Mohon tunggu...
Taufiq Gibsa
Taufiq Gibsa Mohon Tunggu... Freelancer - Penyair

Hidup itu penuh keajaiban!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki yang Bahagia

19 Agustus 2014   06:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:10 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : Taufiq Gibsa

“Aku harus cepat pulang. Aku sangat merindukan istriku, sudah dua bulan ini aku tinggal di kontrakanku sendirian. Jarak yang memisahkan kita terlalu jauh, aku ingin segera kembali ke pulau jawa dan menemui istriku.”

Saat ini aku bekerja di sebuah bandara sebagai pengurus mesjid di Samarinda, alhamdulillah rezeki yang datang dari Allah cukup melimpah untukku, selain gaji, aku mendapat keuntungan besar dari penjualan online-ku, oleh karena itu aku ingin membawa istriku kesini bersamaku karna kurasa sekaranglah saatnya.

“Halo sayang apa kabar?”

Alhamdulillah baik sayang, kamu gimana? udah makan sayang?”

Alhamdulillah baik juga, udah makan, tadi Aa masak mie rebus”

“Makan mie terus kamu mah, nanti perutnya kembung lho”

“Hehe, iya habis gak ada yang masakin sih, besok insyaallah Aa pulang”

Aku adalah seorang laki-laki yang beruntung, dianugrahi seorang istri yang kucintai dan dua orang anak yang lucu-lucu. Untung aku tidak salah memilih. Saat itu, aku menghadapi dilema dua orang wanita sekaligus dalam hidupku. Aku harus memilih satu diantara dua orang wanita itu untuk ku nikahi.

Sebut saja namanya Ratna, dia seorang wanita cantik dan manja aku begitu mencintainya. Satu lagi bernama Nurul, wajahnya biasa saja, sedikit manis dan ya.. menurutku biasa saja. Namun bagiku berat sekali memilih salah satu diantara mereka.

Aku benar-benar bingung, siapa yang haru ku pilih, aku bertanya kepada seseorang meminta pendapat pada seorang bapak, usianya jauh di atasku, Aku sendiri anak yatim, jika aku punya masalah selalu saja ku ceritakan padanya. Dia sudah ku anggap seperti Bapakku sendiri. Dia paham masalah yang ku hadapi sekarang ini

“Pak… saya lagi bingung”

“Bingung kenapa?”

“Ini masalah Ratna sama Nurul, saya bingung harus memilih yang mana”

“Oh kalau masalah itu, kamu harus mengesampingkan masalah cinta kamu, sekarang lihat siapa wanita yang paling peduli sama kamu, dan siapa yang kamu yakini bisa menjadi istri yang baik, menikah itu bukan hanya sehari dua hari”

Lalu ku ingat dua wanita itu satu persatu.

Ratna; aku selalu menuruti keinginanya, apapun yang dia inginkan, aku selalu memberikannya. Bahkan jika tidak punya uang, tanpa pikir panjang langsung meminjam uang dari tetangga atau teman-temanku, karna ku tahu betapa aku mencintainya.

Nurul ; wanita yang selalu perhatian padaku, bahkan dia dengan senang hati mengantarkan makanan saat aku sakit, mencuci bajuku tanpa aku menyuruhnya. Tapi bagaimanapun aku tak mencintainya.

Aku memang mencintai Ratna, tapi tak mungkin aku tahan dengan sikapnya jika aku menikahinya dan hidup bertahun-tahun, bahkan dia seolah tak perduli saat aku sakit. Ah… bagaimanapun aku tetap mencintainya.

Waktu terus berlalu dan seiring dengan itu umurku terus bertambah, aku tak akan mengulur waktu lagi aku harus segera menikah. Sebelum aku melamar, cercaan dan hinaan aku dapatkan bertubi-tubi dari kedua orang tuanya, itulah yang membuatku down, tapi dalam hatiku sudah mantap untuk menikah, aku tak akan mengurungkan niat baik ini.

“Pak… orang tua mereka sepertinya tidak setuju”

“Kenapa?”

“Masa saya dibilang modal kolor doang!”

“Hahaha… masa baru digituin sama calon mertua udah mundur, jadi kapan kamu mau melamarnya?”

“Secepatnya pak”

“Nanti saya temani kamu, sekalian jadi perantara kamu”

Aku sudah yakin untuk melamarnya meski uang untuk pernikahan terbilang kecil, masalah setelah menikah, sudah ada tawaran untukku mengajar di sebuah pondok meski bayaran kecil, tapi insyaallah cukup untuk membiayai kami berdua”

Akhirnya kedua orang tuanya pun luluh setelah melihat anaknya menangis ingin menikah denganku, singkat cerita akhirnya kami menikah.

Istriku adalah seorang istri yang tabah, saat aku hidup serba kekurangan, bahkan orang tuanya selalu menyalahkannya.

“Mengapa harus menikah dengannya? Lihat! Kamu sekarang hidup susah.” kata mertuaku.

Sikapnya selalu tenang, wajahnya tak pernah memperlihatkan guratan kesedihan sama sekali. Aku mencintainya…

Akhirnya Allah melimpahkan rezekinya, kini aku bekerja dengan bayaran yang cukup besar, meski harus jauh dari Istriku tercinta. Istriku adalah ibu yang baik, dia mengurus anak-anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Meski hubunganku dengan istriku selama ini hanya sebatas komunikasi lewat handphone, tapi istriku selalu meminta izin jika dia ingin pergi ke suatu tempat atau menghadiri suatu acara. Sungguh istri yang setia. Betapa aku merindukannya. Akhirnya aku take off menuju Samarinda membawa istri dan anak-anakku.

“Ya Allah aku bersyukur padaMu, Hamba adalah seorang lelaki yang bahagia”

Untuk istriku yang teramat kucinta, Nurul.

(based on true story, hanya nama disamarkan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun