PENGETAHUAN TENTANG TEORI BELAJAR HUMANISME DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
PEMBAHASAN
Definisi Teori Belajar Humanisme
Menggunakan Teori Humanistik untuk Menjelaskan Pembelajaran Memanusiakan manusia itu sendiri adalah tujuan pertama dan utama dari proses pembelajaran, menurut pemikiran humanistik. Akibatnya teori belajar humanistik kurang berpijak pada pembelajaran psikologi dan lebih sejalan dengan kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi. Teori humanistik lebih mengutamakan materi pelajaran yang dipelajari dibandingkan proses pembelajaran sebenarnya.Teori belajar ini lebih fokus pada proses belajar yang ideal dan bagaimana pendidikan membentuk pribadi yang kita inginkan. Dengan kata lain, teori ini kurang mementingkan pemahaman pembelajaran sebagaimana yang sebenarnya terjadi dibandingkan dengan pemahaman pembelajaran dalam bentuknya yang paling ideal, yang merupakan fokus penelitian teori-teori pembelajaran lainnya. Sebenarnya metodologi pembelajaran Ausubel juga mencerminkan gagasan humanistik. Pandangannya mengenai "pembelajaran bermakna" atau pendidikan bermakna. Aliran pemikiran kognitif ini juga berpendapat bahwa penyerapan makna adalah inti dari pembelajaran. Informasi tersebut diambil dan diintegrasikan dengan apa yang telah dipelajari. pengalaman emosional dan elemen motivasi dalam peristiwa pembelajaran adalah penting karena, jika tidak ada hal-hal tersebut, pembelajaran tidak dapat berlangsung dan informasi baru tidak dapat diasimilasikan ke dalam struktur kognitif pelajar yang sudah ada sebelumnya.
Menurut teori humanistik, teori pembelajaran apa pun dapat diterapkan selama tujuannya adalah untuk memanusiakan manusia---yaitu, untuk mencapai tingkat aktualisasi diri, pemahaman diri, dan realisasi diri terbaik bagi pelajar. Karena pembelajaran yang diidealkan dipahami, teori pembelajaran apa pun dapat digunakan dengan teori humanistik, asalkan tujuannya adalah untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, teori humanistik cukup eklektik. Ada kelebihan dan kekurangan yang tidak dapat dihindari pada setiap posisi atau metode pengajaran. Hal ini membuat eklektisisme berbeda dengan sistem yang mempertahankan unsur-unsur dalam bentuk aslinyaTeori apa pun akan digunakan dalam teori humanistik sepanjang tujuannya---yakni memanusiakan manusia---tercapai. Manusia adalah makhluk yang rumit. Banyak ahli dalam kompilasi teori hanya tertarik pada aspek tertentu yang menarik minat mereka. Masing-masing ahli melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing-masing, dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu, dan percaya bahwa teorinya tentang bagaimana orang belajar adalah teori yang paling akurat.
 Akibatnya, akan ada beberapa teori pembelajaran berdasarkan sudut pandang masing-masing. Berdasarkan logika di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan sudut pandang yang satu dengan sudut pandang yang lain sering kali disebabkan oleh perbedaan cara pandang, atau kadang-kadang karena perbedaan aksen. Oleh karena itu, perspektif atau informasi yang berbeda hanyalah sudut pandang yang berbeda mengenai subjek yang sama. Oleh karena itu, penerapan teori humanistik dan sudut pandang eklektiknya tidak hanya layak tetapi juga perlu, yang melibatkan penggunaan atau sintesis berbagai teori pembelajaran dalam upaya memanusiakan manusia. Perspektif Pembelajaran dari Tokoh Sekolah Humanistik.. Pemikir humanistik antara lain Kolb (dikenal dengan "Empat Tahap Pembelajaran"), Honey dan Mumford (dikenal dengan klasifikasi jenis siswa), Hubermas (dikenal dengan "Tiga jenis pembelajaran"), dan Bloom dan Krathwohl (dikenal untuk "Taksonomi Bloom" mereka). "Ini.
Berikut penjabaran cara pandang masing-masing tokoh dalam belajar:
Pandangan Pembelajaran oleh Kolb. Pakar Kolb yang menganut aliran pemikiran humanistik, mengkategorikan pembelajaran menjadi empat tahap:
- Tahap pengamatan aktif dan reflektif
- Tahap pengalaman konkret
- Tahap konseptualisasi
- Tahap eksperimentasi aktif
- Tahap pengalaman konkrit
 Seseorang mungkin mengalami suatu peristiwa atau kejadian sebagaimana adanya sejak awal peristiwa pembelajaran. Ia mampu mengaitkan kejadian tersebut dengan pengalaman pribadinya dan memahaminya dengan indranya. Namun dia tidak menyadari sifat insiden tersebut pada saat itu. Ia terbatas pada merasakan kejadian apa adanya; dia tidak dapat memahami atau memberikan penjelasan tentang bagaimana hal itu terjadi. Dia juga bingung mengapa situasi tersebut harus terjadi seperti itu. Seseorang memiliki keterampilan ini sejak awal proses pembelajarannya.Tahap pengamatan aktif dan reflektif Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makinlama akan semakin mampu melakukan observasi secar aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan reflaksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi,dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang. Kemampuan inilah yang dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar.
Fase konseptualisasi Fase ketiga peristiwa belajar adalah ketika pembelajar mulai berusaha merumuskan teori, konsep, hukum, dan prosedur mengenai pokok bahasan yang diminatinya. Untuk membuat pedoman atau generalisasi yang luas dari berbagai kejadian yang ditemui, penalaran induktif sering digunakan. Peristiwa-peristiwa yang diamati mempunyai komponen-komponen dasar yang mungkin menjadi landasan bagi hukum-hukum umum, meskipun terdapat perbedaan-perbedaan yang nyata.
Tahap eksperimen aktif Eksperimen aktif, dalam pandangan Kolb, merupakan fase terakhir dari pengalaman belajar. Seseorang kini dapat menerapkan ide, teori, atau peraturan pada keadaan sebenarnya. Di lapangan, penalaran deduktif sering digunakan untuk menguji teori dan konsepsi. Ia mampu menerapkan teori atau rumus tersebut untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul yang belum pernah ia temui sebelumnya, sehingga ia berhenti mempertanyakan dari mana teori atau rumus itu berasal. Fase-fase pembelajaran ini, menurut Kolb, merupakan siklus berkelanjutan yang terjadi tanpa sepengetahuan peserta didik. Fase-fase pembelajaran ini secara teoritis dapat dibedakan, namun dalam praktiknya, proses perpindahan dari satu tahap pembelajaran ke tahap berikutnya sering kali terjadi persis seperti itu, dan mungkin sulit untuk menentukan kapan hal tersebut terjadi.
Informasi yang diberikan mengarah pada suatu kesimpulan tentang apa arti belajar ditinjau dari pemikiran humanistik. Memanusiakan manusia itu sendiri merupakan tujuan pertama dan utama dalam proses pembelajaran, menurut pemikiran humanistik. Akibatnya, teori belajar humanistik kurang berpijak pada psikologi pembelajaran dan lebih sejalan dengan bidang filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi. Teori humanistik lebih mengutamakan materi pelajaran yang dipelajari dibandingkan proses pembelajaran sebenarnya.
- Tujuan Belajar Menurut Aliran Belajar Humanisme
- Tujuan belajar menurut aliran pembelajaran humanisme. Aliran ini memang sangat menekankan pada pengembangan pribadi dan potensi manusia sebagai individu.
- Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai tujuan belajar menurut aliran belajar humanisme:
- Pertumbuhan Pribadi
- Proses yang dilalui seseorang untuk berkembang di semua tingkatan---emosional, intelektual, sosial, dan spiritual---disebut sebagai pertumbuhan pribadi. Ini mencakup pengembangan karakter positif, peningkatan kemampuan, dan peningkatan kesadaran diri. Pengalaman, pendidikan, dan introspeksi adalah cara seseorang mencapai pertumbuhan pribadi, yang merupakan proses berkelanjutan. Definisi yang lebih menyeluruh tentang pertumbuhan pribadi dapat ditemukan di bawah:
- Kesadaran Diri: Pemahaman menyeluruh tentang diri sendiri, termasuk pengetahuan tentang nilai-nilai, minat, serta kekuatan dan kekurangan diri sendiri, merupakan langkah pertama menuju kemajuan pribadi.
- Pengembangan Keterampilan: Mempelajari kemampuan baru baik dalam bidang profesional maupun pribadi dapat membantu orang berkembang secara pribadi..
- Pertumbuhan Emosional: Untuk bereaksi secara bijaksana dan konstruktif terhadap keadaan, orang juga harus mampu mengenali dan mengendalikan emosinya.
- Pembelajaran Konstan: Untuk bertumbuh secara pribadi, seseorang harus membuat komitmen terhadap pembelajaran seumur hidup melalui pendidikan resmi dan informal serta pengalaman langsung.
- Tujuan dan Visi: Memiliki visi yang jelas untuk masa depan dan menetapkan tujuan dapat menjadi katalis penting bagi pengembangan pribadi.
- Keseimbangan Hidup: Komponen penting lainnya dalam pengembangan pribadi adalah menjaga keseimbangan yang sehat antara aspek sosial, emosional, spiritual, dan fisik dalam kehidupan sehari-hari.
- Proses yang dilalui seseorang untuk berkembang di semua tingkatan---emosional, intelektual, sosial, dan spiritual---disebut sebagai pertumbuhan pribadi. Ini mencakup pengembangan karakter positif, peningkatan kemampuan, dan peningkatan kesadaran diri. Pengalaman, pendidikan, dan introspeksi adalah cara seseorang mencapai pertumbuhan pribadi, yang merupakan proses berkelanjutan. Definisi yang lebih menyeluruh tentang pertumbuhan pribadi dapat ditemukan di bawah:
- Aktualisasi Diri
- Istilah "aktualisasi diri" menggambarkan gagasan yang dikemukakan oleh psikolog Abraham Maslow dalam teorinya tentang hierarki kebutuhan. Ide ini menggambarkan proses dimana seorang individu menyadari potensi terbesarnya dan berkembang menjadi versi terbaik dari dirinya. Ketika seseorang mampu mengekspresikan diri mereka secara kreatif, mewujudkan sifat-sifat terbaik mereka, dan mendapatkan pemahaman mendalam tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka, maka mereka dikatakan telah mencapai aktualisasi diri. Maslow mencantumkan sejumlah ciri orang yang mencapai aktualisasi diri, antara lain:
- Kemandirian: Orang yang mencapai aktualisasi diri biasanya menunjukkan kemandirian, otonomi pengambilan keputusan, dan kapasitas untuk menerima akuntabilitas atas perbuatan mereka.
- Kreativitas: Mereka menunjukkan kreativitas luar biasa dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk sains, seni, dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
- Penerimaan diri dan orang lain: Orang yang mengaktualisasikan diri mampu menerima orang lain tanpa bias dan menerima dirinya apa adanya, kekurangannya dan segala sesuatunya.
- Kesadaran diri: Mereka memiliki gagasan yang jelas tentang jalan yang ingin mereka ambil dan pemahaman mendalam tentang siapa diri mereka, nilai-nilai mereka, dan tujuan hidup mereka.
- Kemandirian moral: Orang ini menjunjung tinggi keyakinan moral yang kuat, berperilaku bermoral, dan memiliki integritas yang tinggi.
- Istilah "aktualisasi diri" menggambarkan gagasan yang dikemukakan oleh psikolog Abraham Maslow dalam teorinya tentang hierarki kebutuhan. Ide ini menggambarkan proses dimana seorang individu menyadari potensi terbesarnya dan berkembang menjadi versi terbaik dari dirinya. Ketika seseorang mampu mengekspresikan diri mereka secara kreatif, mewujudkan sifat-sifat terbaik mereka, dan mendapatkan pemahaman mendalam tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka, maka mereka dikatakan telah mencapai aktualisasi diri. Maslow mencantumkan sejumlah ciri orang yang mencapai aktualisasi diri, antara lain:
Menurut hierarki kebutuhan Maslow, aktualisasi diri adalah keadaan akhir dimana seseorang merasa puas dan gembira dengan pencapaiannya sendiri. Proses aktualisasi diri memerlukan pertumbuhan pribadi yang komprehensif, mencakup ranah mental, emosional, fisik, dan spiritual.
- Pengalaman Pribadi
- Pengalaman pribadi seseorang merupakan puncak dari segala hal, orang, dan pengalaman yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Identitas, sikap, opini, dan proses kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya. Berikut ini adalah beberapa area dimana pengalaman pribadi seseorang mungkin mempunyai dampak:
- Pembelajaran
- Mempelajari pengalaman pribadi adalah proses kontemplatif dan analitis yang memerlukan pemeriksaan menyeluruh terhadap perjumpaan dan pengalaman yang dialami seseorang sepanjang hidupnya. Seseorang dapat memperoleh wawasan penting tentang dirinya sendiri, serta nilai-nilai, keyakinan, dan proses mental yang memandu tindakan dan keputusannya, dengan mempelajari pengalaman pribadinya.Pertumbuhan Emosional
- Seseorang dapat berkembang dan menjadi dewasa dalam kemampuannya mengendalikan emosi, bereaksi terhadap situasi secara seimbang, dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perasaan dan reaksinya terhadap berbagai peristiwa kehidupan melalui proses pertumbuhan emosional melalui pengalaman pribadi. Karena membantu orang mengidentifikasi dan mengendalikan emosinya dengan lebih baik, pengalaman pribadi dapat menjadi pemicu kuat bagi perkembangan emosi.
- Pembentukan Nilai dan Keyakinan
- Seseorang memperoleh opini, prinsip, dan keyakinan yang memandu tindakan dan keputusannya berdasarkan pengalaman yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini dikenal dengan pembentukan nilai dan keyakinan melalui pengalaman pribadi. Nilai-nilai dan ide-ide seseorang sangat dibentuk oleh pengalamannya sendiri karena pengalaman-pengalaman tersebut memberikan pemahaman yang mendalam tentang dunia dan diri sendiri.
- Pengembangan Hubungan
- Proses mengembangkan hubungan yang bermakna dan saling mendukung melalui keterlibatan sosial, komunikasi, dan kerja tim dengan orang lain dikenal sebagai pengembangan hubungan melalui pengalaman pribadi. Interaksi sosial seseorang dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan masyarakat luas diperkuat oleh pengalamannya sendiri.
- Pembelajaran
- Keselarasan Pribadi
- Individu yang merasa kongruen dan seimbang antara nilai-nilai, aspirasi, keyakinan, dan tindakan sehari-harinya dikatakan berada dalam keadaan personal selaras. Keharmonisan pribadi merupakan hasil tindakan dan interaksi seseorang dengan lingkungannya sejalan dengan keyakinan dan keinginannya. Beberapa elemen keharmonisan pribadi tercantum di bawah ini.:
- Konsistensi Nilai
- Konsistensi nilai dalam penyelarasan pribadi adalah sejauh mana aktivitas dan perilaku sehari-hari seseorang konsisten dengan nilai-nilai yang dianutnya. Orang yang mengutamakan konsistensi dalam keharmonisan pribadi menunjukkan bahwa mereka bertindak sejalan dengan keyakinannya dan mewujudkan keyakinannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Tujuan yang Konsisten
- Dalam konteks penyelarasan pribadi, tujuan yang konsisten adalah tujuan yang sejalan dengan nilai, keyakinan, dan perilaku sehari-hari individu selain tujuan hidup, visi, dan aspirasinya. Ketika orang memiliki tujuan penyelarasan pribadi yang konsisten, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mereka mendorong pencapaian tujuan mereka dan bahwa tujuan mereka selaras dengan nilai-nilai mereka.
- Keselarasan Emosional
- Dalam konteks keharmonisan pribadi, penyesuaian emosional mengacu pada keselarasan dan keseimbangan yang ada antara nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan hidup individu serta ekspresi, pengelolaan, dan respons emosionalnya. Ketika orang mampu mengendalikan emosinya, bereaksi terhadap keadaan dengan bijaksana, dan memahami bagaimana perasaan dan reaksi mereka terhadap berbagai peristiwa kehidupan sesuai dengan nilai dan keyakinannya, mereka menunjukkan keharmonisan emosional.
- Keselarasan Sosial
- Dalam konteks keharmonisan pribadi, keharmonisan sosial adalah keseimbangan dan kesesuaian nilai, keyakinan, dan tujuan hidup seseorang dengan interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan kontribusi masyarakat. Keharmonisan sosial menunjukkan bahwa masyarakat dapat berinteraksi secara konstruktif satu sama lain, membentuk ikatan yang sehat satu sama lain, dan memberikan kontribusi yang berarti kepada masyarakat sambil tetap setia pada moral dan prinsip-prinsip mereka.
- Integritas dan Konsistensi
- Dalam konteks keharmonisan pribadi, integritas dan konsistensi berkaitan dengan kesesuaian perkataan dan perbuatan seseorang serta koherensi prinsip, keyakinan, dan perilaku sehari-hari. Karena mereka menunjukkan kejujuran, keberanian untuk bertindak sesuai dengan keyakinan yang dipegang teguh, dan konsistensi dalam perilaku dan hubungan sosial, integritas dan konsistensi merupakan komponen penting dalam membangun kedamaian pribadi.
- Konsistensi Nilai
- Pengalaman pribadi seseorang merupakan puncak dari segala hal, orang, dan pengalaman yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Identitas, sikap, opini, dan proses kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya. Berikut ini adalah beberapa area dimana pengalaman pribadi seseorang mungkin mempunyai dampak:
- Keseimbangan Hidup
- Kemampuan untuk berhasil menjaga keselarasan dan keseimbangan antara beberapa aspek kehidupan seseorang, termasuk pekerjaan, keluarga, kesehatan, interaksi sosial, dan waktu senggang, dikenal sebagai keseimbangan hidup. Mencapai keseimbangan yang sehat dalam hidup seseorang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental, emosional, dan fisik. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipikirkan untuk mencapai keberadaan yang seimbang
- Waktu dan Prioritas
- Waktu dan prioritas memainkan peran kunci dalam upaya mencapai keseimbangan hidup yang sehat dan berkelanjutan.
- Kesehatan Fisik dan Mental
- Kesehatan fisik dan mental memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang optimal.
- Hubungan Sosial
- Hubungan sosial yang sehat dan positif memainkan peran yang penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang optimal.
- Pengembangan Diri
- Pengembangan diri merupakan aspek penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang optimal.
- Rekreasi dan Hiburan
- Rekreasi dan hiburan memainkan peran penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang sehat dan berkelanjutan.
- Tujuan dan Makna
- Menetapkan tujuan hidup yang jelas dan memiliki makna yang mendalam adalah kunci untuk mencapai keseimbangan hidup yang memuaskan dan bermakna.
- Waktu dan Prioritas
- Materi tersebut dapat di simpulkan bahwasanya tujuan belajar menurut aliran pembelajaran humanisme. Aliran ini memang sangat menekankan pada pengembangan pribadi dan potensi manusia sebagai individu.
- Kemampuan untuk berhasil menjaga keselarasan dan keseimbangan antara beberapa aspek kehidupan seseorang, termasuk pekerjaan, keluarga, kesehatan, interaksi sosial, dan waktu senggang, dikenal sebagai keseimbangan hidup. Mencapai keseimbangan yang sehat dalam hidup seseorang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental, emosional, dan fisik. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipikirkan untuk mencapai keberadaan yang seimbang
- Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanistik merupakan salah satu teori belajar yang paling abstrak diantara teori belajar yang ada, karena teori ini lebih banyak membicarakan gagasa tentang belajar yang paling ideal dari pada memperhatikan apa yang bisa dilakukan dalam keseharian. Teori belajar humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Belajar dalam teori humanistik dikatakan berhasil jika peserta didik bisa memahami lingkungan dan dirinya sendiri (mencapai aktualisasi diri).
- Perbedaan utama antara teori pembelajaran behavioristik dan kognitif dan teori pembelajaran humanistik adalah bahwa teori pembelajaran humanistik lebih menekankan pada kehidupan psikologis individu, di mana potensi manusia tertentu ada dan harus diwujudkan.
- Teori humanistik lebih mengedepankan sisi humanis manusia dan tidak menuntut jangka waktu pembelajar mencapai pemahaman yang diinginkan, akan tetapi lebih menekankan pada isi atau materi yang harus dipelajari agar membentuk manusia seutuhnya. Proses belajar dilakukan agar pembelajar mendapatkan makna yang sesungguhnya dari belajar atau yang disebut Ausubel sebagai meaningful learning. Meaningful learning bermakna bahawa belajar adalah mengasosiasikan pengetahuan baru dengan prior knowledge (pengetahuan awal) si pembelajar. Setiap pembelajar memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda sehingga keberhasilan belajar akan tercapai apabila pembelajar dapat memahami diri dan lingkungannya. Hal ini karena setiap manusia adalah unik dan tugas pendidik adalah membantu mengenali sisi unik tersebut serta mewujudkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
- Kelebihan Teori Humanisme:
- Fokus pada Individu: Teori humanisme memandang individu sebagai makhluk yang unik dan kompleks, yang memiliki kebebasan untuk mengontrol dan mengarahkan hidupnya sendiri.
- Peningkatan Kualitas Hidup: Pendekatan humanistik menekankan pada pertumbuhan pribadi, pengembangan potensi, dan pencapaian kebahagiaan dan kepuasan hidup.
- Pentingnya Hubungan Interpersonal: Teori humanisme menekankan pentingnya hubungan antarindividu, empati, dan pengalaman pribadi dalam mencapai pemahaman diri dan kebahagiaan.
- Kekurangan Teori Humanisme:
- Kurangnya Empiris: Teori humanisme kurang memiliki dasar empiris yang kuat karena lebih bersifat konseptual dan sulit untuk diukur secara objektif.
- Keterbatasan dalam Penjelasan Perilaku Abnormal: Teori humanisme cenderung tidak memberikan penjelasan yang memadai terhadap perilaku abnormal atau gangguan mental yang kompleks.
- Kritik terhadap Optimisme Berlebihan: Beberapa kritikus menganggap bahwa teori humanisme terlalu optimis dan kurang memperhitungkan sisi gelap manusia serta konflik internal yang mungkin terjadi.
- Kelebihan Teori Humanisme:
Berdasarkan materi tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya kelebihannya antara lain, Fokus pada Individu, Peningkatan Kualitas Hidup, Pentingnya Hubungan Interpersonal. Sedangkan kekurangannya yaitu, Kurangnya Empiris, Keterbatasan dalam Penjelasan Perilaku Abnormal, Kritik terhadap Optimisme Berlebihan.
- Prinsip-Prinsip Belajar Humanisme
Humanisme dalam pendidikan sangat menekankan pada kemampuan seseorang untuk mencapai potensi penuhnya serta kebebasan dan pengembangan pribadinya. Metode humanis memuat sejumlah konsep pembelajaran yang menjadi landasan keberhasilan proses pembelajaran. Berikut ini adalah dasar-dasar pendidikan humanis:
- Pentingnya Pengalaman Pribadi: Konsep ini menyoroti bahwa pembelajaran terjadi paling efektif ketika orang berpartisipasi secara aktif dalam situasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sendiri. Guru diharapkan mampu merancang skenario pembelajaran yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
- Pentingnya Kemandirian: Prinsip ini menyoroti pentingnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri. Siswa didorong untuk mandiri, menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri, dan menerima akuntabilitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Pentingnya Keterlibatan Emosional: Prinsip ini mengakui peran emosi dalam proses belajar. Siswa diharapkan terlibat secara emosional dalam pembelajaran, sehingga motivasi intrinsik mereka untuk belajar dapat ditingkatkan.
- Pentingnya Empati dan Penerimaan: Prinsip ini menyoroti betapa pentingnya bagi pendidik untuk menerima siswanya apa adanya, kekurangannya, dan segalanya. Guru diharapkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendorong, memahami perspektif mereka, dan menunjukkan empati kepada siswanya.
- Pentingnya Pertumbuhan Pribadi: Prinsip ini menekankan bahwa tujuan utama dari pendidikan dalam pendekatan humanisme adalah untuk mendukung pertumbuhan pribadi dan pengembangan potensi penuh individu. Guru diharapkan menjadi fasilitator dalam proses pertumbuhan ini.
- Pentingnya Kemandirian: Prinsip ini menyoroti pentingnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri. Siswa didorong untuk mandiri, menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri, dan menerima akuntabilitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar humanisme, pendidikan dapat menjadi lebih berpusat pada individu, memperhatikan aspek emosional dan psikologis siswa, serta mendukung pertumbuhan pribadi yang holistik.Teori di atas membawa kita pada kesimpulan bahwa berikut ini adalah dasar-dasar pembelajaran humanistik: nilai pengalaman individu, pentingnya otonomi, pentingnya keterlibatan emosional, pentingnya penerimaan dan empati, dan pentingnya pengembangan pribadi.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Bloom Dan Krathwohl
Pembelajaran menurut aliran humanistik, Bloom, dan Krathwohl memiliki pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi dalam konteks pengembangan pendidikan.
- Aliran Humanistik:
- Aliran humanistik menekankan pada keunikan individu dan pengembangan potensi diri. Pembelajaran dalam aliran ini difokuskan pada aspek psikologis, emosional, dan sosial siswa.
- Humanistik menekankan pentingnya motivasi intrinsik, kebebasan, dan tanggung jawab dalam pembelajaran.
- Guru dalam pendekatan humanistik berperan sebagai fasilitator dan motivator yang membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka.
- Teori Taksonomi Bloom:
- Teori taksonomi Bloom merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam enam tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
- Teori ini membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang berbasis pada tujuan yang jelas dan dapat diukur.
- Model Krathwohl:
- Model Krathwohl merupakan revisi dari taksonomi Bloom yang menekankan pada dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
- Model ini memperluas taksonomi Bloom dengan menambahkan dimensi afektif yang mencakup aspek sikap, nilai, dan emosi dalam pembelajaran.
Para profesional pendidikan dapat membangun lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik siswa---mulai dari kognitif, afektif, hingga psikomotorik---dengan mengintegrasikan pendekatan humanistik, taksonomi Bloom, dan model Krathwohl.
Berdasarkan materi atas dapat kita simpulkan Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Bloom yaitu, Teori taksonomi Bloom merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam enam tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.Teori ini membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang berbasis pada tujuan yang jelas dan dapat diukur. Sedangkan menurut Krathwohl, Model Krathwohl merupakan revisi dari taksonomi Bloom yang menekankan pada dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik Model ini memperluas taksonomi Bloom dengan menambahkan dimensi afektif yang mencakup aspek sikap, nilai, dan emosi dalam pembelajaran.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Honey Dan Munford
Empat tipe pembelajaran yang diidentifikasi oleh model gaya belajar Honey dan Mumford adalah pragmatis, aktivis, ahli teori, dan reflektor. Aktivis senang mencoba hal-hal baru. Mereka sangat ingin mencoba hal-hal baru dan berpikiran terbuka, namun mereka mudah menjadi tidak tertarik ketika dipraktikkan. Kelompok ini mempunyai gaya belajar aktivis, artinya mereka biasanya berinisiatif dan suka bertindak. Meskipun mereka juga suka bekerja dengan orang lain, mereka cenderung menarik perhatian.
Pengamatan dimodifikasi dan digabungkan oleh para ahli teori untuk menciptakan hipotesis yang rumit dan logis. Mereka cenderung perfeksionis yang mencoba memasukkan segala sesuatu ke dalam sistem yang logis, dan mereka mendekati kesulitan secara metodis (koheren). Proses berpikir kelompok ini lebih condong ke arah analisis dibandingkan subjektivitas.
Aliran Humanistik Honey dan Mumford merupakan pendekatan yang menekankan pada pembelajaran berbasis pengalaman dan refleksi. Berikut adalah beberapa poin penting tentang pembelajaran menurut aliran Humanistik Honey dan Mumford:
- Pendekatan Berbasis Pengalaman:
- Aliran Humanistik Honey dan Mumford menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman langsung dan refleksi atas pengalaman tersebut.
- Siswa diharapkan belajar melalui tindakan, eksperimen, dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
- Siklus Pembelajaran:
- Model pembelajaran Honey dan Mumford menggambarkan siklus belajar yang terdiri dari empat tahap: pengalaman konkret, observasi dan refleksi, pembuatan konsep abstrak, dan uji coba dalam situasi baru.
- Siklus ini menekankan pada pentingnya refleksi dan pemahaman atas pengalaman yang dialami siswa.
- Pentingnya Refleksi:
- Aliran Humanistik Honey dan Mumford menekankan pentingnya refleksi sebagai sarana untuk memahami dan menginternalisasi pembelajaran.
- Siswa diajak untuk merenungkan pengalaman mereka, mengidentifikasi pembelajaran yang diperoleh, dan mengaitkannya dengan konsep-konsep yang lebih abstrak
Metode pengajaran ini menekankan pada pemahaman yang mendalam, pengalaman yang mendalam, dan refleksi di samping penyampaian fakta dan pengetahuan. Hasilnya, siswa dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dan berguna tentang materi pelajaran.
Kita dapat menyimpulkan dari cara penyajian informasi di atas bahwa Sekolah Humanistik Honey dan Mumford sangat menekankan pembelajaran berbasis pengalaman dan refleksi. Prinsip-prinsip pembelajaran penting menurut aliran Humanistik Honey dan Mumford adalah sebagai berikut: Pembelajaran Berbasis Pengalaman, Siklus Pembelajaran, Signifikansi Refleksi Metode pengajaran ini menekankan pada pemahaman yang mendalam, pengalaman yang mendalam, dan refleksi di samping penyampaian fakta dan pengetahuan. Hasilnya, siswa dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dan berguna tentang materi pelajaran.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Bloom Dan Hubermas
Aliran Humanistik, Bloom, dan Habermas memiliki pendekatan yang berbeda namun dapat saling melengkapi dalam konteks pembelajaran
- Aliran Humanistik:
- Aliran humanistik menekankan pada keunikan individu, pengembangan potensi diri, dan aspek psikologis, emosional, serta sosial siswa.
- Pembelajaran dalam aliran humanistik difokuskan pada motivasi intrinsik, kebebasan, dan tanggung jawab individu dalam proses belajar.
- Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka.
- Teori Taksonomi Bloom:
- Teori taksonomi Bloom digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam enam tingkatan, mulai dari pengetahuan hingga evaluasi.
- Teori ini membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang berbasis pada tujuan yang jelas dan dapat diukur.
- Teori Komunikatif Habermas:
- Teori komunikatif Habermas menekankan pada pentingnya komunikasi yang rasional, dialogis, dan inklusif dalam proses pembelajaran.
- Habermas menyoroti pentingnya dialog dan refleksi kritis dalam mencapai pemahaman yang lebih mendalam.
Dengan menggabungkan pendekatan aliran humanistik, teori taksonomi Bloom, dan teori komunikatif Habermas, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik, inklusif, dan memperhatikan aspek psikologis, kognitif, serta sosial siswa. Kombinasi dari ketiga pendekatan ini dapat membantu dalam menciptakan pengalaman belajar yang beragam, bermakna, dan mendukung perkembangan keseluruhan individu secara optimal.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Carl Roger
PembalajaPada akhir tahun 1950-an, psikolog seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Carl Moustakas mendirikan teori humanistik. Untuk meneliti secara eksplisit beberapa keunikan manusia, antara lain diri, aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, dan sejenisnya, mereka mendirikan perkumpulan profesi. Salah satu tokoh humanistik yang berperan penting dalam memajukan penerapan psikologi humanistik dalam pendidikan adalah Carl Rogers. Melalui upaya menciptakan iklim emosional yang mendukung guna membentuk makna pribadi tersebut, ia mengembangkan filosofi pendidikan yang menekankan perlunya menghasilkan makna pribadi selama proses pembelajaran. Implementasi teori humanistik dalam proses pembelajaran ebih difokuskan pada kemammpuan guru dalam membangun hubungan emosional dengan siswa.ran Menurut Aliran Humanistic Carl Roger.
Beberapa orang berpendapat bahwa ketidakpuasan terhadap metode behavioris dan psikoanalitik menyebabkan munculnya aliran humanistik pada tahun 1940-an. Ini menyajikan ide-ide yang berkaitan dengan penelitian psikologis, menyoroti nilai kesadaran, aktualisasi diri, dan aspek positif dari sifat manusia. Oleh karena itu, gagasan ini pertama kali diterapkan dalam bidang pendidikan, khususnya pembelajaran, dan bermula dari teori psikologi.
Aliran pembelajaran humanistik Carl Rogers memberikan penekanan kuat pada gagasan aktualisasi diri dan pendekatan pendidikan yang berpusat pada individu. Berikut ini adalah beberapa gagasan kunci mengenai pendidikan dari sekolah humanistik Carl Rogers:
- Penghargaan Terhadap Individu:
- Carl Rogers menekankan pentingnya penghargaan terhadap individu sebagai subjek belajar. Guru diharapkan memperlakukan siswa dengan penuh penghargaan, empati, dan kejujuran.
- Pembelajaran yang efektif menurut Rogers terjadi ketika siswa merasa diterima, dipahami, dan dihargai secara penuh.
- Pendekatan Berpusat pada Siswa:
- Pendekatan pembelajaran Carl Rogers berfokus pada kebutuhan dan keinginan siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengeksplorasi minat, bakat, dan potensi mereka sendiri.
- Pembelajaran dipandang sebagai proses aktif di mana siswa terlibat secara penuh dalam proses belajar.
- Pembelajaran Berbasis Pengalaman:
- Rogers menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Siswa diajak untuk belajar melalui eksplorasi, refleksi, dan pengalaman langsung dengan lingkungan belajar mereka.
- Konsep Self-Actualization:
- Konsep self-actualization dalam aliran humanistik Carl Rogers mengacu pada proses pengembangan diri menuju potensi maksimal yang dimiliki setiap individu.
- Pembelajaran yang mendukung self-actualization memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka secara holistik, termasuk aspek kognitif, emosional, dan sosial.
Aliran humanistik Carl Rogers menekankan nilai mengenali dan menghormati keunikan setiap individu dalam proses pembelajaran melalui pendekatan yang berfokus pada individu, harga diri, dan aktualisasi diri. Hal ini menumbuhkan iklim pembelajaran yang mendorong kebebasan siswa, pengembangan potensi, dan kemajuan pribadi.
Informasi yang disajikan di atas membawa kita pada kesimpulan bahwa pembelajaran di sekolah humanistik Carl Rogers memberikan penekanan yang kuat pada gagasan aktualisasi diri dan metodologi yang berpusat pada individu. Aspek-aspek pembelajaran yang penting menurut aliran pemikiran humanistik Carl Rogers adalah sebagai berikut: Konsep aktualisasi diri, pembelajaran berbasis pengalaman, menghargai individu, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Abraham Maslow
Abraham Maslow, seorang psikolog terkenal, dikenal dengan konsep hierarki kebutuhan dan pendekatan humanistiknya dalam bidang pendidikan. Berikut adalah beberapa poin penting tentang pembelajaran menurut aliran humanistik Abraham Maslow:
- Hierarki Kebutuhan Maslow:
- Maslow mengemukakan konsep hierarki kebutuhan yang terdiri dari lima tingkat, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
- Dalam konteks pembelajaran, Maslow menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan dasar siswa sebelum mereka dapat mencapai potensi maksimal mereka dalam proses belajar.
- Pembelajaran Berpusat pada Siswa:
- Pendekatan humanistik Maslow menekankan pada pentingnya memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dengan kebutuhan dan potensi masing-masing.
- Guru diharapkan memahami kebutuhan siswa secara holistik dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan keseluruhan siswa.
- Pembelajaran Aktif
- Maslow memandang pembelajaran sebagai proses aktif di mana siswa terlibat secara penuh dalam eksplorasi, refleksi, dan pengalaman belajar.
- Pembelajaran yang efektif menurut Maslow memungkinkan siswa untuk mencapai aktualisasi diri mereka melalui pengalaman belajar yang bermakna dan relevan.
- Penghargaan dan Penerimaan:
- Maslow menekankan pentingnya penghargaan, penerimaan, dan dukungan dalam proses pembelajaran. Siswa perlu merasa diterima dan dihargai dalam lingkungan belajar agar dapat berkembang secara optimal.
Melalui integrasi konsep pendekatan humanistik Abraham Maslow seperti hierarki kebutuhan, rasa hormat, pembelajaran berpusat pada siswa, dan pembelajaran aktif, pendidik dapat membangun lingkungan belajar yang memfasilitasi perkembangan holistik siswa dan membantu mereka mewujudkan potensi penuh mereka selama proses pembelajaran.
Sejumlah isu penting terkait pembelajaran tercakup dalam kesimpulan, termasuk Hirarki Kebutuhan Maslow, pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran aktif, rasa hormat, dan penerimaan.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Kalb
- Pentingnya Pengembangan Pribadi:
- Aliran humanistik Kalb menekankan pada pengembangan pribadi siswa sebagai fokus utama dalam proses pembelajaran.
- Guru diharapkan membantu siswa dalam mengembangkan potensi pribadi mereka secara holistik, termasuk aspek emosional, spiritual, dan intelektual.
- Emosi dan Spiritualitas:
- Pembelajaran menurut aliran humanistik Kalb mengakui peran penting emosi dan spiritualitas dalam proses belajar.
- Guru diharapkan memperhatikan dan mendukung perkembangan emosional dan spiritual siswa sebagai bagian integral dari pembelajaran.
- Pembelajaran Berpusat pada Siswa:
- Pendekatan humanistik Kalb menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensi mereka sendiri.
- Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mengeksplorasi diri mereka sendiri dan mencapai pertumbuhan pribadi yang optimal.
- Pengalaman dan Refleksi:
- Pembelajaran menurut aliran humanistik Kalb didasarkan pada pengalaman langsung siswa dan proses refleksi yang mendalam.
- Siswa diajak untuk merenungkan pengalaman belajar mereka, memahami dampaknya, dan mengaitkannya dengan pertumbuhan pribadi mereka.
- Pentingnya Pengembangan Pribadi:
Sekolah humanistik Kalb menawarkan dasar yang kuat untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan holistik siswa dan membantu mereka mencapai kesejahteraan pribadi yang lebih baik. Hal ini dicapai melalui penekanan pada pengembangan pribadi, perhatian pada emosi dan spiritualitas, pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan nilai pengalaman dan refleksi.
Jelas dari informasi di atas bahwa sekolah humanistik Kalb mengedepankan spiritualitas, perasaan, dan pertumbuhan pribadi siswa sebagai aspek penting dalam pendidikan mereka. Poin-poin pembelajaran penting menurut aliran humanistik Kalb adalah sebagai berikut: Pentingnya pengalaman, refleksi, pembelajaran yang berpusat pada siswa, pertumbuhan pribadi, serta spiritualitas dan emosi.
- Penerapan Teori Humanisme Dalam Pembelajaran
Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran melibatkan pendekatan yang berfokus pada pengembangan pribadi, motivasi intrinsik, kebebasan, dan tanggung jawab individu dalam proses belajar. Berikut adalah beberapa cara penerapan teori humanistik dalam pembelajaran:
- Pembelajaran Berpusat pada Siswa:
- Guru dapat menerapkan pendekatan humanistik dengan membuat pembelajaran berpusat pada siswa. Hal ini melibatkan memahami kebutuhan, minat, dan potensi masing-masing siswa untuk menciptakan pengalaman belajar yang relevan dan bermakna bagi mereka.
- Penghargaan dan Dukungan:
- Memberikan penghargaan, penerimaan, dan dukungan kepada siswa merupakan bagian penting dari penerapan teori humanistik. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, terbuka, dan mendukung pertumbuhan pribadi siswa.
- Pemberian Otonomi:
- Memberikan siswa otonomi dalam proses belajar dapat meningkatkan motivasi intrinsik mereka. Guru dapat memberikan ruang bagi siswa untuk mengambil inisiatif, membuat keputusan, dan mengelola pembelajaran mereka sendiri.
- Pembelajaran Berbasis Pengalaman:
- Â Pembelajaran yang berlandaskan filosofi humanistik dapat diperkuat dan ditingkatkan keterlibatan siswa dengan memasukkan pengalaman langsung, eksperimen, dan interaksi dengan lingkungan belajar.
- Pengembangan Keterampilan Emosional dan Sosial:
- Penerapan teori humanistik juga melibatkan pengembangan keterampilan emosional dan sosial siswa. Guru dapat membantu siswa dalam mengembangkan empati, keterampilan komunikasi, serta pemecahan masalah yang melibatkan aspek emosional dan sosial.
Guru dapat membangun lingkungan belajar yang mendorong perkembangan holistik siswa, mendorong pembelajaran aktif, dan membantu mereka mewujudkan potensi belajar mereka sepenuhnya dengan menggunakan konsep teori humanistik.
Proses penerapan pembelajaran humanisme adalah sebagai berikut: pembelajaran berpusat pada siswa; rasa hormat dan dukungan; pemberian otonomi; pembelajaran berbasis pengalaman; dan pengembangan keterampilan sosial dan emosional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H