Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gempa Bumi yang Merubah Wajah Tashkent

15 Oktober 2024   17:05 Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:19 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi mulai merekah di Tashkent. Matahari terbit bahkan sejak sekitar pukul 3 pagi.  Dari kamar hotel di lantai 14, saya dapat memandang jalan Lebar di depan hotel yang terdiri dari delapan lajur yang masih sangat sepi. Hanya sesekali kendaraan melaju cepat.

Amir Timur Square: dokpri
Amir Timur Square: dokpri

Setelah menikmati makan pagi di lantai dasar hotel dengan suasana khas zaman Soviet, saya mulai merencanakan tujuan pertama jalan-jalan pagi ini di Tashkent dan pilihan pun jatuh ke Monument of Courage yang letaknya tidak terlalu jauh dari hotel.

Jalan sepi: dokpri
Jalan sepi: dokpri
Saya berjalan kaki sebentar menuju halte bus terdekat, yang terletak tidak jauh dari Hotel Uzbekistan, di sekitar Amir Timur Square. Di sana, saya menunggu bus yang langsung menuju arah Pakhtakor Stadium. Ketika bus tiba, saya naik dan menemukan tempat duduk di dekat jendela untuk menikmati pemandangan selama perjalanan.

Kalau naik metro kita disuguhi stasiun-stasiun yang cantik,
perjalanan dengan bus cukup nyaman dan memungkinkan saya melihat berbagai sudut kota. Bayarnya pun cukup dengan kartu sakti Atto. Sepanjang jalan, saya melewati gedung-gedung bersejarah dan taman-taman yang rindang, sambil mengamati kehidupan sehari-hari penduduk Tashkent. 

Lalu lintas kota terbilang cukup ramai, tetapi tidak padat, sehingga perjalanan berlangsung lancar, memakan waktu kurang dari  15 menit.  Kota Tashkent boleh dibilang bebas dari macet.

trotoar yang nyaman: dokpri
trotoar yang nyaman: dokpri


Saya turun di halte Pakhtakor Stadium, yang menjadi titik awal untuk berjalan kaki menuju Monumen of Courage. Suasana di  sekitar tampak  sepi karena hampir tidak ada orang yang berjalan kaki di trotoar yang nyaman dan lebar.

Dari halte bus, saya berjalan menyusuri Sharof Rashidov Avenue, yang rindang dan dipenuhi banyak pohon-pohon yang memberikan sedikit kesejukan di udara Tashkent yang panas. 

Udara segar dan pemandangan taman-taman yang hijau membuat perjalanan ini sangat menyenangkan. Sekitar 10 menit kemudian, saya tiba di di Taman Memorial Gempa Bumi, tempat Monumen of Courage berdiri megah.

Patung lelaki,perempuan, dan anak : dokpri
Patung lelaki,perempuan, dan anak : dokpri

Setelah menyeberang jalan di lampu merah, saya sampai di lapangan yang cukup luas.  Dengan monumen utama di atas pelataran bertingkat tiga yang landai..  

Kubus: dokpri
Kubus: dokpri

Yang pertama menyambut adalah sebuah kubus dari marmer yang sengaja dibuat retak untuk melambangkan bumi yang terbelah akibat gempa hampir setengah  abad yang lalu itu.  Di satu sisi tertulis tanggal 26 April 1966 dengan aksara Kiril dan juga sebuah relief jam yang menunjukkan waktu pukul 5.23 pagi. Tepat ketika gempa yang meluluhlantakkan kota Tashkent itu terjadi.

 jam 5.23 : dokpri
 jam 5.23 : dokpri


Monumen utama  berupa  patung besar yang menggambarkan seorang lelaki   dan seorang perempuan  yang sedang menggendong  anak. Lelaki itu tampak seakan sedang melindungi keluarga nya  dari gempa bumi yang maha dahsyat itu.

Tampak guratan wajah yang merefleksikan  ekspresi kuat pada patung tersebut. Ekspresi yang mencerminkan tekad dan keberanian rakyat Uzbekistan dalam menghadapi tragedi.

relief rekonstruksi Tashkent : dokpri
relief rekonstruksi Tashkent : dokpri

Berdasarkan informasi yang saya dapat kemudian, bencana gempa bumi ini secara drastis membentuk identitas kota Tashkent baru yang modern sekaligus membawa transformasi masif dalam pembangunan ibu kota Uzbekistan itu menjadi salah satu kota paling maju di Asia Tengah. Bencana tersebut menghancurkan sebagian besar kota, tetapi juga membawa perubahan besar buat Tashkent.

Monumen ini dibangun untuk  mengenang tragedi tersebut dan menghormati korban yang kehilangan nyawa, monumen ini juga menjadi simbol kekuatan, kebangkitan, dan solidaritas rakyat Uzbekistan.

Menurut cerita,  pukul 5:23 pagi waktu setempat, gempa berkekuatan 5,1 skala Richter mengguncang Tashkent. Walau tidak termasuk gempa berkekuatan sangat besar, dampaknya sangat dahsyat karena episentrumnya berada tepat di bawah kota. 

Lebih dari 78.000 rumah hancur, 300.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan ajaibnya menurut versi resmi hanya sekitar 8 orang meninggal dunia. Akibat dekatnya episentrum gempa, banyak  bangunan bersejarah dan pusat bisnis hancur atau rusak berat. Namun, kerugian ekonomi dan sosial akibat gempa ini jauh lebih luas.

 "Monumen Keberanian."  yang saya kunjungi ini dibangun  pada tahun 1976, sepuluh tahun setelah gempa, monumen ini dirancang untuk memperingati para korban dan perjuangan seluruh warga dalam membangun kembali kota mereka.

Saya berjalan mengelilingi monumen. Tidak jauh dari patung, terdapat relief dan dinding yang menggambarkan proses rekonstruksi Tashkent. Relief tersebut menampilkan sosok pekerja konstruksi, insinyur, dan relawan dari berbagai republik Soviet yang datang membantu membangun kembali kota.

Semangat Tashkent: dokpri
Semangat Tashkent: dokpri


Konon, setelah  gempa bumi yang menghancurkan Tashkent pada 26 April 1966, peristiwa yang tidak boleh dilupakan adalah upaya besar-besaran untuk merekonstruksi kota. Gempa menghancurkan Tashkent. Namun, respons terhadap bencana ini tidak hanya sekadar rehabilitasi, melainkan transformasi besar-besaran kota dengan bantuan dari seluruh Uni Soviet, yang dipimpin oleh Leonid Brezhnev, pemimpin Uni Soviet saat itu.

Brezhnev memulai proyek rekonstruksi ambisius yang melibatkan pekerja, insinyur, dan sumber daya dari berbagai republik di Uni Soviet. Dukungan ini datang dari seluruh penjuru negeri, Soviet yang luas dan menunjukkan solidaritas serta  kekuatan negara sosialis itu pada saat menghadapi bencana.

Pertama-tama, dikerahkan bantuan dari seluruh pelosok  Uni Soviet berupa ribuan pekerja dan relawan yang datang ke Tashkent untuk membantu proses rekonstruksi. Lebih dari 60.000 pekerja dari berbagai republik, termasuk Rusia, Ukraina, Kazakhstan, dan lainnya, tiba di Tashkent untuk membangun kembali kota. 

Ini menjadi salah satu contoh solidaritas Soviet yang paling terkenal, di mana para pekerja tidak hanya membangun kembali infrastruktur, tetapi juga memperkuat hubungan antara berbagai wilayah Uni Soviet. Konon sebagian dari para relawan yang datang dari berbagai penjuru Soviet itu akhirnya tinggal menetap dan menjadi warga kota Tashkent.

Setelah itu, dimulai proyek pembangunan perumahan yang modern sebagai perwujudan salah satu prioritas utama setelah gempa untuk menyediakan perumahan bagi ribuan keluarga yang kehilangan tempat tinggal. 

Dalam beberapa tahun, ribuan blok apartemen baru dibangun dengan gaya arsitektur modern, menggantikan banyak bangunan tradisional yang hancur akibat gempa. Tashkent diubah menjadi kota modern dengan gedung-gedung bertingkat dan jalanan luas yang dibangun dengan standar baru yang tahan gempa.

Bencana ini berubah menjadi berkah sekaligus kesempatan emas untuk memperbarui dan memodernisasi Tashkent. Selain perumahan, infrastruktur transportasi dan fasilitas umum juga diperbarui. Jalan-jalan utama diperlebar, sistem transportasi umum diperbaiki, dan taman-taman serta ruang publik dibangun untuk menciptakan lingkungan kota yang lebih nyaman dan modern.
.
Tidak berlebihan jika proyek  rekonstruksi ini juga menjadikan Tashkent sebagai salah satu kota model di Uni Soviet. Sebagai ibu kota Republik Soviet Uzbekistan, Tashkent berubah menjadi pusat ekonomi, budaya, dan politik yang lebih maju dan modern. 

Rekonstruksi kota ini menjadi simbol dari kekuatan dan ketahanan sistem Soviet dalam menghadapi bencana besar, serta menunjukkan kemampuan mereka dalam merancang kota masa depan.

Rekonstruksi Tashkent setelah gempa di bawah kepemimpinan Brezhnev adalah salah satu proyek pembangunan terbesar di Uni Soviet. Transformasi ini tidak hanya memulihkan kota yang hancur tetapi juga menjadikan Tashkent sebagai contoh bagaimana sebuah kota dapat dibangun kembali dengan lebih baik dan lebih kuat setelah bencana. 

Hingga saat ini, banyak bangunan dan infrastruktur yang dibangun selama era rekonstruksi ini masih berdiri, dan menjadi bagian dari identitas modern Tashkent.

Gempa 1966 bukan hanya bencana alam, tetapi titik balik bagi kota Tashkent, yang mengantarkannya ke dalam era modernisasi dan perkembangan pesat, sebagian besar berkat bantuan dari seluruh Uni Soviet dan visi kepemimpinan Brezhnev.

Berkunjung ke Monumen Gempa Bumi Tashkent ini memberikan pengalaman yang mendalam dan reflektif. Monumen ini tidak hanya mengenang tragedi, tetapi juga merayakan kebersamaan dan semangat gotong royong rakyat Uzbekistan.

Sekarang  ini, Monumen Gempa Bumi Tashkent berfungsi sebagai pengingat bagi generasi muda akan kekuatan solidaritas dan kemampuan manusia untuk bangkit dari tragedi. Dalam era modern, di mana pembangunan berkelanjutan dan kesadaran akan risiko bencana semakin meningkat, monumen ini memberikan pelajaran tentang pentingnya ketahanan dan persiapan menghadapi masa depan.

Berada di sini saya merasakan suasana yang tenang dan penuh refleksi. Tempat ini tidak hanya menjadi simbol kekuatan rakyat Tashkent, tetapi juga lokasi yang sempurna untuk merenung dan memahami bagaimana sebuah kota bisa bangkit dari kehancuran. 

Pemandangan taman dan langit terbuka menambah kesan damai dan hening, memberikan kesempatan bagi saya untuk benar-benar menyerap makna di balik monumen tersebut.

Setelah beberapa saat menghabiskan waktu di Monumen Keberanian, saya memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke berbagai tempat menarik di Tashkent

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun