Mohon tunggu...
Taufiq Haddad
Taufiq Haddad Mohon Tunggu... Penulis - Peminat Filsafat, Spiritualitas, Politik, Demokrasi, dan HAM

Liverpudlian, Moderat, Curiosity

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spirit dan Pesan Abadi Mas AE (In Memoriam AE Priyono 1958-2020)

20 April 2020   19:58 Diperbarui: 11 Mei 2020   08:55 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esoterika Islam

Saya sempat menamatkan pendidikan strata 2 jurusan Filsafat Islam di ICAS (Islamic Course for Advance Studies), sebuah lembaga Islam yang berkantor di London, yang bekerja sama dengan Universitas Paramadina (double degree). Kuliah tersebut nyaris tak selesai karena kesibukan dalam pekerjaan, kemalasan, dan hal lain yang tidak penting. Kalau bukan karena ultimatum terakhir dari pihak kampus untuk segera menyelesaikan, thesis saya pun mungkin tak akan pernah selesai. Kalaupun faktanya selesai itu pun dengan banyak perbaikan, dan catatan-catatan. Thesis saya mengkritik pemikiran atheisme-nya Richard Dawkins, profesor dari Oxford University dengan perspektif pengetahuan swabukti (self-evidence).

Saya sengaja mengambil kuliah S-2 Filsafat Islam lebih karena dorongan pribadi, kegelisahan dengan beberapa pertanyaan. Minat utama saya sebenarnya lebih pada mistisime Islam (tasawuf), namun banyak teman menyarankan sebaiknya menempuh terlebih dahulu studi pengetahuan rasional-empirik sebelum mendekat pada kajian mistisme. Karena ada banyak kabar, orang yang langsung melompat ke jalur mistisme tanpa lewati jalur-jalur rasional akhirnya banyak terjatuh pada banyak penyimpangan perilaku. Ada diantara mereka yang mengaku Imam Mahdi, menjadi penyelamat umat, bahkan ada yang mengaku menjadi nabi, yang mendapat wahyu dari malaikat Jibril dll.

Ketika Mas AE kemudian membuat group Esoterika Islam, dan memposting banyak sekali tulisan mengenai metafisika, itu benar-benar memantik dan menarik perhatian saya. Ia mengulas pemikiran Mulla Sadra, Ibn Arabi dll. Apalagi Mas AE juga memberikan ulasan, rekomendasi bacaan bermutu seputar tema tersebut. Dari group ini pula saya bisa mengenal lebih dekat Mas AE. Kami pun saling berbalas pesan. Sampai akhirnya bisa bertemu.
Pilihannya terhadap tema esoterika Islam saya duga karena beberapa alasan. Beberapa alasan dibawah ini bersifat spekulatif, yang belum sempat saya konfirmasikan langsung semasa hidupnya. Ini tafsir subyektif saya pribadi.

Pertama, kegelisahannya melihat penguatan pemahaman keagaman skriptualistik pemahaman Wahabi yang telah memberikan sumbu panas pada aksi-aksi intoleransi di ruang publik. Menurutnya perlawanan terhadap penyimpangan pemahaman ini hanya bisa dibendung dengan pendekatan filsafat dan mistisisme. Paham Wahabi nyaris mati di negara-negara yang memiliki tradisi berfikir filsafat serta kehadiran para sufi dengan orde-nya dalam bentuk tarikat dll. Ia meyakini hal itu dengan melihat fakta mandeg serta tenggelamnya perkembangan faham Wahabi di Iran yang memiliki tradisi filsafat yang kuat, serta Turki dengan tradisi tasawufnya. Sebaliknya di Indonesia, Wahabi seolah mendapatkan kapling terbuka luas, dimana kapling-kapling yang ada terlihat kosong, diabaikan oleh para pemikir Islam lokal yang cenderung mengejar kekuasaan. Sehingga dengan leluasa mereka mudah bergerak menguasai ruang publik. Apalagi dengan adanya bantuan  dan sokongan rezim Saudi, geliat Wahabi kian marak dimana-mana.

Kedua, Kegelisahan intelektual. Kegelisahan posiitif yang sering dialami banyak pemikir yang telah melewati begitu banyak jalur dan rute pencerahan rasionalitas, namun tetap belum merasakan penuh dan menetap kehadiran Sang Absolut dalam relung hati dan pikiran. Penempuh jalur ini seperti seorang buta yang mencoba menerka dan mengira-ngira jalan yang akan ditempuh berdasarkan tanda-tanda yang hanya disentuhnya. Betapapun jauhnya perjalanan rasionalitas, ia hanya akan menangkap partikularitas bukan universalitas. Inilah sebuah kegelisahan yang terus menerus mendorong Mas AE menemukan pintu tujuan akhir para pencari kebenaran.

Ketiga, telah terjadi over-acting dalam praktik keberagaman yang lebih menekankan aspek ekstorisme agama, mengabaikan aspek esoterisme. Perlahan kajian tasawuf, metafisika dan filsafat terpinggirkan, bahkan dianggap bidah, dan kafir, tergantikan dengan pembahasan teks sebatas ibadah dan urusan politik. Sehingga praktik keber-agama-an sarat penuh kepalsuan, menipu, bahkan membodohkan. Mengutip Frithjof Schoun, filosof perennial, "eksoteris" adalah aspek eksternal, formal, hukum, dogmatis, ritual, etika dan moral pada sebuah agama. Sedangkan "esoteris" adalah aspek metafisis dan dimensi internal agama. Keduanya seperti mata koin, harus sejalan, beriringan.

Keempat, perjalanan intelektual yang tiada henti. Mas AE berbeda dengan beberapa rekannya yang bergelut dengan tema-tema sosial yang akhirnya cenderung menjadikan mereka cenderung ke kiri, dan  atheis. Dengan esoterika Islam, ia seolah ingin memberikan pesan, adanya sebuah rute baru dari perjalanan intelektual yang harus dilaluinya.

Kembali Pulang ke Peristirahatan Panjang

Minggu, tanggal 12 yang lalu saya mendapat kabar, mas AE telah meninggalkan kita semua akibat penyakit Pnemonia (radang paru-paru)  yang sudah lama dideritanya. Di tengah wabah Covid-19, dengan gejala sulit bernapas semula orang menduga ia positif Covid-19. Sehingga dengan gejala tersebut ia harus melewati 5 RS yang kesulitan merawatnya, sampai akhirnya di rawat di RS rujukan Covid-19, RS. Polri, Kramat Jati. Hasil Scwab atas tes Covid-nya ternyata negatif. Kondisinya terus membaik. Namun ternyata, Tuhan lebih menyayanginya, Mas AE menghembuskan nafasnya teakhir, meninggalkan orang-orang dikasihinya, keluarga serta para sahabat. Kita merasa sedih dan sangat kehilangan sosok mulia ini.

Saya merasa amat bersyukur dan beruntung bisa mengenal pribadi istimewa ini. Walaupun sangat singkat waktunya. Namun itu memberi banyak kenangan dan pengaruh besar buat saya. Dalam kurun waktu yang singkat, ia mengajarkan kesederhanaan, ketekunan, dan kemerdekaan. Ia berpulang dengan jejak kesederhanan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun