"Belum!" jawab Mantingan pendek.
"Kau ini aneh! Kau sudah merasa memiliki Ratih, sementara Ratih sendiri tidak tahu perasaanmu. Apakah cukup dengan memberi perhatian, kau sudah merasa mengikat hatinya? Sungguhsesuatu yang sulit dimengerti."
"Dan lagi, bukankah Kuntara pernah bilang, bahwa dia tidak ada hati pada Ratih? Dan selama ini pula Kuntara memang mengharapkan Gendis jadi pendampingnya bukan?"
"Jadi kau tak perlu khawatir lagi Mantingan! Kau tinggal secara jantan mengungkapkan perasaan hatimu pada Ratih."
Kata-kata Danuarta itu menyentuh perasaan Mantingan di sudut hati yang terdalam. Di lubuk hatinya yang terdalam, ia pun mengakui bahwa ia tidak lebih pengecut dari Kuntara. Ia hanyapandai berkelahi, sementara untuk menyentuh perasaan wanita, ia tidak punya keberanian. Tetapi  sekali lagi di hadapan Danuarta, ia mencoba membenarkan sikapnya yang keliru itu.
"Tetapi itu bisa saja dibuat-buat Kuntara, untuk menutupi maksud terselubungnya," kata Mantingan lagi.
Danuarta makin geli dengan tingkah kanak-kanak Mantingan, ia tersenyum memandang Mantingan.
"Sudahlah! Uruslah asmaramu ity setelah semua ini selesai!" kata Danuarta sambil terkekeh-kekeh.
"Sekarang lihatlah barisan pengawalmu, awasi daerah disekitar bulak panjang ini. Jangan sampai ada penuyusup di barisan kita ini!" perintah Danuarta.
Mantingan hanya tersungut-sungut mendengar tanggapan Danuarta. Ia pun bergegas meninggalkannya dan melaksanakan apa yang diperintahnya.
Bersambung....