Pada tingkat molekuler, yakni ekspresi-ekspresi gen, terdapat hubungan erat secara timbal balik antara lingkungan, pendidikan, pengalaman hidup dan berbagai intervensi sengaja dengan pembentukan protein tertentu oleh gen. Demikian sebaliknya.[16] Dengan kata lain, intervensi atau perilaku-perilaku tertentu yang kita lakukan dapatmerubah ekspresi gen. Dari sudut ini ritual-ritual agama, seperti sholat, puasa, haji, atau perilaku tertentu seperti tafakkur, mendapat penjelasan ilmiah. Ritual-ritual Ini potensialmerubah plastisitas sel-sel saraf melalui pengaturan ekspresi gen.
4. Al-Qur’an dan Neurosains
Kaitan Neurosains dan al-Qur’an dapat dilihat dari 3 aspek:
- Sinyal al-Qur’an tentang otak dan fungsi-fungsinya.
- Entitas psikis manusia.
- Kehadiran’ Allah dalam diri manusia.
Sinyal al-Qur’an
Sinyalemen al-Qur’an ini dapat disebut sebagai mukjizat al-Qur’an tentang berita-berita ilmiah. Beberapa contoh; 1) jari dan tangan, 2) pendengaran dan penglihatan, dan 3) bahasa dan memori. Ayat-ayat al-Qur’an yang mengulas tentang 3 hal ini mendapat pembuktian secara ilmiah oleh neurosains. Fungsi membuat simbol yang menjadi ciri khas manusia ditunjukkan dengan penemuan gen dan daerah pengatur bahasa yang hanya ada pada otak manusia. Kegiatan berbicara (bayan), yang menjadi milik sepenuhnya manusia, juga ditata oleh daerah spesifik di otak. Area Broca dan area Wernicke berada secara spesifik pada otak manusia.
3 hal diatas merupakan fungsi kulit otak (Cortex cerebri). Kulit otak merupakan bagian otak manusia yang paling pesat perkembangannya dalam evolusi spesies manusia.[17]
Entitas psikis manusia
“Tema pokok al-Qur’an adalah manusia dan kemanusiaan”, kata Ali Syariati. Ayat-ayat al-Qur’an memiliki tema-tema pokok yang sebagian besarnya berkaitan dengan manusia. Salah satu tema adalah aspek-aspek kejiwaan manusia yang ditunjukkan melalui diksi, seperti Ruh, Nafs, ‘aql,dan Qolb(dan masih banyak lagi). Pendekatan neurosains menjadi penting karena menjelaskan bagaimana kegiatan mental manusia terjadi. Bukti-bukti empirik dari orang sakit maupun sehat menunjukkan bahwa kegiatan mental dapat terjadi dengan baik jika otak berfungsi dengan baik. [18]
Jika diperhatikan objek-objek yang ditunjukkan oleh diksi al-Qur’an di atas akan tampak jelas bahwa semua kegiatan itu berkaitan dengan fungsi otak manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak mungkin memisahkan penjelasan tentang diksi al-Qur’an dengan penjelasan tentang bagaimana otak berfungsi.[19]
Selain itu, pengetahuan neurosains menjadi penting terutama dalam upaya pengobatan atau penumbuhan jiwa (Tazkiyatun Nafs,dalam istilah tasawuf, atau Process of becomingdalam istilah psikologi Humanistik). Penyakit manusia moderen terutama berkaitan dengan aspek mental dan kepribadiaannya. Teknologi kedokteran hampir mencapai kesempurnaan dalam pengobatan gangguan fisik manusia, apalagi setelah gen manusia dapat dipetakan hingga 99 persen. Namun, gangguan-gangguan pada psikisnya belum dapat ditangani sepenuhnya.
Allah ‘dalam’ otak manusia