Informasi yang diberikan mengarah pada suatu kesimpulan tentang apa arti belajar ditinjau dari pemikiran humanistik. Memanusiakan manusia itu sendiri merupakan tujuan pertama dan utama dalam proses pembelajaran, menurut pemikiran humanistik. Akibatnya, teori belajar humanistik kurang berpijak pada psikologi pembelajaran dan lebih sejalan dengan bidang filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi. Teori humanistik lebih mengutamakan materi pelajaran yang dipelajari dibandingkan proses pembelajaran sebenarnya.
- Tujuan Belajar Menurut Aliran Belajar Humanisme
- Tujuan belajar menurut aliran pembelajaran humanisme. Aliran ini memang sangat menekankan pada pengembangan pribadi dan potensi manusia sebagai individu.
- Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai tujuan belajar menurut aliran belajar humanisme:
- Pertumbuhan Pribadi
- Proses yang dilalui seseorang untuk berkembang di semua tingkatan---emosional, intelektual, sosial, dan spiritual---disebut sebagai pertumbuhan pribadi. Ini mencakup pengembangan karakter positif, peningkatan kemampuan, dan peningkatan kesadaran diri. Pengalaman, pendidikan, dan introspeksi adalah cara seseorang mencapai pertumbuhan pribadi, yang merupakan proses berkelanjutan. Definisi yang lebih menyeluruh tentang pertumbuhan pribadi dapat ditemukan di bawah:
- Kesadaran Diri: Pemahaman menyeluruh tentang diri sendiri, termasuk pengetahuan tentang nilai-nilai, minat, serta kekuatan dan kekurangan diri sendiri, merupakan langkah pertama menuju kemajuan pribadi.
- Pengembangan Keterampilan: Mempelajari kemampuan baru baik dalam bidang profesional maupun pribadi dapat membantu orang berkembang secara pribadi..
- Pertumbuhan Emosional: Untuk bereaksi secara bijaksana dan konstruktif terhadap keadaan, orang juga harus mampu mengenali dan mengendalikan emosinya.
- Pembelajaran Konstan: Untuk bertumbuh secara pribadi, seseorang harus membuat komitmen terhadap pembelajaran seumur hidup melalui pendidikan resmi dan informal serta pengalaman langsung.
- Tujuan dan Visi: Memiliki visi yang jelas untuk masa depan dan menetapkan tujuan dapat menjadi katalis penting bagi pengembangan pribadi.
- Keseimbangan Hidup: Komponen penting lainnya dalam pengembangan pribadi adalah menjaga keseimbangan yang sehat antara aspek sosial, emosional, spiritual, dan fisik dalam kehidupan sehari-hari.
- Proses yang dilalui seseorang untuk berkembang di semua tingkatan---emosional, intelektual, sosial, dan spiritual---disebut sebagai pertumbuhan pribadi. Ini mencakup pengembangan karakter positif, peningkatan kemampuan, dan peningkatan kesadaran diri. Pengalaman, pendidikan, dan introspeksi adalah cara seseorang mencapai pertumbuhan pribadi, yang merupakan proses berkelanjutan. Definisi yang lebih menyeluruh tentang pertumbuhan pribadi dapat ditemukan di bawah:
- Aktualisasi Diri
- Istilah "aktualisasi diri" menggambarkan gagasan yang dikemukakan oleh psikolog Abraham Maslow dalam teorinya tentang hierarki kebutuhan. Ide ini menggambarkan proses dimana seorang individu menyadari potensi terbesarnya dan berkembang menjadi versi terbaik dari dirinya. Ketika seseorang mampu mengekspresikan diri mereka secara kreatif, mewujudkan sifat-sifat terbaik mereka, dan mendapatkan pemahaman mendalam tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka, maka mereka dikatakan telah mencapai aktualisasi diri. Maslow mencantumkan sejumlah ciri orang yang mencapai aktualisasi diri, antara lain:
- Kemandirian: Orang yang mencapai aktualisasi diri biasanya menunjukkan kemandirian, otonomi pengambilan keputusan, dan kapasitas untuk menerima akuntabilitas atas perbuatan mereka.
- Kreativitas: Mereka menunjukkan kreativitas luar biasa dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk sains, seni, dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
- Penerimaan diri dan orang lain: Orang yang mengaktualisasikan diri mampu menerima orang lain tanpa bias dan menerima dirinya apa adanya, kekurangannya dan segala sesuatunya.
- Kesadaran diri: Mereka memiliki gagasan yang jelas tentang jalan yang ingin mereka ambil dan pemahaman mendalam tentang siapa diri mereka, nilai-nilai mereka, dan tujuan hidup mereka.
- Kemandirian moral: Orang ini menjunjung tinggi keyakinan moral yang kuat, berperilaku bermoral, dan memiliki integritas yang tinggi.
- Istilah "aktualisasi diri" menggambarkan gagasan yang dikemukakan oleh psikolog Abraham Maslow dalam teorinya tentang hierarki kebutuhan. Ide ini menggambarkan proses dimana seorang individu menyadari potensi terbesarnya dan berkembang menjadi versi terbaik dari dirinya. Ketika seseorang mampu mengekspresikan diri mereka secara kreatif, mewujudkan sifat-sifat terbaik mereka, dan mendapatkan pemahaman mendalam tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka, maka mereka dikatakan telah mencapai aktualisasi diri. Maslow mencantumkan sejumlah ciri orang yang mencapai aktualisasi diri, antara lain:
Menurut hierarki kebutuhan Maslow, aktualisasi diri adalah keadaan akhir dimana seseorang merasa puas dan gembira dengan pencapaiannya sendiri. Proses aktualisasi diri memerlukan pertumbuhan pribadi yang komprehensif, mencakup ranah mental, emosional, fisik, dan spiritual.
- Pengalaman Pribadi
- Pengalaman pribadi seseorang merupakan puncak dari segala hal, orang, dan pengalaman yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Identitas, sikap, opini, dan proses kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya. Berikut ini adalah beberapa area dimana pengalaman pribadi seseorang mungkin mempunyai dampak:
- Pembelajaran
- Mempelajari pengalaman pribadi adalah proses kontemplatif dan analitis yang memerlukan pemeriksaan menyeluruh terhadap perjumpaan dan pengalaman yang dialami seseorang sepanjang hidupnya. Seseorang dapat memperoleh wawasan penting tentang dirinya sendiri, serta nilai-nilai, keyakinan, dan proses mental yang memandu tindakan dan keputusannya, dengan mempelajari pengalaman pribadinya.Pertumbuhan Emosional
- Seseorang dapat berkembang dan menjadi dewasa dalam kemampuannya mengendalikan emosi, bereaksi terhadap situasi secara seimbang, dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perasaan dan reaksinya terhadap berbagai peristiwa kehidupan melalui proses pertumbuhan emosional melalui pengalaman pribadi. Karena membantu orang mengidentifikasi dan mengendalikan emosinya dengan lebih baik, pengalaman pribadi dapat menjadi pemicu kuat bagi perkembangan emosi.
- Pembentukan Nilai dan Keyakinan
- Seseorang memperoleh opini, prinsip, dan keyakinan yang memandu tindakan dan keputusannya berdasarkan pengalaman yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini dikenal dengan pembentukan nilai dan keyakinan melalui pengalaman pribadi. Nilai-nilai dan ide-ide seseorang sangat dibentuk oleh pengalamannya sendiri karena pengalaman-pengalaman tersebut memberikan pemahaman yang mendalam tentang dunia dan diri sendiri.
- Pengembangan Hubungan
- Proses mengembangkan hubungan yang bermakna dan saling mendukung melalui keterlibatan sosial, komunikasi, dan kerja tim dengan orang lain dikenal sebagai pengembangan hubungan melalui pengalaman pribadi. Interaksi sosial seseorang dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan masyarakat luas diperkuat oleh pengalamannya sendiri.
- Pembelajaran
- Keselarasan Pribadi
- Individu yang merasa kongruen dan seimbang antara nilai-nilai, aspirasi, keyakinan, dan tindakan sehari-harinya dikatakan berada dalam keadaan personal selaras. Keharmonisan pribadi merupakan hasil tindakan dan interaksi seseorang dengan lingkungannya sejalan dengan keyakinan dan keinginannya. Beberapa elemen keharmonisan pribadi tercantum di bawah ini.:
- Konsistensi Nilai
- Konsistensi nilai dalam penyelarasan pribadi adalah sejauh mana aktivitas dan perilaku sehari-hari seseorang konsisten dengan nilai-nilai yang dianutnya. Orang yang mengutamakan konsistensi dalam keharmonisan pribadi menunjukkan bahwa mereka bertindak sejalan dengan keyakinannya dan mewujudkan keyakinannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Tujuan yang Konsisten
- Dalam konteks penyelarasan pribadi, tujuan yang konsisten adalah tujuan yang sejalan dengan nilai, keyakinan, dan perilaku sehari-hari individu selain tujuan hidup, visi, dan aspirasinya. Ketika orang memiliki tujuan penyelarasan pribadi yang konsisten, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mereka mendorong pencapaian tujuan mereka dan bahwa tujuan mereka selaras dengan nilai-nilai mereka.
- Keselarasan Emosional
- Dalam konteks keharmonisan pribadi, penyesuaian emosional mengacu pada keselarasan dan keseimbangan yang ada antara nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan hidup individu serta ekspresi, pengelolaan, dan respons emosionalnya. Ketika orang mampu mengendalikan emosinya, bereaksi terhadap keadaan dengan bijaksana, dan memahami bagaimana perasaan dan reaksi mereka terhadap berbagai peristiwa kehidupan sesuai dengan nilai dan keyakinannya, mereka menunjukkan keharmonisan emosional.
- Keselarasan Sosial
- Dalam konteks keharmonisan pribadi, keharmonisan sosial adalah keseimbangan dan kesesuaian nilai, keyakinan, dan tujuan hidup seseorang dengan interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan kontribusi masyarakat. Keharmonisan sosial menunjukkan bahwa masyarakat dapat berinteraksi secara konstruktif satu sama lain, membentuk ikatan yang sehat satu sama lain, dan memberikan kontribusi yang berarti kepada masyarakat sambil tetap setia pada moral dan prinsip-prinsip mereka.
- Integritas dan Konsistensi
- Dalam konteks keharmonisan pribadi, integritas dan konsistensi berkaitan dengan kesesuaian perkataan dan perbuatan seseorang serta koherensi prinsip, keyakinan, dan perilaku sehari-hari. Karena mereka menunjukkan kejujuran, keberanian untuk bertindak sesuai dengan keyakinan yang dipegang teguh, dan konsistensi dalam perilaku dan hubungan sosial, integritas dan konsistensi merupakan komponen penting dalam membangun kedamaian pribadi.
- Konsistensi Nilai
- Pengalaman pribadi seseorang merupakan puncak dari segala hal, orang, dan pengalaman yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Identitas, sikap, opini, dan proses kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya. Berikut ini adalah beberapa area dimana pengalaman pribadi seseorang mungkin mempunyai dampak:
- Keseimbangan Hidup
- Kemampuan untuk berhasil menjaga keselarasan dan keseimbangan antara beberapa aspek kehidupan seseorang, termasuk pekerjaan, keluarga, kesehatan, interaksi sosial, dan waktu senggang, dikenal sebagai keseimbangan hidup. Mencapai keseimbangan yang sehat dalam hidup seseorang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental, emosional, dan fisik. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipikirkan untuk mencapai keberadaan yang seimbang
- Waktu dan Prioritas
- Waktu dan prioritas memainkan peran kunci dalam upaya mencapai keseimbangan hidup yang sehat dan berkelanjutan.
- Kesehatan Fisik dan Mental
- Kesehatan fisik dan mental memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang optimal.
- Hubungan Sosial
- Hubungan sosial yang sehat dan positif memainkan peran yang penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang optimal.
- Pengembangan Diri
- Pengembangan diri merupakan aspek penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang optimal.
- Rekreasi dan Hiburan
- Rekreasi dan hiburan memainkan peran penting dalam mencapai keseimbangan hidup yang sehat dan berkelanjutan.
- Tujuan dan Makna
- Menetapkan tujuan hidup yang jelas dan memiliki makna yang mendalam adalah kunci untuk mencapai keseimbangan hidup yang memuaskan dan bermakna.
- Waktu dan Prioritas
- Materi tersebut dapat di simpulkan bahwasanya tujuan belajar menurut aliran pembelajaran humanisme. Aliran ini memang sangat menekankan pada pengembangan pribadi dan potensi manusia sebagai individu.
- Kemampuan untuk berhasil menjaga keselarasan dan keseimbangan antara beberapa aspek kehidupan seseorang, termasuk pekerjaan, keluarga, kesehatan, interaksi sosial, dan waktu senggang, dikenal sebagai keseimbangan hidup. Mencapai keseimbangan yang sehat dalam hidup seseorang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental, emosional, dan fisik. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipikirkan untuk mencapai keberadaan yang seimbang
- Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanistik merupakan salah satu teori belajar yang paling abstrak diantara teori belajar yang ada, karena teori ini lebih banyak membicarakan gagasa tentang belajar yang paling ideal dari pada memperhatikan apa yang bisa dilakukan dalam keseharian. Teori belajar humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Belajar dalam teori humanistik dikatakan berhasil jika peserta didik bisa memahami lingkungan dan dirinya sendiri (mencapai aktualisasi diri).
- Perbedaan utama antara teori pembelajaran behavioristik dan kognitif dan teori pembelajaran humanistik adalah bahwa teori pembelajaran humanistik lebih menekankan pada kehidupan psikologis individu, di mana potensi manusia tertentu ada dan harus diwujudkan.
- Teori humanistik lebih mengedepankan sisi humanis manusia dan tidak menuntut jangka waktu pembelajar mencapai pemahaman yang diinginkan, akan tetapi lebih menekankan pada isi atau materi yang harus dipelajari agar membentuk manusia seutuhnya. Proses belajar dilakukan agar pembelajar mendapatkan makna yang sesungguhnya dari belajar atau yang disebut Ausubel sebagai meaningful learning. Meaningful learning bermakna bahawa belajar adalah mengasosiasikan pengetahuan baru dengan prior knowledge (pengetahuan awal) si pembelajar. Setiap pembelajar memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda sehingga keberhasilan belajar akan tercapai apabila pembelajar dapat memahami diri dan lingkungannya. Hal ini karena setiap manusia adalah unik dan tugas pendidik adalah membantu mengenali sisi unik tersebut serta mewujudkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
- Kelebihan Teori Humanisme:
- Fokus pada Individu: Teori humanisme memandang individu sebagai makhluk yang unik dan kompleks, yang memiliki kebebasan untuk mengontrol dan mengarahkan hidupnya sendiri.
- Peningkatan Kualitas Hidup: Pendekatan humanistik menekankan pada pertumbuhan pribadi, pengembangan potensi, dan pencapaian kebahagiaan dan kepuasan hidup.
- Pentingnya Hubungan Interpersonal: Teori humanisme menekankan pentingnya hubungan antarindividu, empati, dan pengalaman pribadi dalam mencapai pemahaman diri dan kebahagiaan.
- Kekurangan Teori Humanisme:
- Kurangnya Empiris: Teori humanisme kurang memiliki dasar empiris yang kuat karena lebih bersifat konseptual dan sulit untuk diukur secara objektif.
- Keterbatasan dalam Penjelasan Perilaku Abnormal: Teori humanisme cenderung tidak memberikan penjelasan yang memadai terhadap perilaku abnormal atau gangguan mental yang kompleks.
- Kritik terhadap Optimisme Berlebihan: Beberapa kritikus menganggap bahwa teori humanisme terlalu optimis dan kurang memperhitungkan sisi gelap manusia serta konflik internal yang mungkin terjadi.
- Kelebihan Teori Humanisme:
Berdasarkan materi tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya kelebihannya antara lain, Fokus pada Individu, Peningkatan Kualitas Hidup, Pentingnya Hubungan Interpersonal. Sedangkan kekurangannya yaitu, Kurangnya Empiris, Keterbatasan dalam Penjelasan Perilaku Abnormal, Kritik terhadap Optimisme Berlebihan.
- Prinsip-Prinsip Belajar Humanisme
Humanisme dalam pendidikan sangat menekankan pada kemampuan seseorang untuk mencapai potensi penuhnya serta kebebasan dan pengembangan pribadinya. Metode humanis memuat sejumlah konsep pembelajaran yang menjadi landasan keberhasilan proses pembelajaran. Berikut ini adalah dasar-dasar pendidikan humanis:
- Pentingnya Pengalaman Pribadi: Konsep ini menyoroti bahwa pembelajaran terjadi paling efektif ketika orang berpartisipasi secara aktif dalam situasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sendiri. Guru diharapkan mampu merancang skenario pembelajaran yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
- Pentingnya Kemandirian: Prinsip ini menyoroti pentingnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri. Siswa didorong untuk mandiri, menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri, dan menerima akuntabilitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Pentingnya Keterlibatan Emosional: Prinsip ini mengakui peran emosi dalam proses belajar. Siswa diharapkan terlibat secara emosional dalam pembelajaran, sehingga motivasi intrinsik mereka untuk belajar dapat ditingkatkan.
- Pentingnya Empati dan Penerimaan: Prinsip ini menyoroti betapa pentingnya bagi pendidik untuk menerima siswanya apa adanya, kekurangannya, dan segalanya. Guru diharapkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendorong, memahami perspektif mereka, dan menunjukkan empati kepada siswanya.
- Pentingnya Pertumbuhan Pribadi: Prinsip ini menekankan bahwa tujuan utama dari pendidikan dalam pendekatan humanisme adalah untuk mendukung pertumbuhan pribadi dan pengembangan potensi penuh individu. Guru diharapkan menjadi fasilitator dalam proses pertumbuhan ini.
- Pentingnya Kemandirian: Prinsip ini menyoroti pentingnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri. Siswa didorong untuk mandiri, menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri, dan menerima akuntabilitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar humanisme, pendidikan dapat menjadi lebih berpusat pada individu, memperhatikan aspek emosional dan psikologis siswa, serta mendukung pertumbuhan pribadi yang holistik.Teori di atas membawa kita pada kesimpulan bahwa berikut ini adalah dasar-dasar pembelajaran humanistik: nilai pengalaman individu, pentingnya otonomi, pentingnya keterlibatan emosional, pentingnya penerimaan dan empati, dan pentingnya pengembangan pribadi.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Bloom Dan Krathwohl
Pembelajaran menurut aliran humanistik, Bloom, dan Krathwohl memiliki pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi dalam konteks pengembangan pendidikan.
- Aliran Humanistik:
- Aliran humanistik menekankan pada keunikan individu dan pengembangan potensi diri. Pembelajaran dalam aliran ini difokuskan pada aspek psikologis, emosional, dan sosial siswa.
- Humanistik menekankan pentingnya motivasi intrinsik, kebebasan, dan tanggung jawab dalam pembelajaran.
- Guru dalam pendekatan humanistik berperan sebagai fasilitator dan motivator yang membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka.
- Teori Taksonomi Bloom:
- Teori taksonomi Bloom merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam enam tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
- Teori ini membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang berbasis pada tujuan yang jelas dan dapat diukur.
- Model Krathwohl:
- Model Krathwohl merupakan revisi dari taksonomi Bloom yang menekankan pada dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
- Model ini memperluas taksonomi Bloom dengan menambahkan dimensi afektif yang mencakup aspek sikap, nilai, dan emosi dalam pembelajaran.
Para profesional pendidikan dapat membangun lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik siswa---mulai dari kognitif, afektif, hingga psikomotorik---dengan mengintegrasikan pendekatan humanistik, taksonomi Bloom, dan model Krathwohl.
Berdasarkan materi atas dapat kita simpulkan Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Bloom yaitu, Teori taksonomi Bloom merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam enam tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.Teori ini membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang berbasis pada tujuan yang jelas dan dapat diukur. Sedangkan menurut Krathwohl, Model Krathwohl merupakan revisi dari taksonomi Bloom yang menekankan pada dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik Model ini memperluas taksonomi Bloom dengan menambahkan dimensi afektif yang mencakup aspek sikap, nilai, dan emosi dalam pembelajaran.
- Pembalajaran Menurut Aliran Humanistic Honey Dan Munford
Empat tipe pembelajaran yang diidentifikasi oleh model gaya belajar Honey dan Mumford adalah pragmatis, aktivis, ahli teori, dan reflektor. Aktivis senang mencoba hal-hal baru. Mereka sangat ingin mencoba hal-hal baru dan berpikiran terbuka, namun mereka mudah menjadi tidak tertarik ketika dipraktikkan. Kelompok ini mempunyai gaya belajar aktivis, artinya mereka biasanya berinisiatif dan suka bertindak. Meskipun mereka juga suka bekerja dengan orang lain, mereka cenderung menarik perhatian.
Pengamatan dimodifikasi dan digabungkan oleh para ahli teori untuk menciptakan hipotesis yang rumit dan logis. Mereka cenderung perfeksionis yang mencoba memasukkan segala sesuatu ke dalam sistem yang logis, dan mereka mendekati kesulitan secara metodis (koheren). Proses berpikir kelompok ini lebih condong ke arah analisis dibandingkan subjektivitas.