"Bro, tahu nggak. Ternyata di atas lokasi kita berdiri ini nantinya bakal menjadi area peternakan terbesar se-Indonesia. Paling besar bro. Keren banget nggak tuh" celoteh penuh antusias dari salah satu rekan saat mendeskripsikan lembah Napu.
Berada di ketinggian 1048-1400 mdpl, lembah Napu memang menyimpan pesona tersendiri. Sebagai pecinta travelling yang peduli akan peninggalan bersejarah, lembah ini benar-benar cocok. Bayangin saja terdapat sekitar 312 megalit yang tersebar di seluruh daerah. Jarak dari satu lokasi megalit ke megalit lainnya terkadang terpisah dengan bukit.
Jalanan sempit mengikuti lekukan bukit sudah menjadi ciri khas lembah Napu. Selain kehadiran ratusan megalit tersebut ada satu yang menarik dan layak untuk dikembangkan adalah rerumputan tumbuh dengan subur.
Bahkan sepanjang mata saya memandang, semuanya penuh dengan rerumputan menghijau. Saya sendiri langsung teringat, bagaimana keluarga yang berada di kota Palu dan memiliki usaha peternakan sapi dan kambing kesulitan untuk mencari rumput pakan sapi. Mereka harus menempuh jarak yang lumayan ke beberapa kelurahan di sekitar bukit, baru deh bisa mendapatkan pakan rumput yang mumpuni.
Hal sangat kontras ditunjukkan di lembah Napu. Di sini malah semuanya tersedia. Apalagi di kawasan padang rumput Napu. Berbagai jenis rumput tumbuh dengan subur dan menciptakan lanskap hijau nan menawan. Setiap orang yang lewat pasti akan terpesona melihatnya, termasuk saya.
Dalam hati nyeleneh sendiri, "pantesan saja diproyeksikan menjadi Mega Farm, karena potensi yang ada benar-benar mendukung ke arah sana".
Mega Farm Dari Kebutuhan Hingga Menjadi Solusi
Pernah nggak sih terpikirkan bahwa penambahan jumlah penduduk memberikan dampak signifikan dalam bidang ekonomi? Jumlah kebutuhan bertambah dan perputaran roda ekonomi juga ikut melaju.
Untuk kebutuhan daging saja nih, berdasarkan data dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian-Kementerian Pertanian tahun 2023 menyebutkan bahwa kebutuhan daging sapi di Indonesia sekitar 1,2 juta ton. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan produksi daging sapi se-Indonesia yang hanya bisa menyediakan 0,5 juta ton (berdasarkan data BPS) daging sapi saja.
Sedangkan untuk produksi susu sapi sendiri dalam tiga tahun terakhir malah menunjukkan penurunan. Dimana pada tahun 2021, susu sapi yang diproduksi se-Indonesia sebesar 962,68 ribu ton dan turun menjadi 837,22 ribu ton di tahun 2023. Padahal angka konsumsi susu sapi per kapita dari tahun 2021 hingga 2023 terus meningkat. Tercatat sebesar 65 liter konsumsi susu sapi per kapita per tahun di 2021 dan meningkat menjadi 68 liter konsumsi pada tahun 2023.
Data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan daging sapi hingga susu sapi cenderung meningkat dibandingkan angka produksi dalam negeri. Terus selisihnya seperti apa? Kalian sudah pasti tahu jawabannya. Mau tidak mau, suka tidak suka untuk memenuhi angka kebutuhan sapi, maka impor sapi menjadi salah satu solusi.
Pada proses impor ini lah, bukan hanya sekadar impor saja tetapi juga sudah memikirkan keberlanjutan peternakan di Indonesia termasuk didalamnya adalah penambahan lokasi mega farm.
Kehadiran Bank Tanah di balik Lembah Napu Menuju Mega Farm
Berbicara terkait Mega Farm lembah Napu, itu bukan hanya sekadar melihat potensi saja tetapi juga sekaligus menyelesaikan masalah nasional. Tantangannya, agar bisa menjadi mega farm dibutuhkan lahan sangat luas dan bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan bersama.
Untungnya saat ini sudah ada Bank Tanah sebagai badan khusus (sui generis) yang dibentuk oleh Pemerintah Pusat dengan kewenangan khusus untuk mengelola tanah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2023, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 113 tahun 2021 tentang struktur dan penyelenggaraan Badan Bank Tanah yang selanjutnya disebut Bank Tanah.
Dalam proses pemanfaatan hak atas tanah, Bank Tanah menjalankan kinerjanya dengan prinsip Hak Pengelolaan (HPL) yang dapat diberikan dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai (HP) dan Hak Milik (HM) khusus untuk perumahan masyarakat berpenghasilan rendah paling singkat 10 tahun.
Hingga pertengahan tahun 2024, Bank Tanah sudah mengelola aset tanah seluas 19.532,32 Ha dan salah satunya adalah tanah seluas 6.648 Ha yang berada di lembah Napu, kabupaten Poso.
Pastinya keterlibatan masyarakat, perangkat desa dan organisasi swadaya berbasis masyarakat adat adalah hal utama yang perlu diperhatikan. Agar konsep ekonomi berkeadilan dari HPL Bank Tanah bisa dirasakan di semua kalangan hingga level terendah.
Sekadar informasi nih, sejak kehadiran Bank Tanah yang telah melakukan zonasi makro di kawasan masterplan seluas 6.648 Ha tersebut, diperoleh dua kawasan pemetaan utama berdasarkan fungsi yaitu fungsi lindung dan budidaya.
Bukan hanya itu saja, ternyata Bank Tanah sudah memetakan rencana pola ruang lindung tersebut seperti Badan Air (BA), Perlindungan Setempat (PS) dan Kawasan Konservasi (KS). Untuk kawasan Budidaya sendiri meliputi permukiman kota dan desa, kawasan pertanian dan peternakan hingga peruntukkan industri.
Semua ini dilakukan Bank Tanah untuk menciptakan iklim ekonomi berkelanjutan bagi warga sekitar. Serta target akhirnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pengelolaan tanah dan pemanfaatan lahan dari hulu hingga hilir.
Keunggulan Lembah Napu Sebagai Mega Farm
Sejak hadirnya Bank Tanah di lembah Napu, maka telah disusun fokus utama. Ada empat pilar fokus budidaya lembah Napu yaitu hortikultura, tanaman pangan, perkebunan dan peternakan. Empat pilar fokus inilah yang akan saling mendukung mewujudkan mega farm lembah Napu.
Berikut beberapa keunggulan yang dimiliki lembah Napu sebagai mega farm Indonesia nantinya:
1. Ketersediaan Sumber Air
Tidak bisa dipungkiri bahwa sumber air menjadi salah satu hal vital dalam pengembangan suatu wilayah apalagi jika ingin menciptakan mega farm. Lembah Napu sendiri memiliki sungai Lariang dengan luas DAS sekitar 7.069 km2. Selain itu juga terdapat danau Wanga seluas 70 Ha.
Kehadiran sungai dan danau ini akan menjadi sumber air peternakan dan pastinya mendukung semua aktivitas kegiatan peternakan nantinya. Termasuk di dalamnya untuk peruntukkan irigasi hijauan kawasan.
2. Padang Rumput yang Luas
Lembah Napu memiliki padang rumput yang sangat luas dalam satu hamparan dan berada pada kondisi dengan suhu antara 11-26 derajat celcius. Kondisi ideal ini memberikan sinyal positif terhadap lembah Napu untuk menjadi mega farm. Lahan yang sesuai dan kondisi lingkungan mendukung.
3. Akses dan Lokasi
Point of interest dari keberadaan lembah Napu adalah akses dan lokasi. Saat ini, ada dua kota besar yang mengapit lembah Napu yaitu Kota Palu dan Kota Poso. Baik kota Palu maupun Poso sudah memiliki bandara dan Pelabuhan yang pastinya bakal menjadi akses utama dalam distribusi hasil mega farm nantinya.
Untuk akses jalur trans, menurut hasil survey Bank Tanah untuk bidang HPL lembah Napu sudah memiliki akses jalan provinsi dengan lebar 4 meter dan berjarak 117 km dari kota Palu. Itulah mengapa lembah Napu menjadi lokasi strategis.
Berbagai keunggulan tersebut tentunya didukung sinergi antara masyarakat dan lembaga pada berbagai tingkatan termasuk Bank Tanah sebagai penyedia HPL lembah Napu.
Saya sih percaya dengan target 250.000 sapi yang akan didatangkan nantinya bakal membuat lembah Napu sebagai mega farm terbesar di Indonesia akan terwujud. Apalagi dengan konsep keberlanjutan berbasis masyarakat adat pada saat pelaksanaan.
Hasil akhirnya, pastinya akan mendukung berbagai program bangsa mulai dari ketersediaan daging dan susu sapi yang mencukupi dengan harga wajar hingga mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Jika ini terlaksana dengan baik dan melibatkan semua level masyarakat, maka ekonomi berkeadilan akan tercapai di lembah Napu dan ujung-ujungnya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Percaya deh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI