Walau kemudian, demi menunjukkan keseriusannya maju di Pilpres 2019 ini, dirinya rela mundur dari posisinya sebagai Wagub DKI dan sekaligus mundur dari Partai Gerindra.
Sosok muda dan santun pembawa kesejukan
Banyak orang membaca bahwa penetapan Sandiaga Uno sebagai Cawapres pendamping Prabowo, selain muda dan tampan juga sebagai penarik suara generasi milenial dan suara 'emak-emak'. Hal tersebut tidak perlu ditampik, namun bukan itu alasan sebenarnya. Ada hal yang lebih penting lagi, yaitu bahwa Sandiaga adalah sosok yang paham ekonomi. Sebagai oposisi, Prabowo selalu konsisten membawa isu ekonomi yang amburadul. Kehadiran Sandiaga Uno diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih jelas tentang strategi yang dibutuhkan untuk membawa Indonesia keluar dari kondisi ekonomi yang amburadul tersebut.
Antara Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno
Ma'ruf Amin dapat dilihat sebagai sosok penengah, upaya Jokowi untuk mengambil hati dan sura umat Islam. Sosok ini tidak terlepas dari kontroversi kasus Ahok dan tuduhan penistaan agama yang menjadi kompor Pilkada DKI 2017 lalu.Â
Tentu saja pemilihan beliau sebagai pendamping Jokowi tidak dapat memuaskan semua pihak walaupun dapat menjadi pemikat bagi Nahdliyin dan umat Islam, namun akan menjadi sosok yang membuat pendukung Ahok menimbang-nimbang untuk kembali memilih Jokowi.Â
Walau mestinya tidak sampai berpaling ke Prabowo, namun, setidaknya sosok Ma'ruf Amin  akan membuat mereka abstain dalam Pemilu 2019, dan hal itu akan membuat Jokowi kehilangan suara salah satu elemen yang keras mendukungnya di Pemilu 2014 lalu.
Sosok Ma'ruf Amin juga dianggap sudah terlalu tua. Walau kemudian, dapat diargumentasikan bahwa usia tidak menjad penghalang, dengan contoh kasus pemilihan di Malaysia, di mana Mahathir Mohammad kembali memegang tampuk kepemimpinan di usia 93 tahun.Â
Pemilihan beliau juga dapat diartikan sebagai pragmatisme Jokowi. Alih-alih memilih calon yang dapat meneruskan programnya, malahan memilih sosok tua yang dianggap kontroversial, konservatif (bagi sebagian kalangan) tidak merepresentasikan masa depan, dan hanya sekedar melanjutkan kekuasaan belaka, sekaligus menutup pintu untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan di lima tahun ke depan.
Dengan memilih Ma'ruf Amin, Jokowi hanya berpikir lima tahun ke depan. Jokowi mungkin berpikir menghilangkan ancaman di masa depan. Namun, Jokowi dapat dikatakan mengulang kesalahan sebelumnya, bila berkaca pada keputusan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan memilih Boediono. Sama seperti Ma'ruf amin, Boediono bukanlah ancaman, namun efeknya terasa di lima tahun berikutnya. Partai Demokrat terlempar dari kekuasaan, dan harus puas bertukar peran sebagai oposisi di luar pemerintahan. Â
Sandiaga Uno sebagai pendamping Prabowo dianggap sebagai sosok yang mewakili generasi muda, mewakili sosok muslim modern yang taat terhadap ulama dan orang tua. Dirinya dapat dilihat sebagai representasi generasi masa depan. Sosoknya yang murah senyum, sedap dipandang, ramah dan lembut, tentu perlahan akan mengundang simpatik. Tentu tidak sulit menyukainya secara fisik, dan akan menjadi lebih mengaguminya ketika mengetahui prestasi beliau.