Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenang Kejayaan Kereta Api dan Coklat dari Hongaria di Batutulis

12 Juni 2023   09:34 Diperbarui: 12 Juni 2023   10:10 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat di depan seberang Stasiun Batu Tulis, angkot yang kami tumpangi dari Warung Laksa Pak Inin di Cihedeung berhenti, hanya sekitar beberapa puluh meter setelah melewati persimpangan jalan kereta api. Sebuah stasiun yang sangat sederhana dengan ukuran yang tidak terlalu besar.  

Dari seberang, terlihat atapnya lengkap dengan genteng dan uniknya stasiun ini juga tembus pandang langsung ke peron dan rel dikarenakan sebagian besar bangunan ini tidak berdinding alias merupakan bangunan terbuka.  

Jadi lebih mirip dengan gardu atau pos berukuran besar.   Yang menandakan bahwa ini ada lah sebuah stasiun adalah lokasinya yang tepat berada di rel kereta api jalur ganda dan juga papan nama bertuliskan nama stasiun.

Ruang tunggu: Dokpri
Ruang tunggu: Dokpri

Kami menyeberang jalan dan masuk ke bangunan stasiun setelah membuka pagar dorong. Sebuah ruangan terbuka yang cukup nyaman dan ternyata lumayan luas. Ini adalah ruang tunggu penumpang  yang berlantai ubin warna putih dan langit-langit terbuka yang langsung terlihat gentingnya D

i sisi yang menghadap ke peron dan rel, dindingnya hanya tembok setinggi pinggang sementara yang mengadap ke jalan raya benar-benar terbuka.  Di ruangan ini ada terdapat beberapa tempat duduk dan juga beberapa orang yang sedang duduk santai.  

Apakah sedang menunggu kereta api atau mungkin hanya sekedar beristirahat. Ada dua orang yang kebetulan mengenakan seragam hijau ojek online tampak sedang sibuk dengan hape masing-masing. Di dekat tembok juga ada tempat untuk mengecas baterai hape sebagaimana sering kita lihat di setiap stasiun lainnya di tanah air.

Di sini Mbak Mutihah juga sekedar bercerita mengenai Stasiun Batutulis yang konon dibangun beberapa tahun setelah Stasiun Bogor pada era 1880-an. 

Pembangunan Stasiun ini bersamaan dengan dibangunnya jalur kereta api Bogor Sukabumi di erah Hindia Belanda.  Dijelaskan juga jika status stasiun Batutulis sebagai stasiun Kelas III dan juga sebagai cagar budaya. 

Jadwal kereta api: Dokpri
Jadwal kereta api: Dokpri

Saya melihat-lihat di sekeliling stasiun ini. Di salah satu sisi dinding ada jadwal keberangkatan kereta yang melewati Stasiun Batu Tulis ini.  Ternyata setiap hari hanya ada tiga kereta Pangrango tujuan Suka Bumi dan tiga kereta jurusan Bogor.  

Kalau dihitung dari Bogor, maka Stasiun Batu Tulis ini adalah stasiun ketiga setelah Stasiun Paledang dan terus menuju ke Sukabumi melewati Maseng, Cigombong, Cicurug, Parungkuda, CIbadak, Karangtengah, Cisaat dan Sukabumi. Berdasarkan jadwal ini baru akan ada lagi kereta api ke Sukabumi pada sekitar pukul 13.15 siang nanti sementara waktu baru sekitar pukul 11. 23 siang. 

Peta jaringan KA: Dokpri
Peta jaringan KA: Dokpri

Di sisi lain stasiun juga ada peta lengkap jaringan kereta api di pulau Jawa. Asyiknya bukan hanya peta stasiun yang masih aktif tetapi juga jalur dan stasiun yang sekarang sudah tidak aktif lagi.  

Saya semat melihat jalur kereta antara Banjar dan Pangandaran yang pernah saya gunakan beberapa puluh tahun lalu namun hingga sekarang belum juga direvitalisasi kembali.  Peta ini juga dilengkap dengan pembagian wilayah Daerah Operasi kereta api di pulau Jawa yang dibagi menjadi  menjadi 9 Daops. Di sebelahnya ada informasi angkutan umum yang melewati Stasiun Batu tulis ini.  

Melihat peta ini, saya menjadi sedikit sedih mengingat masih banyak sekali stasiun-stasiun dan jalur kereta api yang dulu pernah ada namun kini tinggal kenangan. 

Berfoto di peron: Foto Click
Berfoto di peron: Foto Click

Sebelumnya Mbak Muthiah sudah minta ijin kepada petugas stasiun dan menjelaskan maksud tujuan kunjungan Click ke stasiun ini. Kami kemudian masuk ke peron tepat di sisi rangkaian rel ganda.  

Di sini tampak ada pekerjaan sehingga satu sisi rel ditutup dengan pagar seng. Rupanya hanya satu sisi rel yang aktif digunakan. Kami melihat-lihat suasana di sekitar rel dan kemudian berfoto bersama dengan latar belakang bangunan stasiun. 

Di sini juga ada nama Stasiun Batutulis dan dilengkapi dengan tanda angka ketinggian stasiun dari permukaan laut yaitu +299 M. Bahkan salah seorang petugas membantu mengambil foto dan video ketika kami beramai-ramai bergaya di sini.   

Suasana di stasiun ini benar-benar santai, maklum karena jadwal kereta yang jarang dan juga jumlah penumpang yang sepi.   Jangan dibandingkan dengan sibuknya stasiun Manggarai atau stasiun Bogor. 

Bersantai: Dokpri
Bersantai: Dokpri

Tidak lama kemudian bunyi suara yang khas di persimpangan kereta api terdengar menandakan bahwa kereta api akan lewat. Pintu kereta api di jalan raya pun secara perlahan turun dan menutup jalan. Kami mengira bahwa sebentar lagi akan ada kereta yang lewat sambil menunggu dan melihat ke kira dan ke kanan. Akan tetapi beberapa menit kemudian lewat dari arah kiri sebuah kendaraan inspeksi mungil yang menggemaskan berwarna kuning menyala.

Kendaraan Inspeksi: Dokpri
Kendaraan Inspeksi: Dokpri

Ada dua orang petugas di dalam kendaraan yang bertuliskan KAI dan di kap mesin bertuliskan Petugas Pemeriksa Jalur Daop 1 Jakarta.   Mobil ini sangat unik karena rodanya dimodifikasi dengan tambahan roda kereta api sehingga bisa melaju perlahan di rel kereta. 

Walau pun begitu roda dan ban aslinya yang terbuat dari karet juga masih ada.  Ini adalah kedua kalinya saya melihat kendaraan inspeksi ini setelah sebelumnya pernah melihat kendaraan ini di Peron satu stasiun Bogor.  Setelah kendaraan ini melintas di persimpangan jalan, pintu kereta pun kembali diangkat dan lalu lintas kembali berjalan normal.  

Coklat dari Hongaria: Dokpri
Coklat dari Hongaria: Dokpri

Kami kemudian masuk kembali ke bangunan stasiun dan kali ini Mbak Indah Noing yang khusus datang dari Hongaria  membagi-bagikan oleh-oleh buat kami semua. Ada coklat yang lezat dan langsung dinikmati di stasiun itu karena sebagian sudah menjadi sangat lembek karena kepanasan.   Acara bagi-bagi coklat ini menjadi hiburan tersendiri yang menyenangkan di siang yang cerah di stasiun Batutulis.

Acara selanjutnya adalah berjalan kaki mendaki bukit kecil di depan stasiun untuk menuju ke Situs Batutulis.  Yuk kita nantikan kisah selanjutnya.  Namun ketiga meninggalkan stasiun ini, saya juga merasa bahwa jadwal kereta yang hanya tiga kali ke Sukabumi itu sangat kurang dan masih bisa ditingkatkan lagi karena bisa mendorong kegiatan ekonomi di kawasan Sukabumi dan Bogor.  

Semoga stasiun jalur-jalur dan stasiun-stasiun kereta api yang sekarang sudah tidak aktif yang ada pada peta di dinding stasiun Batutulis ini bisa diaktifkan kembali.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun