"Perhatian orang Kademangan Kembojan akan terpaku pada bulak panjang itu. Sementara itu kita dapat manfaatkan untuk menjarah di Padukuhan Terbah. Itu akan membuat ketahanan jiwa mereka terpecah melihat Terbah menjadi kacau balau!"
Semua pengikut Sepasang Pendekar dari Alas Krapyak itu bersorak penuh semangat. Mereka seperti tidak sabar menunggu hari yang telah ditentukan.
"Tetapi ingat kita harus waspada!" kata Warugal lagi. "Orang yang menyebut dirinya Lintang Wengi itu tidak boleh kita kesampingkan. Walaupun gaungnya sudah tidak terdengar lagi, tapi ia pernah berniat menantangku perang tanding dan ingin menguasai wilayah Kembojan jika dapat mengalahkan kami berdua. Oleh karena itu, bila pada hari penebusan nanti orang itu turut campur, cepat hubungi adikku Warugul, agar kita bisa segera menuntaskannya!"
Wijaya yang mengamati dari gerumbul semak yang terlindung, hatinya berdebar-debar. Bagaimana pun juga dia adalah orang yang menghadirkan sosok Lintang Wengi sebagai penyelamat kisruh di Kembojan selama ini. Dimana Lintang Wengi tampil sebagai penyelamat Gendis ketika terjadi penculikkan pertama, yang dilakukan Kala Supit. Ia juga yang berhasil melumpuhkan Kala Supit dan Ki Baruna sebelumnya.
Andaru Wijaya masih memandangi obor-obor yang terpancang di bantaran sungai Praga itu, obor itu menerangi gubuk-gubuk liar sarang dari perampok itu. Tepian sungai Praga itu malam itu menjadi terang benderang. Wijaya juga melihat kekuatan mereka kini berlipat dari sebelumnya, tentunya mereka mendapatkan bantuan dari Suradilaga yang telah bersekongkol.
Melihat hal itu Wijaya merasa perlu merubah siasat. Bahwa penjarahan di Terbah harus di tangani pula, meskipun harus dengan membenturkan kekuatan.
"Tidak ada waktu lagi bagiku untuk menghubungi Ki Lurah Mandega! Aku harus segera menyelamatkan Gendis, kemudian menuju Terbah untuk mencegah gerombolan itu menjarah disana," Wijaya bergumam.
Andaru Wijaya kemudian meninggalkan bantaran sungai itu dengan hati-hati menuju gubuk persinggahannya. Yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat itu. Bedanya, letak gubuknya ada di dataran yang lebih tinggi, hingga sulit bagi orang untuk mengetahui keberadaannya dari bantaran sungai itu.
Andaru Wijaya tiba saat dini hari tiba digubuknya. Ia memanfaatkan sisa malam itu untuk beristirahat, mengingat esok malam tugas yang berat menantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H