"Nah untukmu Sadewa! Laskar dari Deksa sekarang sudah siap. Kau bisa membawa mereka secara bertahap, agar tidak mencurigakan pihak luar. Laskar yang kau bawa itu jumlahnya 30 orang, bagilah menjadi 3 bagian, lalu kumpulkan ditempat ini!"
"Lakukanlah tugas ini dengan cermat! Aku sendiri akan membayangi tugas Wijaya menyelamatkan anak demang itu. Baru setelah itu aku akan menggabungkan diri di Bulak Panjang."
Setelah sepakat dengan langkah-langkah yang diambil, akhirnya semuanya membubarkan diri. Saat langit mulai gelap Wijaya memerlukan diri pergi ke Kademangan untuk menemui Ludra dan Ki Baruna sahabatnya. Wijaya mengendap-endap memasuki balai desa tempat kedua sahabatnya itu bertempat tinggal. Wijaya mengetuk perlahan pintu bilik Ludra.
"Siapa diluar?" tanya Ludra.
"Aku! Aku Wijaya," katanya dengan suara lirih.
Ludra dan Ki Baruna langsung menyongsong kehadiran Andaru Wijaya. Walaupun baru beberapa pekan Wijaya menghilang, tetapi bagi keduanya rasanya sudah berbulan-bulan. Apalagi Wijaya terbiasa bersama mereka membuat gerabah di Balai Desa itu. Andaru Wijaya dan Ludra sebenarnya di Kembojan hanya melakukan penyamaran sebagai pembuat gerabah. Sejatinya keduanya adalah laskar dari Deksa yang mendapat tugas mengamati kisruh yang melanda kademangan kembojan. Tetapi hal itu bukan rahasia lagi bagi Ki Baruna, karena ia sudah mengetahuinya setelah beberapa lama bergaul. Walaupun sebelumnya Ki Baruna ada di pihak perampok, kini ia telah menyadari kekeliruannya. Dan kini ia ikut berjuang membebaskan kemelut yang melanda Kembojan.
Akhirnya setelah menanyakan kabar masing-masing, Wijaya mulai memberitahukan langkah-langkah yang  dipesankanKi Lurah. Kemudian nemberitahukan pula keadaan Gendis yang di tawan di Bligo.
"Mereka sungguh licik, aku minta kalian berdua berhati-hati! Laskar Deksa akan datang membantu saat pertukaran di Bulak Panjang nanti, tapi aku ingin hal ini dirahasiakan. Agar rencana yang telah dibuat Ki Lurah Mandega berjalan lancar," Wijaya memaparkan.
Ludra dan Ki Baruna mendengarkan dengan sungguh-sungguh keterangan itu. Keduanya pun dapat merasakan bahwa saat purnama naik nanti, bulak panjang akan memerah dengan darah dan jerit kematian.
"Kau sendiri bagaimana Wijaya? Apa kau akan turun dengan kekuatan penuh laskar itu?" tanya Ki Baruna yang dituakan diantara mereka.
"Tugasku adalah membebaskan Gendis Ki Baruna," jawab Wijaya. "Aku harap Ki Baruna dapat melihat kelemahan pengawal inti saat perang nanti. Dan dengan pengalaman Ki Baruna, Ki Baruna dapat menutup celah untuk menghindari korban yang terlalu banyak."