"Baik Wijaya! Aku akan berusaha semampuku. Bekas gerombolanku itu memang orang-orang kasar, dan mereka memang tak kenal ampun. Mudah-mudahan di sisa hidupku ini aku dapat berbuat yang berguna untuk kebenaran," kata Ki Baruna, sambil menarik napas panjang.
"Baiklah Ki Baruna dan Ludra, aku tak bisa berlama-lama disini. Karena keberadaanku harus tetap dirahasiakan! Supaya tidak menjadi perhatian khusus Sepasang Pendekar Kembar dari Alas Krapyak itu. Kalau sampai mereka tahu aku masih hidup, tentu mereka akan merubah siasat bertempur mereka," ujar Wijaya.
"Aku mohon diri sekarang!"
Wijaya lalu pergi dengan mengendap-endap meninggalkan Balai Desa yang letaknya dekat dengan rumah Ki Demang. Wijaya masih sempat melihat gemerlap obor di halaman Kademangan menandakan kesiagaan penuh pasukan pengawal inti kademangan, yang dipersiapkan pada hari penebusan esok malam saat purnama naik.
Terlihat pula tombak-tombak yang dijajarkan setelah dipasang landean. Pedang-pedang yang ditempa pandai besi pun jumlahnya cukup banyak. Ternyata tungku pembuat gerabah yang biasa dipakai Wijaya, kini telah disulap pula oleh Ki Demang menjadi tungku pande besi.
"Perang benar-benar akan dimulai!" Wijaya bergumam.
Tetapi sungguh di dasar hatinya Andaru Wijaya teramat sedih. Karena dampak perang akan menyengsarakan rakyat kembojan sesudahnya. Sungguh tak adil rasanya menukar nyawa seorang gadis dengan 10 ekor lembu. Belum lagi maksud terselubung Ki Suradilaga yang lain atas Gendis dan Nyi Widati.
Lamunan Wijaya membawa langkahnya sampai ke tepian sungai Praga di Bligo. Wijaya merasa perlu juga mengintip persiapan Sepasang Pendekar dari Alas Krapyak dengan gerombolannya saat menghadapi hari penebusan di Bulak Panjang nanti.
"Waktunya hampir tiba! Tinggal menunggu purnama naik kita bergerak. Setelah itu semuanya akan selesai sama sekali. Kita dapat memanfaatkan harta rampasan ini untuk membangun padepokan kita yang besar," Berkata salah seorang dari pimpinan gerombolan itu yang berwajah kembar.
"Aku Warugal dan adikku Warugul siap mewujudkan impian kita selama ini! Tapi sebelum itu kita harus berjuang mendapatkan harta guna mewujudkannya!"
"Esok malam bukan Bulak Panjang saja yang menjadi perhatian kita. Tetapi kita akan merampas di padukuhan Terbah, karena padukuhan itu terdapat beberapa orang kaya. Rampas harta mereka, bila perlu hewan ternak pun kalian sita!" berkata Warugal yang tertua dari Sepasang Pendekar Kembar itu.