Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Salat Jumat di Kampung Cinta Santiago de Chile

19 April 2024   20:59 Diperbarui: 19 April 2024   21:00 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak satpam juga menunjukkan tempat wudhu yang ada di ruang bawah dan setelah itu baru saya naik ke ruang utama masjid yang lumayan luas dan terang dengan sinar alami karena jendela-jendela besar yang terbuat dari kaca tadi.   Hamparan karpet empuk dengan pola sajadah warna hijau yang bergaris-garis kuning membentang di lantai.  Suasana di dalam masjid masih belum terlalu ramai.  Ada sekitar 10 orang yang sedang duduk di saf pertama, tepat di depan seorang lelaki bergamis putih dan tampaknya sedang berdiskusi.  Sementara Jemaah lain duduk menunggu di bagian saf belakang atau duduk bersantai bersender di dinding masjid. Mungkin ada sekitar 50 atau 60 jemaah yang sudah ada di masjid siang itu.  Saya intip jam waktu menunjukkan sekitar pukul 13.40 siang.

jendela: dokpri
jendela: dokpri

Mihrab terlihat sangat sederhana tanpa hiasan dan di depannya ada sajadah warna hijau. Di dekatnya ada mimbar yang terbuat dari kayu yang dipelitur warna kuning tua dengan tangga dan ketinggian sekitar 75 cm.  Ada hiasan dua bintang konsentrik bersudut delapan di mimbar ini.   Selain itu ada juga sebuah rak buku kecil berisi buku-buka agama dan Al Quran. 

kubah: dokpri
kubah: dokpri

Di bagian bawah kubah juga dilengkapi dengan banyak jendela kaca uang melingkar sehingga memberikan penerangan yang sangat baik untuk interior masjid. Sebuah lampu gantung yang cantik menghias interior kubah ini. 

Sedikit demi sedikit Jemaah makin bertambah, sebagian besar tampak berwajah Timur Tengah yang hampir sama dengan di Bogota kebanyakan merupakan keturunan pendatang dari Turki, Lebanon, Suriah dan kawasan sekitarnya, hanya ada beberapa yang berwajah Latin dan ada juga yang berwajah Asia Tenggara. Kemungkinan staf Kedutaan dari Indonesia atau Malaysia. 

Salat Jumat dimulai sekitar pukul 2 siang.  Khotib yang usianya sekitar 35 tahunan naik ke mimbar dan berkhotbah dalam bahasa Spanyol dengan selingan bahasa Arab.  Masjid yang cukup luas ini hanya terisi 4 saf saja atau sekitar 200 jamaah. 

Mezanin: dokpri
Mezanin: dokpri

Selesai salat saya sempatkan melihat ke bagian belakang masjid. Ada lantai mezanin yang dikhususkan buat Jemaah Perempuan. Mezanine ini tidak terlalu luas dan berpagar warna coklat keemasan. Ditopang hanya oleh dua tiang warna hijau. Di dekat tiang ini ada kotak untuk sadaqah dengan petunjuk secarik kertas putih yang ditempelkan di tiang.

Kotak sadaqah: Dokpri
Kotak sadaqah: Dokpri

Sejenak saya mencari Jemaah yang berwajah Asia Tenggara dan ingin berkenalan dengan mereka. Tetapi ternyata sudah tidak ada lagi di tempat, mungkin harus cepat kembali ke tempat bertugas.  Saya keluar melalui pintu dan bertemu dengan imam dan khotib serta sempat bersalaman dan bercakap-cakap sejenak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun