Menurut  Pak Hendra, bangunan ini pernah diusulkan untuk menjadi cagar budaya, namun karena sudah tidak asli lagi maka hanya bisa dimasukkan ke dalam wilayah cagar budaya di kawasan kota Depok Lama.
Keberadaan gereja ini dan banyaknya gereja -gereja di kawasan Depok Lama ini memang tidak dapat dipisahkan dari sejarah kawasan Depok Lama  yang penduduknya sering diplesetkan  sebagai Belanda Depok. Namun pada kunjungan kali ini pula kamu mendapat informasi bahwa mereka sendiri tidak suka disebut dengan Belanda Depok.  Wah kalau begitu tajuk jalan-jalan kami kali ini terasa kurang tepat?
Dan sebagai informasi tambahan  yang diberikan oleh Pak Hendra adalah tentang nama Pasundan pada gereja ini. Bila di gereja lain nama yang bersifat kedaerahan ini bisa menandakan ciri etnis dan juga bahasa pengantar yang dipakai dalam beribadah, maka nama Pasundan di gereja ini hanya menunjukkan kewilayahan karena jemaatnya sendiri terdiri dari berbagai etnis dan kebetulan jarang yang beretnis Sunda. Sehingga di GKP Depok ini ibadah diselenggarakan dengan bahasa Indonesia.
Setelah sekitar 45 menit di gereja ini, kami mohon pamit untuk melanjutkan anjangsana ke destinasi berikutnya dengan berjalan kaki menyusuri kota Depok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H