Setiap kali mendarat di suatu negara baru, biasanya saya selalu mampir di gerai telepon seluler untuk membeli SIM Card lokal. Hal ini akan sangat berguna selain untuk komunikasi dan tentunya untuk navigasi dan mempermudah transportasi seperti memesan taksi online.Â
Namun sebelum tiba di Almaty, saya sudah berkomunikasi dengan Nuri, pengelola Guest house di Almaty yang menjanjikan akan memberikan SIM Card gratis setibanya di Almaty dan tidak usah membeli Sim Card lokal di Stasiun Almaty. Â
Untuk naik taksi online dari stasiun, cukup minta bantuan dengan penduduk lokal saya. Â Saya bahkan diberikan frasa singkat dalam bahasa Rusia untuk meminta bantuan tersebut.
Dan ternyata kiat ini berhasil. Untuk tahap pertama saya lulus karena mendapat bantuan dari Bek Sultan yang selain meminjamkan internet dengan tethering ke hape saya. Â
Juga bersedia menunggu hingga sopir taksi Yandex yang menjemput sudah tiba walau harus menunggu sekitar 8 -10 menit. Â Saya pun tiba dengan selamat di Guest House di pinggiran kota Almaty.
Namun janji Nuri tidak seratus persen benar. Dua ternyata tidak ada di Guset house ketika saya datang sehingga di hari pertama di Almaty, saya tidak memiliki internet kecuali tetap berdiam saja di guest house dan menggunakan wifi.
Untungnya Laura mengajak kami berdua untuk pergi ke pusat kota.  Dia kebetulan akan pergi dan kami bisa ikut sampai di sebuah restoran yang bahkan saya lupa nama dan  alamatnya.Â
Uniknya ketika membayar taksi, Laura sempat sedikit adu mulut dengan sopir karena ongkos yang 1100 Tenge, dibayar dengan 1500 Tenge dan sopir menyatakan tidak ada kembalian. Â
400 Tenge itu sekitar 1 USD dan kebetulan merupakan uang logam saja di Kazakhstan. Â Laura bahkan bersedia mampir ke kasir restoran dan menukar uang agar dapat membayar dengan uang pas.Â
Kami kemudian makan siang di restoran ini. Yang menyediakan makanan Asia Tengah dengan samsa, nan dan juga lamien. Â Sekilas tidak ada perbedaan yang mencolok antara Uzbekistan dan Kazakhstan kecuali penampilan kebanyakan warganya.Â
Di Almaty  ini selain banyaknya etnis Rusia yang menjadi warga Kazkhastan, juga banyak sekali etnis Kazakh yang penampilannya sangat oriental sehingga mirip etnis Tionghoa walau terkadang dengan postur tubuh yang lebih besar.Â
Kesan Mongol sangat kuat. Namun untuk kaum Perempuan, gadis-gadis Kazahkstan memang mirip sekali dengan penampilan gadis etnis Tionghoa di Indonesia.Â
Untuk makan siang yang bin nya sekitar 5000 Tenge, saya masih punya sisa uang yang ditukar di atas kereta dalam perjalanan dari Tashent ke Almaty. Â
Nah untuk selanjutnya saya harus mencari bank atau money changer untuk mendapatkan uang Tenge. Â Setelah bertanya dengan sekelompok pelajar yang kebetulan lewat, akhirnya kami bisa menemukan sebuah bank tidak jauh dari restoran tempat kami makan siang. Hanya sekitar 100 meter saja. Â
Ditunjukkan arah untuk jalan hingga ke penempatan dan belok kanan sedikit. Di sini saya melihat Jusan Bank, salah satu bank terkemuka di Kazahkstan.Â
Masuk ke lobi bank saya bertanya ke sekuriti yang hanya bisa berbahasa Rusia dan kemudian ditunjukkan kaunter untuk menukar uang, Seorang perempuan muda karyawati bank dengan ramah melayani untuk menukar uang. Nilai tukar pada saat itu 461, 5 Tenge untuk setiap 1 US Dollar.Â
Dengan uang Tenge sudah ditangan, kami siap berjalan melihat-lihat kota Almaty, tujuan pertama adalah Kok Tobe, sebuah bukit di bagian Tenggara kota Almaty yang merupakan tempat yang menarik untuk menikmati senja dan melihat pemandangan kota terbesar di Kazakhstan ini.Â
Untuk itu kami harus memesan taksi online hingga ke Kok Tobe Cable Car dan akhirnya setelah sempat beberapa kali bertanya, ada juga nasabah bank yang mau menggunakan aplikasi Yandex nya untuk memesankan taksi, Â Setelah dapat dia hanya memberikan no. polisi taksi dan kami menunggu di halaman depan bank.
Menunggu sekitar 8 menit barulah taksi itu muncul dan kami segera naik taksi. Â Pengalaman ketiga naik Yandex di Almaty. Â Dan memang ternyata sopir taksi di Almaty kebanyakan tidak memiliki uang kembalian kalau ongkos misalnya 1200 Tenge maka kita akan membayar 1500 Tenge kecuali kita ada uang pas.Â
Pilihan lainnya adalah dengan membayar dengan uang elektronik yaitu Kaspi Pay yang mirip dengan Ovo atau Gopay di Indonesia. Â Bahkan saya masih ingat salah satu sopir taksi pernah menanyakan nomor Kaspi saya untuk kembalian 300 Tenge yaitu ketika membayar ongkos 1700 Tenge dengan uang tunai 2000 Tenge.Â
Selesai naik cable car di bukit Kok Tobe, kami mampir di gerai kopi Star Buck dan kemudian dengan santun minta bantuan seorang pemuda yang sedang duduk santai untuk memesankan taksi menuju ke Alamty Central Mosque.Â
Nah ternyata dalam perjalanan sopir taksi sempat bertanya ke mana tujuan kami, saya menjelaskan dengan bahasa Rusia seadanya, yaitu menuju ke Meshet atau Masjid. Â Rupanya pemuda tadi sedikit salah meletakkan titik di sebuah taman beberapa ratus meter dari masjid. Untungnya sopir taksi juga kebetulan akan ke masjid hingga tidak keberatan mengantar kami ke masjid. Â Di masjid ini pula saya menemukan kembali keramahtamahan penduduk Kazakhstan yang mengajak saya mencicipi Kumis, atau susu kuda khas Kazakhstan secara gratis di sebuah yurt atau tenda tradisional yang ada di halaman Masjid.
Kami menghabiskan waktu ashar hingga dan magrib dan Isha  di masjid ini dan mentari sudah tenggelam ketika kami meninggalkan masjid. Tidak tahu mau kemana. Untungnya saya sudah mengunduh peta kota Almaty melalui aplikasi M2GIS yang bisa dilihat secara offline.  Dan ternyata tidak jauh dari masjid kami menemukan sebuah restoran Turki Cecak Mangal yang beralamat di Nusufbekova no 26 yang hanya berjarak sekitar 4 menit jalan kaki dari Almaty Central Mosque.
Ternyata pilihan kami tidak salah untuk makan malam di resto Turki ini. Â Selain menunya yang sedap dan nikmat, haraganya juga cukup terjangkau. Â Makan malam berdua hanya menghabiskan sekitar 6 000 Tenge saja.Â
Sekitar pukul 9 kami memutuskan untuk kembali ke Guest House. Kali ini tugasnya lebih mudah, hanya minta bantuan ke karyawati restoran untuk memesan taksi online. Â Dalam waktu sekitar 30 menit kami sudah dengan selamat kembali ke Guest House di distrik Bostandyk. Â Hari pertama di Almaty ini, kami bisa pergi ke beberapa tempat dengan naik taksi online walaupun tidak memiliki internet data dan tidak memakai wifi fi tempat umum.Â
Baru pada malam ini, Nuri memberikan saya simcard Lokal yang kemudian saya isi dengan data sebanyak 25 GB yang berlaku selama satu bulan dengan biaya  5000 Tenge.  Sekilas penampilan Nuri lebih mirip Perempuan Indnoesa atau Asia Tenggara lainnya.  Ketika saya tanya dari mana asalnya. Ia mengaku dilahirkan di Siberia di zaman Uni Soviet. Namun ketika dia masih kecil, orangtuanya pindah ke Kazakhstan.Â
Dengan simcard lokal ini, mulai besok saya sudah bisa menjelajah ke berbagai tempat di Almaty tanpa minta bantuan warga setempat yang sejauh ini sudah sangat baik membantu. Warga Kazahksatan sekilas memang tidak seramah warga di Uzbekistan, tetapi mereka akan dengan senang hati membantu kita yang minta pertolongan. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H