1. Tema: Ketidaktahanan ekonomi dan tingginya kesombongan keluarga
2. Latar
   a. Tempat
     - Depan rumah
      "Hummer 3 milyar milik Bos berhenti depan rumah. Aku meloncat bagai chipansee menghampiri. Begitu kaca jendela menguak memuntahkan                 wajahnya yang segar-bugar"
     - Kamar
      "Dengan berbagai alasan aku menyelinap ke kamar. Setengah mati aku obok-obok almari, tapi sia-sia menemukan barang beharga yang bisa dijual"
     - Pangkalan Ojek
      "Membawa Rolex itu, aku menyelinap ke pangkalan ojek. Aku bujuk si Kardi menjualnya cepat.
     - Ruang Makan
       "Tiba-tiba dari ruang makan ada teriakan"
     - Ruang Depan
       "Habis makan, kami pindah ke ruang depan, nonton televisi"
     - Teras Rumah
       "Terkuras tetapi puas. Hanya saja mobil Hummer itu, sudah menunggu di depan rumah. Sopirnya segera mengampiri kami"
  b. Waktu
     - "Dengan tangan hampa, pukul 22.00 WIB kami memutuskan kembali ke rumah. Malam takbiran sudah digelar. Lalu-lalang dan suara petasan heboh.           Kami semua lelah, gerah, lapar, dan cemas"
     - "Pukul 19.00, kami baru sampai di rumah. Terkuras tetapi puas. Hanya saja mobil Hummer itu, sudah menunggu di depan rumah. Sopirnya segera              mengampiri kami"
  c.  Alur
    Dengan dilihat dari sekuen cerita yang mengalir dan runtut serta tersusun secara kronologis maka cerpen ini termasuk beralur maju. Selain itu,        pada bagian awal hingga akhir cerpen tersusun urut mulai latar, permasalahan, konflik, dan berakhir dengan pemecahan masalah dan tidak            ditemukan kilas balik.
  d. Penokohan
     - Aku: seorang kepala keluarga yang memiliki sifat yang buruk, yakni tidak bersyukur dan sombong.
      Sombong
      "Sempat ada cecunguk yang menawarkan bagaimana mendapat SKM, dan KGS-kartu yang bisa menolong mengurangi beban. Tapi apa daya hati              menolak. Akhirnya kesombongan itu terkumpul membuat bangkrut di puncak Ramadhan"
      Tidak Bersyukur
      "Hanya 300 ribu untuk biaya ngurus Eyang seminggu?"
     - Istri : seorang istri yang perhatian, suka menduga-duga, dan jujur.
       Perhatian dan Suka Menduga-duga
       "Eyang hilang, Bang!" kata istriku ketakutan, "Tadi lagi semua beres-beres untuk menetapkan kamar beliau, kami lupa memperhatikannya. Jangan-          jangan beliau tersinggung. Setelah kamarnya siap, beliau kabur!"
        Jujur
       "Dari Eyang," kata istriku menunjukkan uang itu.
     - Eyang
        Baik
       Kami semua terkejut, lalu bergegas ke meja makan. Di situ menunggu Eyang dengan penuh makanan. Kami takjub. Bau sedap mengacau otak kami.
       Haru dan Mudah Tersentuh
       Eyang memperhatikan kami makan dengan kagum. Matanya yang besinar itu berkaca-kaca. Ia kelihatan begitu terharu pada karakusan kami.
       Penyayang dan Pemurah
"Eyang belum pernah melihat orang menghargai makanan seperti kalian," kata Eyang sambil menepuk pundak anak-anakku, "Dada ini rasanya           plong, hidangan tidak ada sisanya. Besok di samping dipesankan lagi yang lebih enak, Eyang juga akan masak resep tradisional warisan leluhur Eyang.         Setuju?!"
       Perhatian dan Humoris
"Eyang heran, kenapa kalian tidak masak menjelang buka, air juga merah mengandung larutan zat besi begitu! Ternyata tidak ada beras lagi di dapur. Â Â Â Â Eyang pikir kalian berkecukupan, habis pakaiannya keren-keren begitu, eee ternyata itu keliru, kalian ternyata kere, he-he-he! Tapi tak apa. Biasa! Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Semua orang begitu! Besok se ua biaya tanggungan, Eyang!"
        Heboh
        "Lalu Eyang mengajak nonton siaran musik. Dan langsung ikut jingkrak-jingkrak edan. Tapi akhirnya, aku dan istriku ikutan joged. Rumah berubah           jadi diskotik"
       "Aku dan istriku tercengang melihat orang tua yang lanjut usia itu, berteriak dan misuh-misuh mengikuti larinya bola.
        Dermawan
       "Dari Eyang," kata istriku menunjukkan uang itu.
        Aku tidak tertarik.
       "Abang tahu jumlahnya?"
        Aku tidak peduli.
        "Stengah miliar!"
        Aku kaget
        "Berapa?"
        "500.000.000!"
        "Lima ratus juta?"
        "Ya! Kata Eyang. Ini duitnya sendiri yang dia tabung selama 20 tahun."
        Anak-anak
         Baik dan Akrab dengan Orang Tua
        "Ujung-ujungnya Eyang dan anak-anak nonton pertandingan Barcelona mempermalukan Thailand 7-1."
       e. Sudut Pandang : orang pertama sebagai pelaku sampingan
        Maksudnya dalam cerpen ini seolah-olah si tokoh "aku"yang bercerita, akan tetapi posisinya dalam cerita bukanlah sebagai tokoh utama.
       f. Nilai-nilai yang terkandung dalam Cerpen
        -Nilai moral
        Suka menolong
        Digambarkan melalui sikap tokoh "aku" yang mau membantu bosnya menjagakan Eyang.
        Diperlihatkan dengan sikap Eyang yang mau membantu perekonomian keluarga tokoh "aku".
         Menghargai satu sama lain
Diperlihatkan dengan keadaan keluarga tokoh "aku" yang menghargai kehadiran tokoh Eyang di rumahnya. Sebaliknya, tokoh Eyang yang      merupakan orang kaya tidak pernah sekalipun mempermasalahkan keluarga tokoh "aku" yang kurang mampu malah tokoh Eyang                     membantu perekonomian keluarga tokoh "aku".
         Jangan menyakiti orang lain
Dapat dilihat melalui tokoh "aku" yang ingin memberikan pelayanan yang terbaik kepada tokoh eyang meskipun tidak memiliki uang hingga    menjual jam tangannya. Sebaliknya tokoh Eyang tidak ingin membuat keluarga tokoh "aku" menderita sehingga Ia memberikan hal-hal yang      istimewa untuk keluarga tokoh "aku" selama tinggal di rumah tokoh "aku" dan juga memberikan hadih kepada keluarga tokoh "aku" berupa          uang yang sangat besar tanpa menyesal.
         -Nilai Agama
        Selalu menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda.
        -Nilai Sosial
        Menjunjung tinggi nilai keramahan
        Terlihat dengan keluarga tokoh "aku" yang senantiasa memberikan keramahtamahan kepada tokoh Eyang.
        Peduli dengan sesama
        Terlihat melalui kepedulian tokoh Eyang kepada perekonomian keluarga tokoh "aku".
      g. Amanat
        -Bersyukurlah atas apa yang dimiliki.
        -Janganlah membedakan orang lain hanya berdasarkan kekayaannya.
        -Pedulilah kepada sesama.
        -Hormati orang lebih tua dan sayangi orang yang lebih muda.
        -Jangan menyakiti orang lain.
Lalu, bagi teman-teman pembaca yang ingin tahu dan penasaran dengan cerpen Eyang karya Putu Wijaya bisa langsung klik di sini. Selamat Membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H