyampaian tradisi tersebut melalui lisan (tradisi lisan) seperti mitos, legenda, hikayat, cerita rakyat, yang dalam kebenarannya sangat sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sedangkan pada manusia yang sudah mengenal tulisan, pengetahuan terkait dengan masa lampau didapat dengan melalui informasi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Sejarah sebagai profesiÂ
Sejarah adalah keilmuan yang sangat terbuka. Siapapun dapat menjadi seorang sejarahwan selama ia menggunakan tata aturan metodologi dalam keilmuan sejarah. Artinya sejarahwan tidak selalu dari seseorang yang memiliki latar belakang keilmuan sejarah dalam pendidikannya. Dan tidak semua lulusan disiplin ilmu sejarah pun memilih menjadi sejarahwan. Terlepas apapun latar belakang sejarahwan yang dimaksud, membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus terkait dengan kegiatan penelitian dan penulisan sejarah yang dimaksud. Artinya tulisan sejarah yang dihasilkan akan memberikan kepuasan tersendiri yang tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi bagi pembaca atas pemaparan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Â
Fungsi ekstrinsikÂ
Kuntowijoyo menjelaskan mengenai manfaat atau fungsi sejarah secara ekstrinsik antara lain sebagai latar belakang, sebagai rujukan, sebagai pendidikan moral, sebagai pendidikan penalaran, sebagai pendidikan politik, sebagai pendidikan kebijakan, sebagai pendidikan perubahan, dan sebagai pendidikan masa depan.Â
Sejarah sebagai pendidikan MoralÂ
Sejarah sangat erat kaitannya dengan moral. Hal tersebut dikarenakan dalam peristiwa sejarah mengajarkan benar dan salah, baik dan buruk, berhak dan tidak berhak, cinta dan benci, pahlawan dan pengkhianat, beradab dan biadab, dan lain-lain. Tolak ukur moralitas tersebutlah menunjukan bahwa sejarah bersentuhan langsung dengan pendidikan moral. Misalnya, sejarah tentang bagaimana perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi yang mengajarkan tentang kedermawanan dan keberanian rakyat Indonesia, yang dicontohkan oleh rakyat Indonesia di pedesaan yang mengorbankan harta bendanya ketika masa sulit. Serta para pejuang yang berani dalam berjuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Â
Sejarah sebagai pendidikan penalaranÂ
Dengan mempelajari sejarah secara kritis dan menulis sejarah secara ilmiah, seseorang dapat mendorong meningkatkan daya nalarnya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
2.1) sejarah sebagai ilmu yang menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa yang biasanya tidak terjadi hanya karena satu faktor saja, melainkan beberapa faktor yang saling berkaitan yang sering disebut dengan kekuatan sejarah.Â
2.2) sejarah bersifat kronologis dan diakronis yang artinya dalam sebuah peristiwa sejarah sangat memperhatikan waktu. Artinya fungsi sejarah dapat dikatakan juga sebagai cara untuk mendidik seseorang untuk memperhatikan waktu dalam menjalani kehidupannya.Â