"Kau akan tahu banyaknya lubang di rumahmu hanya dengan melihat rumah itu dari luar, bukan dari dalam" (TauRa)
Pada bahasan yang lalu, kita sudah bicara bagaimana kita harus menjadikan posisi kita sebagai rektor terhadap kehidupan keluarga kita.Â
(baca : Jadilah rektor, jangan pengekor).Â
Kali ini kita akan masuk ke teknis "bagaimana" nya, dan ini tentu saja sangat penting untuk kita pahami.
Dalam sebuah keluarga inti, minimal ada ayah, ibu dan anak. Setiap orang seharusnya punya kurikulum sendiri dalam hidupnya. Dan siapa yang harusnya merancang itu? Anda. Ya, Anda sebagai kepala keluarga. Karena Anda pada akhirnya yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang seberapa baik kualitas keluarga Anda, tidak hanya di dunia, tetapi lebih dahsyat di akhirat kelak.
Dalam sebuah diskusi ilmiah, ketika semua orang sibuk "menyalahkan" pemerintah yang dianggap "gagal" mengelola negara sebesar ini, saya justru menyoroti peran keluarga yang belum optimal dalam membangun kurikulum kehidupannya masing-masing.Â
Argumen saya saat itu memang menjadi satu-satunya yang "keluar" dari zona nyaman para hadirin di ruangan itu. Bahkan, setelah acara selesai, salah seorang peserta yang merasa belum puas dengan diskusi itu mendatangi saya untuk mencari tahu lebih dalam mengapa saya berargumen seperti itu.
Singkatnya, saya menyampaikan persis dengan kalimat indah yang saya tuliskan di awal. Kita terkadang terlalu sibuk melihat keluar, dan jarang melihat ke dalam. Padahal situasi di dalam "rumah" kita sudah sangat bobrok dan perlu segera direnovasi.Â
Lalu, bagaimana caranya menggagas kurikulum keluarga itu? berikut akan coba kita uraikan langkah-langkahnya. Harapannya tentu saja, kita bisa lebih melihat ke dalam keluarga kita, sebelum kita mulai lebih jauh mengomentari apa yang kita lihat di luar (meskipun boleh saja dan tidak ada larangan untuk itu selama dalam aturan yang ada). Berikut adalah langkahnya.
1. Mulai Dengan Impian Anda Untuk Keluarga Anda
Sebaiknya sebelum menikah, hal ini sudah di rancang. Tetapi kalau belum, maka sekarang adalah saat yang tepat merancangnya. Apa yang Anda bayangkan untuk diri Anda dalam waktu 20 tahun dari sekarang? Anda ingin Anak Anda punya kemampuan apa dalam 17 tahun yang akan datang? Anda ingin istri Anda punya kemampuan apa saja dalam 10 tahun yang akan datang?
Saya tidak bisa membayangkan, kalau setiap keluarga punya visi seperti ini, maka akan menjadi seperti apa Indonesia 10-15 tahun lagi.Â