Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ahok Membuat Pertamina Merugi?

27 Agustus 2020   14:50 Diperbarui: 27 Agustus 2020   15:59 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu minggu ke belakang, publik ramai memperbincangkan berita meruginya Pertamina. Suaranya riuh mengisi ruang-ruang komentar. Sinis dan sengit. Dan, Ahok mendadak (kembali) menjadi perhatian dan sorotan.   

Sebagaimana diberitakan banyak media, kinerja BUMN migas PT. Pertamina (Persero) memang sedang tidak baik pada semester I-2020. Pertamina merugi US$ 767,92 juta atau setara dengan Rp 11,13 triliun.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama setahun sebelumnya, kinerja keuangan Pertamina ini jelas berbanding terbalik dengan capaian sebelumnya (Semester 1-2019). Kala itu, kinerja perusahaan pelat merah ini masih bagus; membukukan laba sebesar US$ 659,96 juta atau setara Rp 9,56 triliun.

Mengapa Pertamina merugi? Apa yang sedang terjadi? Dan, apakah perusahaan migas lainnya berhasil membukukan laba?

Tidak.

Chevron Corp, perusahaan besar energi AS, yang juga pernah menjadi pengelola blok Rokan, juga melaporkan kerugiannya sebesar 8,27 miliar dolar AS atau Rp 121 triliun pada kuartal II-2020. Kerugian mereka disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dunia.

British Petroleum, perusahaan minyak asal Inggris, juga mengalami kisah dan cerita yang serupa. Dalam laporannya mereka mengatakan mengalami kerugian sebesar US$ 16,85 miliar atau Rp 247,2 triliun pada kuartal II-2020. Kerugian itu juga disebabkan oleh anjloknya harga minyak dunia.

Lantas, bagaimana dengan Exxon? Sama. Mereka juga merugi US$ 1,1 miliar.

Mengapa kinerja perusahaan-perusahaan minyak global tidak sebaik kinerja periode sebelumnya?

Krisis kesehatan karena Covid-19 benar-benar telah membuat turun permintaan minyak pada tahun ini. Hampir sebagian besar aktifitas manusia dikurangi dan/atau dihentikan. Imbasnya, pengurangan pemakaian bahan bakar fosil terjadi dimana-mana. Penurunan harga menjadi tak terkendali.

Ini diperparah dengan keputusan negara-negara penghasil minyak dunia, seperti Arab Saudi yang memutuskan menurunkan harga jual minyak mereka untuk berebut pasar dan berencana meningkatkan volume produksi setelah Rusia mengatakan menolak bergabung dalam rencana tambahan pemotongan produksi OPEC plus. Hal ini meningkatkan kekhawatiran karena bisa menyebabkan kelebihan suplai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun