Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Sepeda Masuk Tol", Menyoal Wacana Anies Baswedan

27 Agustus 2020   14:47 Diperbarui: 27 Agustus 2020   14:35 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies sedang bersepeda (sumber:liputan6.com)

Selama ini kita tahu kalau kendaraan yang diperbolehkan masuk ke jalan tol adalah kendaraan roda 4 ke atas. Tetapi bukan Anies namanya jika tidak punya terobosan dan ide-ide kreatif untuk dapat mengakomodir segala macam lapisan masyarakat dalam berkekspresi.

Baru-baru ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memohon izin dengan melayangkan surat kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono agar Tol lingkar dalam Jakarta (Cawang-Priok), bisa dilalui oleh pengendara sepeda di antara jam 06.00 - 09.00 WIB setiap hari minggu.

Tentu saja yang namanya ide tidak serta merta bisa dilaksanakan secara langsung karena berkaitan dengan izin dari pihak lain. Banyak yang mendukung, tetapi ada juga yang kontra dengan ide Anies ini.

Tetapi jika kita ingin coba melihat lebih jauh, tentu ada dampak positif dan negatif yang perlu dipertimbangkan jika nantinya ini jadi diberlakukan.

1. Waktu Penerapan antara jam 06.00 - 09.00 WIB

Menurut pakar keselamatan berkendara dari Rifat Drive Labs yaitu Erreza Hardian, waktu yang diusulkan Anies itu cukup beresiko, karena pada jam 5-7 pagi, umumnya kesadaran orang dalam berkendara cukup rendah, sehingga dikhawatirkan berpotensi menyebabkan kecelakaan yang lebih tinggi. Apalagi karena malamnya adalah malam ahad, maka banyak yang mungkin begadang dan tidak tidur sehingga dipagi hari masih belum memiliki kesadaran yang penuh dalam berkendara.

Selain itu, di waktu pagi itu juga, pengendara umumnya akan melajukan kendaraannya pada top speed sehingga cukup rawan jika ada pengendara sepeda di sana. Mungkin jika waktunya digeser ke jam 7-9 akan lebih baik jika menimbang kondisi pengemudi jalan di atas.

2. Jalur Khusus Sepeda

Jalur khusus juga harus disediakan untuk pesepada jika nantinya hal ini akan dijalankan. Bukan hanya jalur, tetapi peraturan bagi pesepada juga harus dibuat ketat agar tidak keluar dari jalur yang ada dan justru akan membahayakan keselamatan pesepeda.

Jalur tol yang searah juga bisa berisiko terhadap pesepeda karena tidak bisa melihat bahaya dari arah belakang, penentuan jalur sepeda dari arah berlawanan juga akan menjadi krusial jika hal ini akan diterapkan.

3. Tarif Tol Sepeda? 

Selanjutnya tentu saja perlu dipikirkan apakah akan ada tarif masuk tol untuk pesepeda. Jangan salah, yang memiliki sepeda itu bukanlah orang yang ekonomi menengah ke bawah, tetapi mereka yang ekonomi atas lah justru yang memiliki sepeda dan harga sepedanya pun bisa jadi lebih mahal dari 1 unit mobil standar.

Tarif masuk juga harus dipikirkan teknis dan besarannya agar efektif, termasuk jika pada akhirnya tidak dikenakan tarif apa-apa alias gratis. Semuanya perlu dipikirkan dengan baik, meski tidak perlu terlalu lama.

Semua kebijakan sudah pasti tidak mungkin akan menyenangkan semua pihak. Pro dan kontra pasti akan ada dalam satu wacana dan ide yang dilempar. Selama itu bisa menghasilkan maslahat yang besar terhadap kepentingan bersama dan bisa dipertanggungjawabkan serta bermanfaat khususnya untuk masyarakat, maka pemerintah tentu dipersilakan melanjutkan ide itu menjadi sebuah kenyataan. Bahkan, bukan tidak mungkin, ide brilian ini jika berhasil akan bisa diimplementasikan di daerah lain.

Sebaliknya, jika mudharat nya lebih banyak di banding manfaatnya, maka ide sebagus apapun perlu untuk ditinjau kembali untuk dilakukan. Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah, tahu dari mana kita kalau sebuah itu bagus atau tidak sebelum ide itu diuji? Coba lah bijak menjawab di hati kita masing-masing.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun