Mohon tunggu...
tri prabowo
tri prabowo Mohon Tunggu... Karyawan -

Engineer PLC, lagi belajar nulis, Hobi Cersil, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Serial: Andaru Wijaya [55]

26 Juli 2017   18:10 Diperbarui: 26 Juli 2017   18:24 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Seri 54 / sebelumnya

Seri 1 / Awal

Dalam pada itu di sebuah dataran yang agak tinggi, di sisi sungai Praga. Andaru Wijaya, Sadewa dan Ki Lurah Mandega sedang membicarakan langkah yang diambil dalam rangka penyergapan gerombolan perampok di bulak panjang esok malam. Tetapi sebelum itu mereka mendengarkan keterangan yang di dapat Wijaya atas pengamatannya di rumah saudagar kaya dari Bligo, yaitu Ki Suradilaga.

"Ki Lurah dan Sadewa!" katanya membuka pembicaraan. "Dari hasil penyelidikanku di Bligo. Gendis ternyata memang ditawan disana, dan Ki Suradilaga ternyata telah bersekongkol dengan Belanda dan para perampok itu. Bahwa sedianya harta tebusan itu akan diberikan kepada gerombolan perampok itu, sementara Gendis sebagai sandera tidak akan dibebaskan begitu saja. Melainkan akan dijual oleh Ki Suradilaga kepada perwira Belanda untuk dijadikan Nyai Belanda," tutur Wijaya.

"Licik sekali ternyata Suradilaga itu!" kata Sadewa dengan nada geram. "Rupanya ia telah memegang kendali atas para perampok dan orang-orang Belanda itu, Ki Lurah!" katanya lagi.

Ki Lurah terdiam beberapa saat, seperti sedang mencari jalan terbaik dalam menghadapi kemelut di Kembojan.

"Menurutku sebaiknya Gendis dibebaskan terlebih dulu, sebelum ia dihadirkan dibulak panjang esok malam. Karena seperti kau katakan , mereka amat licik, dan tentu lebih sulit membebaskannya jika dia mendapat pengawalan ketat."

"Dan karena Wijayalah yang telah mengetahui keadaan dimana Gendis ditawan, maka tugas ini kubebankan padamu Wijaya!" kata Ki Lurah Mandega.

"Berangkatlah ke Bligo saat langit mulai gelap. Aku harap sebelum tengah malam kau sudah bisa membebaskannya. Tujuannya agar kita bisa langsung bertindak tanpa perlu ada penebusan di bulak panjang."

"Tetapi waspadalah dalam bertindak Wijaya! Nanti ada orang yang akan mengikutimu dari belakang, ia bertugas sebagai penghubung. Tujuannya untuk memberitahukan kepada yang lain, apakah kau sudah berhasil membebaskan Gendis atau belum? Dan juga untuk memberitahukan keselamatanmu, jika kau dalam bahaya, maka Sadewa akan datang bersama beberapa orang yang lain," kata Ki Lurah Mandega.

"Baik Ki Lurah!" sahut Wijaya.

"Nah untukmu Sadewa! Laskar dari Deksa sekarang sudah siap. Kau bisa membawa mereka secara bertahap, agar tidak mencurigakan pihak luar. Laskar yang kau bawa itu jumlahnya 30 orang, bagilah menjadi 3 bagian, lalu kumpulkan ditempat ini!"

"Lakukanlah tugas ini dengan cermat! Aku sendiri akan membayangi tugas Wijaya menyelamatkan anak demang itu. Baru setelah itu aku akan menggabungkan diri di Bulak Panjang."

Setelah sepakat dengan langkah-langkah yang diambil, akhirnya semuanya membubarkan diri. Saat langit mulai gelap Wijaya memerlukan diri pergi ke Kademangan untuk menemui Ludra dan Ki Baruna sahabatnya. Wijaya mengendap-endap memasuki balai desa tempat kedua sahabatnya itu bertempat tinggal. Wijaya mengetuk perlahan pintu bilik Ludra.

"Siapa diluar?" tanya Ludra.

"Aku! Aku Wijaya," katanya dengan suara lirih.

Ludra dan Ki Baruna langsung menyongsong kehadiran Andaru Wijaya. Walaupun baru beberapa pekan Wijaya menghilang, tetapi bagi keduanya rasanya sudah berbulan-bulan. Apalagi Wijaya terbiasa bersama mereka membuat gerabah di Balai Desa itu. Andaru Wijaya dan Ludra sebenarnya di Kembojan hanya melakukan penyamaran sebagai pembuat gerabah. Sejatinya keduanya adalah laskar dari Deksa yang mendapat tugas mengamati kisruh yang melanda kademangan kembojan. Tetapi hal itu bukan rahasia lagi bagi Ki Baruna, karena ia sudah mengetahuinya setelah beberapa lama bergaul. Walaupun sebelumnya Ki Baruna ada di pihak perampok, kini ia telah menyadari kekeliruannya. Dan kini ia ikut berjuang membebaskan kemelut yang melanda Kembojan.

Akhirnya setelah menanyakan kabar masing-masing, Wijaya mulai memberitahukan langkah-langkah yang  dipesankanKi Lurah. Kemudian nemberitahukan pula keadaan Gendis yang di tawan di Bligo.

"Mereka sungguh licik, aku minta kalian berdua berhati-hati! Laskar Deksa akan datang membantu saat pertukaran di Bulak Panjang nanti, tapi aku ingin hal ini dirahasiakan. Agar rencana yang telah dibuat Ki Lurah Mandega berjalan lancar," Wijaya memaparkan.

Ludra dan Ki Baruna mendengarkan dengan sungguh-sungguh keterangan itu. Keduanya pun dapat merasakan bahwa saat purnama naik nanti, bulak panjang akan memerah dengan darah dan jerit kematian.

"Kau sendiri bagaimana Wijaya? Apa kau akan turun dengan kekuatan penuh laskar itu?" tanya Ki Baruna yang dituakan diantara mereka.

"Tugasku adalah membebaskan Gendis Ki Baruna," jawab Wijaya. "Aku harap Ki Baruna dapat melihat kelemahan pengawal inti saat perang nanti. Dan dengan pengalaman Ki Baruna, Ki Baruna dapat menutup celah untuk menghindari korban yang terlalu banyak."

"Baik Wijaya! Aku akan berusaha semampuku. Bekas gerombolanku itu memang orang-orang kasar, dan mereka memang tak kenal ampun. Mudah-mudahan di sisa hidupku ini aku dapat berbuat yang berguna untuk kebenaran," kata Ki Baruna, sambil menarik napas panjang.

"Baiklah Ki Baruna dan Ludra, aku tak bisa berlama-lama disini. Karena keberadaanku harus tetap dirahasiakan! Supaya tidak menjadi perhatian khusus Sepasang Pendekar Kembar dari Alas Krapyak itu. Kalau sampai mereka tahu aku masih hidup, tentu mereka akan merubah siasat bertempur mereka," ujar Wijaya.

"Aku mohon diri sekarang!"

Wijaya lalu pergi dengan mengendap-endap meninggalkan Balai Desa yang letaknya dekat dengan rumah Ki Demang. Wijaya masih sempat melihat gemerlap obor di halaman Kademangan menandakan kesiagaan penuh pasukan pengawal inti kademangan, yang dipersiapkan pada hari penebusan esok malam saat purnama naik.

Terlihat pula tombak-tombak yang dijajarkan setelah dipasang landean. Pedang-pedang yang ditempa pandai besi pun jumlahnya cukup banyak. Ternyata tungku pembuat gerabah yang biasa dipakai Wijaya, kini telah disulap pula oleh Ki Demang menjadi tungku pande besi.

"Perang benar-benar akan dimulai!" Wijaya bergumam.

Tetapi sungguh di dasar hatinya Andaru Wijaya teramat sedih. Karena dampak perang akan menyengsarakan rakyat kembojan sesudahnya. Sungguh tak adil rasanya menukar nyawa seorang gadis dengan 10 ekor lembu. Belum lagi maksud terselubung Ki Suradilaga yang lain atas Gendis dan Nyi Widati.

Lamunan Wijaya membawa langkahnya sampai ke tepian sungai Praga di Bligo. Wijaya merasa perlu juga mengintip persiapan Sepasang Pendekar dari Alas Krapyak dengan gerombolannya saat menghadapi hari penebusan di Bulak Panjang nanti.

"Waktunya hampir tiba! Tinggal menunggu purnama naik kita bergerak. Setelah itu semuanya akan selesai sama sekali. Kita dapat memanfaatkan harta rampasan ini untuk membangun padepokan kita yang besar," Berkata salah seorang dari pimpinan gerombolan itu yang berwajah kembar.

"Aku Warugal dan adikku Warugul siap mewujudkan impian kita selama ini! Tapi sebelum itu kita harus berjuang mendapatkan harta guna mewujudkannya!"

"Esok malam bukan Bulak Panjang saja yang menjadi perhatian kita. Tetapi kita akan merampas di padukuhan Terbah, karena padukuhan itu terdapat beberapa orang kaya. Rampas harta mereka, bila perlu hewan ternak pun kalian sita!" berkata Warugal yang tertua dari Sepasang Pendekar Kembar itu.

"Perhatian orang Kademangan Kembojan akan terpaku pada bulak panjang itu. Sementara itu kita dapat manfaatkan untuk menjarah di Padukuhan Terbah. Itu akan membuat ketahanan jiwa mereka terpecah melihat Terbah menjadi kacau balau!"

Semua pengikut Sepasang Pendekar dari Alas Krapyak itu bersorak penuh semangat. Mereka seperti tidak sabar menunggu hari yang telah ditentukan.

"Tetapi ingat kita harus waspada!" kata Warugal lagi. "Orang yang menyebut dirinya Lintang Wengi itu tidak boleh kita kesampingkan. Walaupun gaungnya sudah tidak terdengar lagi, tapi ia pernah berniat menantangku perang tanding dan ingin menguasai wilayah Kembojan jika dapat mengalahkan kami berdua. Oleh karena itu, bila pada hari penebusan nanti orang itu turut campur, cepat hubungi adikku Warugul, agar kita bisa segera menuntaskannya!"

Wijaya yang mengamati dari gerumbul semak yang terlindung, hatinya berdebar-debar. Bagaimana pun juga dia adalah orang yang menghadirkan sosok Lintang Wengi sebagai penyelamat kisruh di Kembojan selama ini. Dimana Lintang Wengi tampil sebagai penyelamat Gendis ketika terjadi penculikkan pertama, yang dilakukan Kala Supit. Ia juga yang berhasil melumpuhkan Kala Supit dan Ki Baruna sebelumnya.

Andaru Wijaya masih memandangi obor-obor yang terpancang di bantaran sungai Praga itu, obor itu menerangi gubuk-gubuk liar sarang dari perampok itu. Tepian sungai Praga itu malam itu menjadi terang benderang. Wijaya juga melihat kekuatan mereka kini berlipat dari sebelumnya, tentunya mereka mendapatkan bantuan dari Suradilaga yang telah bersekongkol.

Melihat hal itu Wijaya merasa perlu merubah siasat. Bahwa penjarahan di Terbah harus di tangani pula, meskipun harus dengan membenturkan kekuatan.

"Tidak ada waktu lagi bagiku untuk menghubungi Ki Lurah Mandega! Aku harus segera menyelamatkan Gendis, kemudian menuju Terbah untuk mencegah gerombolan itu menjarah disana," Wijaya bergumam.

Andaru Wijaya kemudian meninggalkan bantaran sungai itu dengan hati-hati menuju gubuk persinggahannya. Yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat itu. Bedanya, letak gubuknya ada di dataran yang lebih tinggi, hingga sulit bagi orang untuk mengetahui keberadaannya dari bantaran sungai itu.

Andaru Wijaya tiba saat dini hari tiba digubuknya. Ia memanfaatkan sisa malam itu untuk beristirahat, mengingat esok malam tugas yang berat menantinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun