Setelah menyeberang jalan di lampu merah, saya sampai di lapangan yang cukup luas. Â Dengan monumen utama di atas pelataran bertingkat tiga yang landai.. Â
Yang pertama menyambut adalah sebuah kubus dari marmer yang sengaja dibuat retak untuk melambangkan bumi yang terbelah akibat gempa hampir setengah  abad yang lalu itu.  Di satu sisi tertulis tanggal 26 April 1966 dengan aksara Kiril dan juga sebuah relief jam yang menunjukkan waktu pukul 5.23 pagi. Tepat ketika gempa yang meluluhlantakkan kota Tashkent itu terjadi.
Monumen utama  berupa  patung besar yang menggambarkan seorang lelaki  dan seorang perempuan  yang sedang menggendong  anak. Lelaki itu tampak seakan sedang melindungi keluarga nya  dari gempa bumi yang maha dahsyat itu.
Tampak guratan wajah yang merefleksikan  ekspresi kuat pada patung tersebut. Ekspresi yang mencerminkan tekad dan keberanian rakyat Uzbekistan dalam menghadapi tragedi.
Berdasarkan informasi yang saya dapat kemudian, bencana gempa bumi ini secara drastis membentuk identitas kota Tashkent baru yang modern sekaligus membawa transformasi masif dalam pembangunan ibu kota Uzbekistan itu menjadi salah satu kota paling maju di Asia Tengah. Bencana tersebut menghancurkan sebagian besar kota, tetapi juga membawa perubahan besar buat Tashkent.
Monumen ini dibangun untuk  mengenang tragedi tersebut dan menghormati korban yang kehilangan nyawa, monumen ini juga menjadi simbol kekuatan, kebangkitan, dan solidaritas rakyat Uzbekistan.
Menurut cerita, Â pukul 5:23 pagi waktu setempat, gempa berkekuatan 5,1 skala Richter mengguncang Tashkent. Walau tidak termasuk gempa berkekuatan sangat besar, dampaknya sangat dahsyat karena episentrumnya berada tepat di bawah kota.Â
Lebih dari 78.000 rumah hancur, 300.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan ajaibnya menurut versi resmi hanya sekitar 8 orang meninggal dunia. Akibat dekatnya episentrum gempa, banyak  bangunan bersejarah dan pusat bisnis hancur atau rusak berat. Namun, kerugian ekonomi dan sosial akibat gempa ini jauh lebih luas.